3 Langkah Meningkatkan Kualitas Ibadah Disetiap Waktu
Sahabat, ketahuilah bahwasanya tujuan utama kita diciptakan ke muka bumi ini bukan untuk bersenang-senang dan bermain-main saja, akan tetapi hanya untuk menghambakan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala serta tunduk patuh terhadap segala perintah-Nya. Hal ini sebagaimana Allah telah berfirman dalam Q. S. Adz-Dzriyat: 56
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Realita sekarang, manusia lupa akan hal ini bahkan ketika ada bentrokan antara panggilan ibadah dengan panggilan dunia, kebanyakan manusia lebih memilih kehidupan dunianya. Sebagai contoh, seorang pedagang ketika mendengar panggilan adzan saat berjualan dengan keadaan pelanggan yang banyak lebih memilih melayani pelanggan yang banyak dan lupa akan ibadahnya. Kalaupun mereka melaksanakan ibadah, mereka laksanakan dengan malas dan penuh keterpaksaan. Padahal, Allah tidak butuh terhadap kita bahkan terhadap ibadah kita sekalipun. akan tetapi, kita lah sebagai manusia yang butuh kepada Allah, adapun ibadah yang kita lakukan akan kembali pada diri kita sendiri. Seperti riwayat dalam hadits qudsi Allah berfirman
عبادي ! لو أن أولكم وآخركم . وإنسكم وجنكم . كانوا على أفجر قلب رجل واحد . ما نقص ذلك من ملكي شيئا
“Wahai hamba-Ku, andai seluruh manusia dan jin dari yang paling awal samapi yang paling akhir, seluruhnya menjadi orang yang paling bertaqwa, hal itu sedikitpun tidak menambah kekuasaan-Ku. Wahai hamba-Ku, andai seluruh manusia dan jin dari yang paling awal sampai yang paling akhir, seluruhnya menjadi orang yang paling bermaksiat, hal itu sedikitpun tidak mengurangi kekuasaan-Ku” (HR. Muslim, no.2577)
Maka dari itu, diri kita sendiri yang butuh terhadap ibadah, namun kita sulit untuk melaksanakannya. Apabila ada keinginan, hanya berbentuk keinginan saja tanpa berbuah satu ibadah. Oleh karena itu, ulama memberikan nasihat kepada kita dengan beberapa kiat agar ibadah kita meningkat disertai dengan kualitas serta untuk meningkatkan kemauan supaya menjadi sebuah ibadah
- Muraqabah (senantiasa merasa diawasi oleh Allah)
Seorang pekerja yang dalam pekerjaannya direkam atau diawasi dengan kamera cctv yang terus dipantau oleh atasan, tentu akan serius dalam pekerjaannya, memperbagus pekerjaannya bahkan tidak akan melakukan hal yang sia-sia. Lalu, bagaimana sikap kita dengan dzat yang tidak pernah luput pengawasannya terhadap kita, tidak pernah mengantuk dan tidur dalam pengawasannya sehingga segala gerak-gerik kita Allah melihatnya. Sebagaimana Allah telah berfirman dalam Q. S. An-Nisa: 1
إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِي
“Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. “
Dengan demikian, musti untuk kita menumbuhkan dan menanamkan dalam hati kita senantiasa merasa diawasi oleh Allah yang Maha Melihat, Mengawasi dan mengetahui apa yang kita lakukan. Sehingga kita akan berusaha sebaik mungkin berbuat untuk Allah, beribadah kepada Allah dan menjauhkan diri dari perbuatan yang sia-sia. Keyakinan seperti ini musti senantiasa ditanam dan dipupuk dalam hati kita sehingga ibadah kita dihadapan Allah meningkat dan berkualitas. Ini pun merupakan tingkatan dalam agama yang paling tinggi ketika kita merasa diawasi oleh Allah, yakni ihsan, seperti apa yang Rasulullah sabdakan ketika beliau ditanya tentang ihsan oleh malaikat jibril
قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ الإِحْسَانِ. قَالَ « أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ »
’Wahai Rasulullah, apakah ihsan itu? ‘ Beliau menjawab, ‘Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (H.R. Muslim 102)]
- Berdo’a
Tidak dapat dipungkiri bahwa Allah menciptakan kita dalam keadaan lemah dan kita tidak akan bisa berbuat apa-apa bahkan berbuat yang terbaik untuk Allah tanpa ada bantuan dari Allah. Dengan demikian, kita sangat buutuh terhadap Allah dan kabar ini pun telah Allah sampaikan dalam Al-Qur’an surat Fathir: 15.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنتُمُ الْفُقَرَاء إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
“Hai manusia, kamulah yang butuh kepada Allah; dan Allah Dia- lah Yang Maha Kaya(tidak membutuhkan sesuatu) lagi Maha Terpuji.”
Kita sombong manakala ketika kita menginginkan untuk senantiasa beribadah kepada Allah tapi kita lupa untuk meminta pertolongan kepada Allah, bahkan kita hanya bersandar kepada kemampuan diri sendiri, bukan kepada Allah. Padahal, jauh-jauh hari Rasul memerintahkan kepada kita untuk senantiasa meminta pertolongan kepada Allah. Rasul bersabda:
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ
“Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah”,
Tidak ada yang lebih bermanfaat untuk diri kita baik di dunia maupun di akhirat kecuali ibadah kita,ketaqwaan kita kepada Allah dan dalam hadits ini Rasul memerintahkan untuk meminta pertolongan kepada Allah ketika ingin melaksanakan sesuatu yang bermanfaat untuk diri kita.
