Bahan Bacaan Objek Alternatif Liburan Saat Pandemi

Bahan Bacaan Objek Alternatif Liburan Saat Pandemi

Smallest Font
Largest Font

BANDUNG | JABARONLINE.COM – Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jawa Barat (Jabar) mengusulkan libur panjang akhir tahun bertepatan Natal, pengganti cuti Lebaran, dan Tahun Baru, mendatang dipersingkat. Hal itu guna menekan lonjakan kasus Covid-19 akibat kerumunan di tempat wisata.

Gubernur Jabar Ridwan KamiI menjelaskan, ia memilih opsi pengurangan libur panjang akhir tahun ketimbang dua opsi lain, yaitu jumlah hari libur sama seperti tahun sebelumnya atau dihilangkan sama sekali.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Baca Juga : Menelusuri Sejarah Kepenulisan dan Membiasakan Menulis

jika libur ditiadakan sama sekali, maka perekonomian tidak berjalan. Begitu juga jika libur tidak dipersingkat, maka berpotensi pada penularan Covid-19.

Advertisement
Konten berbayar di bawah ini adalah iklan platform MGID. JABARONLINE.COM tidak terkait dengan pembuatan konten ini.
Scroll To Continue with Content

Adapun berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri, ditetapkan bahwa libur akhir tahun adalah mulai Kamis, 24 Desember 2020, hingga Jumat, 1 Januari 2021.

Dari data terahir, berkaca pada libur panjang cuti bersama akhir Oktober 2020, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Jabar melakukan rapid test acak terhadap 1.500 wisatawan yang melintas di jalan dan area wisata. Hasilnya, dari 400 orang yang reaktif dan dilanjutkan dengan swab test uji Polymerase Chain Reaction (PCR), ada 10 orang positif Covid-19.

Pada dasarnya, libur panjang berpotensi menimbulkan peningkatan kasus Covid-19. Walaupun kedisiplinan masyarakat menerapkan protokol kesehatan pun meningkat. Poinnya, penularan Covid-19 ditentukan oleh ada tidaknya keramaian warga. Untuk itu, Jabar tetap mengusulkan agar pemerintah pusat mempersingkat libur panjang akhir tahun demi mengurangi potensi kerumunan di tempat wisata.
Disisi lain, pemerintah Indonesia terus menggencarkan berbagai kampanye demi meredam pandemi virus Corona penyebab COVID-19.

Diantara langkahnya ialah pembatasan sosial atau social distancing. Dengan menjaga jarak sebagai serangkaian tindakan pengendalian infeksi nonfarmasi yang dimaksudkan untuk menghentikan atau memperlambat penyebaran penyakit menular. Tujuan dari pembatasan sosial adalah untuk mengurangi kemungkinan kontak antara orang terinfeksi dan orang lain yang tidak terinfeksi, sehingga dapat meminimalkan penularan penyakit, morbiditas, dan terutama, kematian.

Pembatasan sosial paling efektif dilakukan ketika infeksi dapat ditularkan melalui kontak percikan atau droplet (batuk atau bersin); kontak fisik langsung, termasuk kontak seksual; kontak fisik tidak langsung.
Dengan kondisi berhari-hari di dalam rumahnya, warga Indonesia mulai meraskan bosan yang membuat gairah hidup menurun. Tapi hal ini tidak akan dialami oleh orang yang berpikir luas menembus batas. Diantarannya mereka kaum kutu buku (Pecinta Baca), mereka dapat menyegarkan pikiran hingga memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Dalam kondisi penuh keterbatasan ruang dan waktu.

Menguti dari kata mutiara pena yang telah mengering dikertas putih Mohammad Hatta “Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” Ucapan ini menjadi dasar bahwa ruang tertutup tidak akan membatasi pikiran dan ruh untuk bergerak bebas.

Memang bosan kalau dalam hari-hari yang dilalui dalam ruangan yang sama. Tapi kalau kita baca buku, maka kita seolah-olah dalam ruangan yang berbeda, baik karena terbawa masa lalu atau karena mendapatkan inspirasi membangun masa depan. Tergantung dari buku yang dibacanya. Kalau kita misalnya menelusuri orang hebat yang tercatat dalam buku. Maka kita akan termotivasi lebih hebat darinya di masa depan. Atau saat membaca sejarah maka kita seolah mampu memutar waktu. Jadi manusia dan buku jika bersatu, ibarat memperjalankan akal, ruh dengan peta / buku.

Disisi lain pepatah menyebutkan buku adalah jendela dunia. Ya, walaupun kita berada dikamar atau halaman rumah. Tapi kita bisa masuk melalui jendela dunia. Sehingga kita tidak merasa terbatasi ruang.
Ya… saya ga suka baca! Maka berlatihlah. Karena semuanya butuh proses, awali dengan membaca apa yang disukai dulu, nanti lanjut apa yang dibutuhkan. Saat kebiasaan dan kebutuhan terhadap membaca buku menyatu. Baru akan terasa nikmatnya membaca. Terus kata banyak orang kalau ingin merasakan nikmatnya membaca bacalah bab atau tema sampai tuntas. Itu merupakan latihan kesabaran untuk memperoleh ilmu yang utuh.
Semua orang berakal juga merasakan kalau dia memperoleh ilmu baru. Dia akan merasakan hidup yang lebih baru. Jadi hingga ahirnya nanti waktu social distancing berahir kita akan memiliki pemikiran yang lebih segar.

Libur panjang akan datang, sudah saatnya kita membangun adaptasi kebiasan baru dengan mengisi libur panjang yang berbeda dengan tahun lalu, karena menyesuaikan kondisi saat pandemi. Maka mari kita mencoba menikmati hiburan para kaum intelektual dalam mengisi waktu luang yaitu dengan membaca. Bukankah membaca berbagai bahan bacaan merupakan cara menghibur atau menyegarkan akal pikiran kita. Mari kita persiapkan buku pilihan kita untuk menjadi teman liburan kita.

Penulis: Dwi Arifin
Jurnalisme Perubahan Perilaku Di Bandung

Editors Team
Daisy Floren