Bahaya Stunting Pada Anak Balita dan Upaya Pencegahannya
JABARONLINE.COM - Sahabat sehat, Stunting didefinisikan sebagai perawakan yang pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 Standar Deviasi ( SD) pada kurva pertumbuhan WHO. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kekurangan nutrisi dan infeksi berulang yang terjadi dalam seribu hari pertama kehidupan. Pada tahun 2022, terdapat 148,1 juta anak balita, atau 22,3 persen dari semua anak balita di dunia, menderita stunting. Stunting merupakan salah satu masalah gizi balita di Indonesia yang belum teratasi. Menurut Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023, prevalensi stunting balita di Indonesia adalah 21,5 persen. Provinsi Papua Barat memiliki tingkat stunting tertinggi 39,3%, sedangkan Provinsi Bali memiliki tingkat terendah 7,2 %. Provinsi Jawa barat memiliki prevalensi balita stunting sebesar 21,7 persen. Memerlukan upaya pencegahan stunting yang lebih kuat untuk mencapai penurunan target stunting 2024 sebesar 14 persen, untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup anak
DAMPAK STUNTING
Stunting berdampak pada tumbuh kembang anak dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dampak jangka pendek dari stunting, anak cenderung memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, sehingga mudah terkena infeksi seperti diare, pneumonia, dan infeksi saluran pernapasan. Kondisi ini meningkatkan risiko biaya kesehatan dan kematian. Selain itu, stunting dapat berdampak pada perkembangan motorik kasar dan halus anak. Akibatnya anak dapat mengalami keterlambatan dalam belajar berjalan, mengambil objek, atau menggunakan alat tulis. Kekurangan nutrisi pada anak stunting juga dapat berdampak pada perkembangan kognitif mereka, seperti kesulitan konsentrasi, belajar, dan memahami informasi. Anak stunting juga berisiko mengalami masalah kesehatan lainnya, seperti anemia.
Sementara itu, dampak jangka panjangnya meliputi gangguan perkembangan fisik dan kognitif balita, penurunan produktivitas di masa dewasa, serta meningkatkan risiko penyakit degenaratif. Stunting pada balita dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, sehingga anak menjadi lebih pendek dari teman sebayanya. Kekurangan gizi pada masa awal kehidupan dapat berdampak pada perkembangan otak anak, yang mengakibatkan keterbatasan dalam kemampuan kognitif dan akademik. Anak juga mengalami keterbatasan fisik dan kognitif, yang dapat memengaruhi produktivitas mereka di masa dewasa. Hal ini juga dapat mempengaruhi ekonomi negara karena mengurangi potensi sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Anak stunting cenderung memiliki kesempatan pendidikan dan pekerjaan yang terbatas.
Laman WHO menyatakan bahwa anak stunting memiliki kemungkinan lebih besar terkena diabetes saat mereka dewasa. Kekurangan gizi pada masa pertumbuhan akan mengganggu sistem hormon insulin dan glukagon di pankreas, yang bertanggung jawab untuk mengatur keseimbangan dan metabolisme glukosa. Akibatnya, saat anak mencapai usia dewasa, keseimbangan gula darah akan lebih cepat terganggu dan tubuh akan lebih mudah membentuk jaringan lemak. Anak stunting yang mengalami kenaikan berat badan cepat setelah usia dua tahun memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami kelebihan berat badan di kemudian hari. Risiko penyakit jantung koroner, stroke, hipertensi, dan diabetes tipe 2 meningkat dengan kenaikan berat badan ini.
APA PENYEBAB STUNTING?
Faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan termasuk kesehatan dan gizi ibu yang buruk, pemberian makan bayi dan anak yang tidak memadai, infeksi, dan kesehatan ibu sebelum, selama, dan setelah kehamilan. Kesehatan ibu ini berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan awal anak, mulai dari dalam kandungan. Praktik pemberian makan pada bayi dan anak yang menyebabkan stunting meliputi pemberian ASI yang kurang optimal dan pemberian makanan pendamping ASI yang terbatas secara kuantitas, kualitas, dan variasi. Penyakit menular yang parah dapat menyebabkan kurus/wasting dan berakibat jangka panjang terhadap pertumbuhan tinggi badan, terutama saat makanan yang tersedia tidak mencukupi untuk membatu pemulihan.
Stunting terkait dengan infeksi karena lingkungan tidak bersih dan sarana air bersih yang tidak memadai. Hal lain yang dapat menghambat tumbuh kembang anak adalah kemiskinan, pengabaian pengasuh, praktik pemberian makan yang tidak responsif, stimulasi anak yang tidak memadai, dan kerawanan pangan.
