Belajar dari Rumah (PJJ), Aplikasi Belajar Vs Game

Belajar dari Rumah (PJJ), Aplikasi Belajar Vs Game

Smallest Font
Largest Font

JABARONLINE.COM – Mari kita kilas balik sejenak. 9 Maret 2020 lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengeluarkan surat edaran untuk pencegahan virus corona (Covid-19) pada satuan pendidikan, di antaranya yaitu kepada kepala dinas pendidikan provinsi, kepala dinas pendidikan kabupaten/kota, kepala lembaga layanan pendidikan tinggi, pemimpin perguruan tinggi, dan kepala sekolah di seluruh Indonesia.

Ada dua surat dari Kemendikbud terkait pendidikan jarak jauh dan virus Corona. Pertama, Surat Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pencegahan dan Penanganan Covid-19 di lingkungan Kemendikbud. Kedua, Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan Covid-19 pada Satuan Pendidikan.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Covid-19 telah membuat negara harus berpikir keras agar kegiatan belajar-mengajar tidak terganggu, salah satunya adalah dengan mulai memikirkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara daring, juga tak lupa fasilitas pendukung berupa kuota internet yang harus selalu tersedia.

Proses pembelajaran di masa pandemi, khususnya di zona-zona yang belum diperbolehkan melaksanakan kegiatan tatap muka di kelas, yakni zona oranye dan zona erah, mereka harus tetap melajutkan pembelajaran jarak jauh (PJJ). PJJ dapat dilaksanakan dengan berbagai metode, baik belajar melaui daring (online), media televisi TVRI dan radio RRI, atau pendidik yang aktif mendatangi peserta didiknya ke rumahnya masing-masing, satu persatu atau grup kecil per grup kecil.

Advertisement
Konten berbayar di bawah ini adalah iklan platform MGID. JABARONLINE.COM tidak terkait dengan pembuatan konten ini.
Scroll To Continue with Content

Baca Juga

Pro-Kontra Sekolah Tatap Muka di Masa Pandemi COVID-19

Sebagian besar satuan pendidikan melaksanakan PJJ nya dengan metode daring (dalam jaring), yang mana baik pendidik ataupun peserta didik terhubung melalui jaringan internet. Yang akan di soroti penulis di artikel ini bukan masalah jaringan internet, kuota internet, ataupun perangkatnya yakni telepon genggam yang dapat dipakai daring, akan tetapi seberapa besar ketertarikan peserta didik belajar melalui metode daring tersebut.

Banyak inovasi, cara, bahkan aplikasi belajar melalui metode daring, tanpa berpikir akan kehabisan kuota internet, apalagi kedepannya akan ada bantuan kuota internet dari pemerintah. Banyak aplikasi yang dapat digunakan pendidik untuk melaksanakan PJJ daring, mulai dari yang paling banyak digunakan yaitu Zoom Meeting/Google Meet, Youtube Live, Google Classroom, Telegram, Kaizala, bahkan sebatas menggunakan WhatsApp Group. Lebih kerennya lagi menggunakan LMS (Learning Management System), seperti Edmodo.

Namun hal yang paling menjadi sorotan adalah bukan hanya menggugurkan kewajiban PJJ daring, tetapi bagaimana agar aplikasi-aplikasi belajar menjadi sangat digemari oleh para peserta didik layaknya game online, yang mana mereka mampu menghabiskan waktunya untuk sekedar bermain game online, bahkan rela membentuk tim secara mandiri untuk bermain secara bersama, atau mereka menyebutnya dengan istilah Mabar (main bareng). Saya rasa hal ini masih menjadi PR bersama para pendidik, karena masih sangat banyak peserta didik lebih menyenangi mabar daripada BELABAR (belajar bareng). Bahkan, ada yang rela sampai mengeluarkan uang hanya untuk sekedar “mempercantik” jagoannya di game tersebut.

Mari, para pendidik, kita berpikir bersama untuk menyusun aplikasi yang sangat menarik, agar para peserta didiknya juga kecanduan untuk memainkannya padahal sedang belajar, bukan malah para pendidik ikut-ikutan asik mabar, yang akan membuat peserta didik berkilah, “ah pak/bu, gurunya saja asik mabar, masa kita gak boleh,”. Bukannya tidak boleh, sih, namun harus seimbang saja. Hiburan dan pendidikan harus selaras, agar tubuh kita bukan hanya berilmu karena bahagia, tapi juga berilmu karena senang berpikir.

Ayo para guru, kepala sekolah, Dinas Pendidikan, bahkan Menteri Pendidikan, di zaman yang sebentar lagi memasuki era 5G, kita bahu-membahu menciptakan aplikasi atau media pembelajaran yang menarik, agak tercipta peserta didik yang asik dan energik.


Penulis: Eka Seftian Nurmayan

(Kepala Sekolah SMP PGRI Tanjungsari Kab. Bogor)
Editor: Fitria Asanegeri 21

Editors Team
Daisy Floren