BPBD Kab. Bandung Lakukan Langkah Antisipasi Ancaman Kekeringan Dampak Perubahan Cuaca El Nino
JABARONLINE.COM – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melakukan langkah-langkah antisipasi ancaman kekeringan dampak perubahan cuaca El Nino di Kabupaten Bandung. Salah satu yang dilakukan Pemkab Bandung yakni melaksanakan rapat koordinasi dengan melibatkan sejumlah Organisasi Perangkat Daerah di ruang rapat BPBD Kabupaten Bandung, Soreang, Rabu (23/8/2023).
Pada pelaksanaan rapat koordinasi itu selain dipimpin langsung Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung Drs. H. Uka Suska Puji Utama, M.Si., juga hadir dari Staf Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Dinas Pertanian, Damkar, Dinas Sosial, Dinas PUTR, Disperkintan, Satpol PP, Perhutani, PDAM, dan lembaga lainnya.
Bupati Bandung Dr. HM. Dadang Supriatna dalam keterangannya di Soreang, Kamis (24/8/2023) mengatakan bahwa dampak El Nino dapat berpengaruh pada terjadinya ancaman kekeringan dan kebakaran hutan atau lahan di Kabupaten Bandung.
“Adapun hasil analisa dan kajian serta prediksi dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) sudah ada pengurangan turunnya air
hujan terutama di wilayah Kabupaten Bandung,” kata Bupati Bandung didampingi Sekda Kabupaten Bandung yang juga Kepala BPBD Kabupaten Bandung Dr. H. Cakra Amiyana dan Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung Drs. H. Uka Suska Puji Utama, M.Si.
Meski intensitas curah hujan di Kabupaten Bandung sudah berkurang dalam beberapa pekan terakhir ini, imbuh Bupati Dadang Supriatna, bahwa BPBD belum menerima laporan
terkait kekurangan air bersih dari masyarakat.
“Dengan dilaksanakan rapat koordinasi itu, kami berharap di antara OPD dan
seluruh para pemangku kepentingan agar dapat diperoleh data kewilayahan yang update untuk bersama-sama dalam upaya menghadapi ancaman bencana kekeringan dampak El Nino di wilayah Kabupaten Bandung,” kata Dadang Supriatna.
Bupati Bandung menyebutkan bahwa fenomena El Nino, berdasarkan informasi dari BMKG memprediksi puncak kemarau secara normal untuk wilayah Kabupaten Bandung akan terjadi Juli sampai September
2023.
“Untuk diketahui bahwa El Nino merupakan fenomena yang menyebabkan musim kemarau atau musim hujan di Indonesia lebih kering
dari kondisi normal. El Nino meningkatkan potensi
pertumbuhan awan di Samudra Pasifik Tengah dan suhu permukaan air di wilayah Indonesia jadi lebih dingin yang berakibat pada kurangnya curah hujan,” tutur Dadang Supriatna.
Saat ini, imbuhnya, El Nino tercatat lemah – moderate dan masih terus berubah dan dipantau perkembangannya. Disebutkan, bahwa dampak El Nino terhadap musim kemarau di Kabupaten Bandung mengakibatkan perubahan puncak musim kemarau yaitu diprediksi hingga November 2023 dan terus berpengaruh pada cuaca hingga Februrari 2024.
“Dampak kekeringan ini yang perlu diwaspadai adalah ancaman kebakaran hutan dan lahan, gelombang panas atau kekeringan ekstrim, gangguan kesehatan dapat berpotensi terjadi di wilayah Kabupaten Bandung,” ujar Kang DS, sapaan akrab Dadang Supriatna.
Kang DS mengatakan, ancaman kekeringan, kebakaran hutan dan lahan berdasarkan kajian risiko bencana tahun 2022, terdapat di 31 kecamatan dengan tingkatan rendah dan sedang.
“Untuk mengantisipasi potensi ancaman itu, kita sudah melakukan inventarisasi tanki air, Inventarisasi petugas dan peralatan dari masing-masing OPD dalam menghadapi kekeringan di Kabupaten Bandung,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kab. Bandung Uka Suska Puji Utama mengungkapkan bahwa hasil rapat koordinasi itu merekomendasikan untuk menetapkan status siaga darurat bencana kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan di wilayah Kabupaten Bandung pada status siaga darurat selama 30 hari ke depan mulai 24 Agustus ini sampai 23 September 2023.
“Kemudian diperlukan tim siaga/pos komando menghadapi kekeringan agar koordinasi dan penanganan lebih terarah,” kata Uka Suska.
Uka Suska berharap kepada para camat agar memantau wilayahnya terkait kondisi ketersediaan air bersih, kebutuhan masyarakat dan pertanian.
“Kemudian melaporkannya kepada OPD terkait/BPBD, apabila memerlukan
bantuan lebih lanjut,” harapnya.
Ia juga berharap kepada para camat bersama kepala desa melakukan pengawasan kepada masyarakat agar tidak melakukan pembakaran sampah terutama di lahan perkebunan yang dapat berpotensi meluasnya kebakaran karena faktor cuaca kemarau.
Uka menjelaskan El Nino adalah sebuah fenomena cuaca yang terjadi akibat peningkatan suhu permukaan air di Samudra Pasifik Tengah dan Timur yang menjadi lebih hangat dari biasanya. Fenomena alami ini menyebabkan perubahan pola cuaca global, yang berdampak signifikan pada iklim diberbagai wilayah di dunia, termasuk di Indonesia.
Penyebab El Nino dipicu oleh peningkatan suhu permukaan air di Samudra Pasifik Tengah dan Timur. Perubahan suhu ini menyebabkan pergeseran angin dan arus laut, yang mengubah pola cuaca secara global. El Nino disebabkan oleh peningkatan suhu permukaan air di Samudra Pasifik Tengah dan Timur. Fenomena ini terjadi secara alami dan berulang dalam jangka waktu tertentu.
Dijelaskan dampak El Nino maupun La Nina di Indonesia. El Nino meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik Tengah, dan mengurangi cuaca hujan di wilayah Indonesia.
Singkatnya, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum. Sedangkan La Nina mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik Tengah, dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum.***