APA UPAYA PENCEGAHAN STUNTING ?
Untuk mengatasi masalah stunting, diperlukan upaya pencegahan yang terintegrasi dan komprehensif. Untuk itu kementerian kesehatan melakukan intervensi spesifik stunting yang difokuskan pada masa sebelum kelahiran dan anak usia 6-23 bulan. Masa sebelum kelahiran mencakup intervensi pada remaja puteri dan ibu hamil. Pada remaja puteri dilakukan upaya untuk mencegah anemia dengan melakukan skrining anemia dan minum tablet tambah darah seminggu 1 kali. Meningkatkan nutrisi dan kesehatan ibu selama kehamilan dan menyusui. Ibu hamil dianjurkan rutin memeriksakan kehamilan, minum tablet tambah darah, dan bagi ibu hamil kurang energi kronis mendapatkan makanan tambahan yang diberikan di posyandu.
Selanjutnya mendorong praktik pemberian makanan yang sehat pada bayi dan balita. Ibu dianjurkan untuk rutin setiap bulan memantau pertumbuhan dan perkembangan anak di posyandu. Bayi 0-6 bulan dianjurkan mendapat ASI eksklusif dan setelah usia 6 bulan sampai 2 tahun, mendapat makanan pendamping air susu ibu kaya protein hewani sambil melanjutkan ASI sampai 24 bulan. Selanjutnya bayi dan balita dimunisasi sesuai usia anak. Akses ke perawatan kesehatan yang baik, anak balita yang mengalami masalah gizi seperti weight faltering, underweight, gizi kurang, gizi buruk, dan stunting dapat segera ditangani sesuai tata laksana di puskesmas atau rumah sakit.
Hal penting lainnya adalah melakukan edukasi kepada remaja, ibu hamil, dan keluarga untuk menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu, program nutrisi yang terintegrasi dengan pendekatan multisectoral dan partisipasi masyarakat juga dapat membantu menurunkan angka stunting.
Masyarakat diharapkan terus berpartisipasi menurunkan stunting, dengan berperilaku bersih dan sehat, menjaga asupan nutrisi kaya protein hewani, minum Tablet Tambah Darah dan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan di fasilitas kesehatan terdekat. Mudah-mudahan kedepannya angka stunting di Indonesia akan terus menurun sehingga kesehatan dan kesejahteraan anak-anak akan meningkat.
Sumber :
- A, M, Fahami, Nur., Juni, Gressilda, Louisa, Sine., Maria, Helena, Dua, Nita. (2022). Differences in Development of Gross Motor and Fine Motor Skills of Stunting and Non-Stunting Toddlers Aged 36-59 Months. Jurnal Ilmiah Kesehatan, doi: 10.36590/jika.v4i3.294
- Arwinda, Nugraheni., Ani, Margawati., Aras, Utami., Firdaus, Wahyudi. (2023). Hubungan Stunting dengan Anemia, Morbiditas dan Perkembangan Anak Usia Batita di Puskesmas Kebondalem Pemalang. Jurnal epidemiologi kesehatan Indonesia, doi: 10.7454/epidkes.v7i1.6667
- Meity, Mulya, Susanti., Laily, Himawati., Yuwanti, Yuwanti. (2022). Pencegahan Stunting pada 1000 HPK. Jurnal ABDIMAS-HIP Pengabdian Kepada Masyarakat, doi: 10.37402/abdimaship.vol3.iss1.166
- Nova, Linda, Rambe. (2023). The Effect of Stunting on Children's Cognitive Development : Systematic Review. Contagion, doi: 10.30829/contagion.v5i2.14807
- Putri, Fitria., Ari, Tri, Wanodyo, Handayani., Ristya, Widi, Endah, Yani. (2023). Gambaran Pola Asuh Orang Tua terhadap Tingkat Kejadian Stunting di Desa Ajung dan Glagahwero Kecamatan Kalisat. Stomatognatic, doi: 10.19184/stoma.v20i1.38590
- WHO, Global Nutrition Targets 2025 Stunting Policy Brief
- https://www.who.int/data/gho/data/themes/topics/joint-child-malnutrition-estimates-unicef-who-wb
- https://www.nestlehealthscience.co.id/artikel/dampak-stunting-untuk-anak
- https://upk.kemkes.go.id/new/kementerian-kesehatan-rilis-hasil-survei-status-gizi-indonesia-ssgi-tahun-2022
- https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3121/pemberian-makanan-pendamping-asi-yang-tepat-untuk-pencegahan-stunting
Penulis : Dedah Ningrum (Mahasiswa Prodi S-3 Pendidikan Masyarakat UPI Bandung)