Saat Social Distancing Buku Menjadi Teman Di Jendela Dunia
Pemerintah Indonesia menggalakkan berbagai kampanye demi meredam pandemi virus Corona penyebab COVID-19. Diantara langkahnya ialah pembatasan sosial atau social distancing . Dengan menjaga jarak sebagai serangkaian tindakan pengendalian infeksi nonfarmasi yang dimaksudkan untuk menghentikan atau memperlambat penyebaran penyakit menular. Tujuan dari pembatasan sosial adalah untuk mengurangi kemungkinan kontak antara orang terinfeksi dan orang lain yang tidak terinfeksi, sehingga dapat meminimalkan penularan penyakit, morbiditas, dan terutama, kematian.
Pembatasan sosial paling efektif dilakukan ketika infeksi dapat ditularkan melalui kontak percikan atau droplet (batuk atau bersin); kontak fisik langsung, termasuk kontak seksual; kontak fisik tidak langsung.
Dengan kondisi berhari-hari di dalam rumahnya, warga Indonesia mulai meraskan bosan yang membuat gairah hidup menurun. Tapi hal ini tidak akan dialami oleh orang yang berpikir luas menembus batas. Diantarannya mereka kaum kutub buku (Pecinta Baca), mereka dapat menyegarkan pikiran hingga memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Dalam kondisi penuh keterbatasan ruang dan waktu.
Menguti dari kata mutiara pena yang telah mengering dikertas putih Mohammad Hatta “Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” Ucapan ini menjadi dasar bahwa ruang tertutup tidak akan membatasi pikiran dan ruh untuk bergerak bebas.
Memang bosan kalau dalam hari-hari yang dilalui dalam ruangan yang sama. Tapi kalau kita baca buku, maka kita seolah-olah dalam ruangan yang berbeda baik karena terbawa masa lalu atau karena mendapatkan inspirasi membangun masa depan. Tergantung dari buku yang dibacanya. Kalau kita misalnya menelusuri orang hebat yang tercatat dalam buku. Maka kita akan termotivasi lebih hebat darinya di masa depan. Atau saat membaca sejarah maka kita seolah mampu memutar waktu. Jadi manusia dan buku jika bersatu, ibarat memperjalankan akal, ruh dengan peta / buku.
Disisi lain pepatah menyebutkan buku adalah jendela dunia. Ya, walaupun kita berada dikamar atau halaman rumah. Tapi kita bisa masuk melalui jendela dunia. Sehingga kita tidak merasa terbatasi ruang.
Ya…saya ga suka baca. Maka berlatihlah. Karena semuanya butuh proses, awali dengan membaca apa yang disukai dulu, nanti lanjut apa yang dibutuhkan. Saat kebiasaan dan kebutuhan terhadap membaca buku menyatu. Baru akan terasa nikmatnya membaca. Terus kata banyak orang kalau ingin merasakan nikmatnya membaca bacalah bab atau tema sampai tuntas. Itu merupakan latihan kesabaran untuk memperoleh ilmu yang utuh.
Semua orang berakal juga merasakan kalau dia memperoleh ilmu baru. Dia akan merasakan hidup yang lebih baru. Jadi hingga ahirnya nanti waktu social distancing berahir kita akan memiliki pemikiran yang lebih segar.
(Penulis: Dwi Arifin, Duta Perpustakaan Dispusipda Jabar 2017)