Rasulullah mengajarkan kepada kita beberapa do’a dalam hal ini yang berkaitan dengan kita meminta pertolongan agar bisa beribadah secara bahkan senantiasa menetap dalam ibadah tersebut
اللهم ارنا الحق حقاً وارزقنا اتباعه وارنا الباطل باطلا وارزقنا اجتنابه
“Ya Allah tunjukanlah yg benar itu benar dan berikanlah kekuatan untuk mengikutinya dan tunjukanlah yg batil itu batil dan berikanlah kekuatan untuk menjauhinya”
Sungguh luar biasa do’a yang diajarkan oleh Rasulullah ini. Di dalam do’a ini, selain kita meminta petunjuk mana yang benar, kita pun meminta kekuatan untuk mengikuti petunjuk terebut atau melaksanakan petunjuk tersebut. Begitu pula tentang kebatilan, kesesatan dan kejelekan, kita meminta kepada Allah pengetahuan akan hal terebut upaya senantiasa mampu untuk menjauhinya.
Kedua, Rasul pun mengajarkan do’a yang sangat luar biasa pula, dalam sebuah riwayat Rasulullah bersabda:
Dari Mu’adz bin Jabal radhiyAllahu ‘anhu, Rasulullah shallAllahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang tangannya lalu berkata,
يَا مُعَاذُ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ
“Wahai Mu’adz, demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu, sungguh aku mencintaimu.”
Rasulullah shallAllahu ‘alaihi wa sallam selanjutnya bersabda,
أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لاَ تَدَعَنَّ فِى دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Aku memberikanmu nasehat, wahai mu’adz. Janganlah engkau tinggalkan saat di penghujung shalat(di akhir shalat sebelum salam) bacaan doa: Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik (Ya Allah, tolonglah aku dalam berdzikir, bersyukur dan beribadah yang baik pada-Mu).(HR. Muslim)
Pelajaran yang sangat indah dalam hadits ini bahwa kecintaan yang dibangun atas dasar karena Allah, diisi dengan memberikan nasihat, memberikan ilmu kepada orang yang dicintainya dan ini sebuah contoh dari Rasul kepada Muadz, manakala Rasul mencintai Muadz.
Makna do’a ini pun sangat luar biasa, dimana kita meminta kepada Allah untu diijinkan untuk senantiasa mengingat Allah dan ketika kita sudah mengingat Allah dengan kenikmatan-Nya, sifat-sifat-Nya yang mulia maka akan timbul rasa syukur. Manakala timbul rasa syukur dalam diri, maka seseorang akan memperbagus amal ibadahnya. Oleh karena itu, sangat luar biasa sekali peran do’a dalam kehidupan kita khususnya dalam memperbaiki ibadah kita, sehingga pantas Rasul bersabda bahwa “do’a adalah senjata orang beriman.
- Ash-shobru (sabar dalam ketaatan)
Poin yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas ibadah dihadapan Allah adalah senantiasa bersabar di dalam ketaatan, karena apabila kita tidak mempunyai sifat shabar ini, kita akan mudah untuk futur, patah semangat, lemah aktivitas dan lemah mental. Sebagai mana Allah telah berfirman dalam Q.S Ali imron
وَكَأَيِّن مِّن نَّبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُواْ لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَمَا ضَعُفُواْ وَمَا اسْتَكَانُواْ وَاللّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
“Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.”
Dalam ayat ini, Allah menceritakan para sahabat nabi ketika mereka berperang dan berjihad bersama nabi mereka. Tidak ada sedikitpun lemah aktivitas, patah semangat maupun lemah mental karena takut kalah melainkan mereka hadapi dengan penuh keshobaran sehingga Allah mencintai mereka.
Begitu juga dengan kita dalam beribadah kepada Allah, apabila kita tidak mempunyai sifat shobar, maka kita akan luput dari berbagai kebaikan dari Allah berupa ketaatan. Sebagai contoh, seorang penuntut ilmu akan istiqomah dalam pencarian ilmunya manakala hatinya senantiasa shobar dengan lelahnya badan dan segala rintangan dalam mencari ilmu. Begitu pula seseorang yang ingin istiqomah untuk sholat subuh tepat waktu dan dapat berjmaah khususnya untuk laki-laki, dia musti shobar dalam menahan kntuk dan dinginya udara di subuh hari. Imam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya mengatakan dengan indah tentang shobar ini. (keshobaran dalam keimanan seperti halnya kepala dalam jasad)
Artinya: “tidak ada keimanan atau keimanan tidak sempurna manakala dia tidak memiliki sifat keshobaran bahkan kita tidak akan mampu menghadapi berbagi ujian dalam keshobaran tersebut, sehingga kita akan sulit istiqomah dalam keimanan. Semoga Allah senantias menolong kita untuk selalu meningkatkan ibadah kita
Wallohu a’lam bi showab
(Penulis: Hasan Sadiqin S.Pd, Editor: Dwi Arifin S.Pd)