Biosimilar : Peluang dan tantangan pengembangan obat masa kini

Biosimilar : Peluang dan tantangan pengembangan obat masa kini

Smallest Font
Largest Font

JABARONLINE.COM – Seiring dengan peningkatan faktor resiko akibat perubahan gaya hidup, serta dengan  adanya perubahan lingkungan fisik dan perkembangan zaman yang makin modern. Penyakit tidak menular seperti kanker, diabetes mellitus, jantung, stroke  serta penyakit kronik lainya adalah penyakit yang mengakibatkan nilai kematian tertinggi saat ini di Indonesia, diprediksi akan mengalami  peningkatan yang signifikan pada tahun 2030. Adanya peningkatan penyakit tidak menular yang menyebabkan tingginya nilai kematian ini, maka banyak perusahaan farmasi di dunia terutama di Indonesia bersaing untuk membuat obat yang berbasis biosimilar dan aman bagi tubuh.

Penyakit tidak menular merupakan penyebab kematian utama secara global. Hal ini didukung dengan adanya data dari badan kesehatan dunia WHO yakni lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global mengakibatkan kematian akibat penyakit tidak menular (kanker, jantung serta diabetes militus) dan diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar ini akan terjadi di negara-negara menengah dan miskin.

Advertisement
Scroll To Continue with Content
Gambar 1: Tingkat kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular (Sumber: Kementerian Kesehatan/L-1/Grafis: Caksono dalam http://mediaindonesia.com/news/read/10167/gayahidup-penyebab-kematian-kian-dominan/2016-01-06).

Pengertian Biosimilar menurut badan kesehatan dunia menurut WHO adalah produk bioterapeutik yang memiliki kemiripan/kesetaran mutu, keamanan dan efikasi dengan pembanding. Istilah lain untuk  produk biosimilar adalah follow-on biological yang merupakan pengembangan dari obat biologikal (berasal dari alam), berasal dari mahluk hidup  berupa jaringan, sel, DNA, atau protein. Obat Biologis adalah zat aktif yang terbuat atau  diperoleh dari sel-sel hidup melalui proses biologi sebagai contoh adalah insulin dapat diproduksi oleh mahluk  hidup (seperti bakteri dan yeast)melalui teknik rekaya genetika (Herawati, 2016).

Dilansir dari Kompasiana, Efek produk biologis ini diyakini lebih mudah dicerna tubuh karena terbuat dari bahan-bahan mahluk hidup dan yang termasuk dalam Produk Biologi adalah vaksin, imunosera, antigen, hormon, enzim, produk darah dan produk hasil fermentasi lainnya (termasuk antibodi monoklonal dan produk yang berasal dari teknologi DNA rekombinan).

Advertisement
Konten berbayar di bawah ini adalah iklan platform MGID. JABARONLINE.COM tidak terkait dengan pembuatan konten ini.
Scroll To Continue with Content
Gambar 2 : Ilustrasi perbandingan molekul produk pembanding dan produk Biosimilar (Sumber: FDA.gov)

Jika dilihat dari definisinya, status Produk Biosimilar sebenarnya mirip dengan dengan obat copy atau obat generik karena diproduksi setelah masa paten obat originatornya habis. Namun yang menjadikannya berbeda, jika obat copy atau generik (hasil sintesis kimia) tidak diutamakan menyertakan hasil uji non-klinik (pengujian dengan hewan coba), klinik (pengujian dengan sukarelawan manusia sehat dan sakit) dan/atau hasil uji komparabilitas dengan produk pembanding (dalam hal ini adalah originator) saat didaftarkan ke BPOM, maka Produk Biosimilar diwajibkan untuk menyertakannya, terutama hasil Uji Komparabilitas. Uji Komparabilitas ini bertujuan untuk membandingkan secara langsung (head to head) suatu produk biologi dengan originator atau obat serupa yang sudah terdaftar di Indonesia, untuk melihat kemiripan atau kesetaraan mutu, khasiat dan keamanan produk dalam penelitian yang menggunakan rancangan dan prosedur yang sama.

Peluang obat biosimilar telah menjadi bagian penting dari farmakoterapi modern dan memiliki potensi untuk mencapai hingga 50% pangsa pasar farmasi global dalam beberapa tahun mendatang. Saat ini, India adalah salah satu kontributor utama di pasar biosimilar dunia. India telah menunjukkan penerimaan terbesar biosimilar, yang tercermin dari lebih dari 50 merek biosimilar mendapatkan persetujuan pemasaran. Pengembangan dan persetujuan biosimilar yang sebagian besar lebih murah meningkatkan persaingan di pasar  sehingga membantu mengurangi biaya sistem kesehatan dan meningkatkan akses pasien ke terapi yang berharga ini.

Tantangan dalam Pengembangan produk Biosimiliar seperti Industri produk Biosimilar harus membuat modifikasi pada proses produksi produk biosimilar, untuk meningkatkan hasil dan kualitas produk, meningkatkan kepatuhan terhadap kebijakan peraturan regulasi, ketidakmungkinan produk biosimilar dari  substitusi, meningkatkan efisiensi biaya dan meningkatkan keandalan dari proses pabrik produk biologi.

Tantangan besar lainnya pada produk biosimilar dihadapkan pada masa yang akan datang adalah dapat dipertukarkan (interchangeability). Sesuatu produk yang dapat dipertukarkan adalah salah satu produk yang dapat diproduksi dengan hasil klinikal yang sama dan tidak lebih besar perhatian keamanan sebagai obat referensi. Proses pertukaran ini menimbulkan perhatian yang besar pada faktor keamanan produk biosimilar, setiap perbedaan wilayah memiliki perbedaan peraturan regulasi dalam penggunaan produk biosimilar. Seorang pasien harus berkonsultasi dengan dokter dan juga apoteker untuk penggunaan obat biosimilar.

Dalam pengembanganya, proses biosimilar ini harus memiliki pedoman yang penting yaitu kualitas dari makhluk hidup yang dikembangkan, kemudian unsur keamanan. Maknanya obat biosimilar ini merupakan sudah melalui berbagai uji pre klinis dan klinis serta efikasinya atau pemanfaatan dari obat itu sendiri. Produk biosimilar dibuat dengan proses yang sangat komplek dan rumit dan juga sebelum membuat biosimilar ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dan dipahami diantaranya

  • Karakter protein biosimilar karakteristik protein tidak hanya ditentukan oleh struktur primer (urutan asam amino) atau konformasi spasialnya (struktur sekunder sampai quartener), yang paling penting agar protein berfungsi secara biologis adalah adanya suatu proses seluler yang disebut ‘post translational modifications’ yang mana proses ini tidak dikontrol oleh gen yang mengkode protein, tetapi murni merupakan kondisi dari sel yang memproduksinya (host). Modifikasi tersebut meliputi: glikosilasi, pembentukan ikatan disulfide, gugus fosfat, oksidasi metionin dan deaminasi asparagine.
  • Sistem ekspresi biosimilar pemilihan sistem ekspresi protein (host/mesin produksi) dan vektor yang akan membawa gen pengkode protein target menjadi faktor-faktor yang harus dipertimbangkan. Sifat dan karakter protein yang akan diproduksi akan menentukan dimana ia akan diproduksi agar glikoprotein (protein yang memiliki pola glikosilasi) diproduksi, mesin produksinya harus mampu melakukan proses modifikasi setelah translasi yang akan memodifikasi rantai protein dengan menambahkan gula pada sisi glikosilasi. Alasan ini menjadikan produksi glikoprotein lebih dianjurkan dilakukan dalam sel eukariot, sedangkan protein non-glikosilasi dapat diproduksi pada sel bakteri Escherichia coli. Keanekaragaman hayati yang terdapat pada urutan peptida dan modifikasi setelah translasi juga menjadi sangat signifikan untuk menguji apakah protein yang dihasilkan aktif secara biologi. Banyak strategi dikembangkan selama beberapa tahun terakhir untuk memenuhi tantangan ini.

Banyak keuntungan yang dimiliki dari obat biosimilar ini walau harga yang dijual masih relative mahal  tetapi efek samping yang lebih rendah pada tubuh dibandingkan  dengan obat kimia klasik. Penempatan  tidak bisa di dalam kapsul atau tablet sebab obat biosimilar menggunakan sel  hidup yang sangat sensitive dan dikembangkan lebih personal berdasarkan kondisi individual tiap pasien. Serta proses produksi obat biosimilar dengan menggunakan bahan baku obat akan melalui proses yang panjang secara spesifik.

Obat produk biologis ini dinilai dapat mengatasi penyakit yang selama ini tidak efektif  diobati dengan obat kimia salah satu obat biosimilar yang banyak digunakan dalam pengobatan di masyarakat insulin untuk pasien diabetes mellitus, terapi albumin untuk pasien hepatitis B atau hepatitis C, dan erythropoietin yang digunakan oleh pasien cuci darah dan Antibodi Monoklonal untuk meningkatkan imunitas tubuh dalam pengobatan kanker (Rituximab dan Trastuzumab).

Penulis : Hairun Nisa, Ina siti Solihah, Peri Umardiana

Editors Team
Daisy Floren