Buka Dispora Youthpreneur Academy, Bima Arya Harap Pemuda Bisa Tangkap Peluang di Tengah Pandemi
KOTA BOGOR | JABARONLINE.COM – Wali Kota Bogor Bima Arya membuka Dispora Youthpreneur Academy di halaman Gedung Graha Pena Radar Bogor, Jalan KH Abdullah Bin Nuh, Bogor Barat, Kamis (17/9/2020). Dalam kegiatan yang digelar atas kolaborasi dari Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kota Bogor ini, diharapkan mampu mencetak wirausahawan muda pemula yang handal dan tangguh di tengah pandemi.
“Saya ini paling kesal kalau ada ASN atau birokrat yang kalau saya punya gagasan, punya ide, responnya dua, pertama ribet soal aturannya. Yang kedua, bilang tidak anggarannya. Masa gara-gara aturan, program yang bagus tidak jalan, apalagi aturannya dicari-cari. Atau masa semuanya harus dari APBD,” ungkap Bima Arya.
Baca Juga
Kota Bogor Memilih PSBMK, Bima Arya: “Sembilan Puluh Persen Warga Terpapar Secara Ekonomi”
Bima menambahkan, ia juga sering dibikin kesal oleh anak-anak muda yang hanya mengkritik tanpa memberikan solusi. “Saya juga paling kesal sama anak-anak muda yang bisanya mengkritik tapi tidak bisa memberikan opsi solusi. Tidak terpikir untuk menjadi bagian dari solusi,” katanya.
“Hari ini saya lihat dua-duanya tidak ada. Jadi, Pak Kadispora (Herry Karnadi) ini keren. Tanpa APBD, tidak ribet soal aturan, jalan programnya. Ini yang saya tunggu dari dulu. Saya bilang kolaborasi. HIPMI juga saya tantang dari dulu. Tidak usah ribet-ribet, kita collabs, anak-anak zaman sekarang kan bahasanya collabs,” tambahnya.
Menurut Bima, saat ini banyak peluang yang bisa dimanfaatkan karena disetiap cobaan selalu ada berkah. “Peluangnya banyak sekarang. Contohnya CEO Radar Bogor Bang Hazairin Sitepu ini yang mengembangkan sayap-sayap bisnisnya dengan muncul Bozz Food, Bozz Cafe, semoga nanti ada Bozz University. Ini kreasinya luar biasa. Jadi harusnya, selalu ada berkah dibalik setiap musibah. Selalu ada kemungkinan untuk mendapatkan manfaat dibalik setiap cobaan,” jelas Bima.
Gambaran lain yang dicontohkan Bima Arya adalah urban farming yang kian tren dikalangan warga. “Banyak sekali pelajaran-pelajaran baru. Kemarin saya diundang ke Perumahan Griya Melati, ada panen urban farming dan lele. 52 ember budidaya lele berjajar, masing-masing dirawat oleh satu keluarga. Jadi ada 52 keluarga yang terlibat. Belum sampai satu bulan sudah panen lelenya,” ujarnya.
“Saya juga ada di rumah yang seperti itu. Tapi lelenya 40 persen mati saat mau dipanen. Di Griya Melati memang ada yang mati beberapa, tidak sampai 10 persen. Saya cari alasannya kenapa bisa banyak yang mati. Ternyata lele itu tidak boleh terlalu banyak makan. Pakannya itu tidak boleh over. Sementara di rumah saya, ibu-ibu semangat banget ngasih makan lele, pagi siang sore, sudah kayak nyuapin bayi,” tambahnya.
“Pelajarannya adalah bahwa sekarang ini banyak celah, banyak sekali kesempatan tapi kita harus tahu ilmunya. Ilmu itu ada dua, yakni motivasi dan kompetensi. Saya berharap nanti instrukturnya memiliki standar itu. Saya juga suka mengkritik kalau Dinas UMKM dan Disnaker bikin pelatihan. Instruktur yang dihadirkan hanya sekedar bisa memotivasi, kerjaannya hanya motivator. Masa ngasih pembekalan tentang wirausaha, dia sendiri kerjaannya cuma ngomong, tidak pernah usaha. Jadi, belajarlah dari ahlinya,” tandasnya.
Di tempat yang sama Ketua HIPMI Kota Bogor Zulfikar Priyatna mengungkapkan bahwa dirinya sangat bangga bisa merealisasikan tantangan dari Wali Kota Bogor dalam mencetak generasi wirausahawan muda.
“Alhamdulillah pada kesempatan kali ini kami merasa sangat bangga sekali bisa merealisasikan tantangan dari Pak Wali Kota ketika itu. Pak Wali bilang kalau pemuda itu harus bisa menjadi part of solution. Jangan jadi organisasi yang kritis, komplain tidak jelas tapi tidak bisa memberikan solusi,” ujar Zul.
HIPMI pun mendorong para pengurusnya untuk membantu meringankan beban pemerintah dalam menekan angka pengangguran di Kota Bogor. “Untuk menjadikan Bogor lebih baik ternyata tugas bersama, bukan hanya tugas pemerintah. Ini ada nasib pemuda dengan kondisi seperti ini, pengangguran berpotensi menjadi ancaman, tenaga asing bisa saja mungkin nanti masuk, persaingan makin tinggi, apa yang harus kita lakukan?. Kami siapkan anak-anak muda ini dengan kompetensi lewat Youthpreneur Academy,” jelasnya.
Zul menambahkan, HIPMI mengkaji terkait pelatihan serupa yang banyak dilakukan tapi tingkat keberhasilannya rendah. “Hasil kajian kami ternyata ada beberapa materi yang sering kali miss terus kemudian tidak ada metode pelatihan yang memang terintegrasi, mempraktekan dan lain sebagainya,” kata dia.
“Sehingga kami ramu dan muncul modul ini dengan 9 pertemuan semua komprehensif kita bahas. Mulai dari ide bisnis, pengelolaan keuangan, strategi pengelolaan karyawan, sampai ada modul etika bisnis. Bagaimana seorang pengusaha itu harus memiliki moral dan etika yang baik, tanggung jawab yang baik terhadap pemerintah, karyawan, partner bisnis, konsumen dan lain-lain. Kita pastikan goal-nya dari sini muncul pengusaha-pengusaha baru yang berpotensi menyerap tenaga kerja, penuh dengan etika dan kemudian bisa membantu menggerakan roda perekonomian Kota Bogor,” tambahnya.
Sementara itu, Kadispora Herry Karnadi mengatakan bahwa kegiatan hasil kolaborasi ini tidak menggunakan APBD, bahkan warga yang mau bergabung tidak dipungut biaya. “Tidak ada biaya apapun yang keluar dari APBD dan HIPMI pun sukarela memberikan ilmu usahanya untuk ditransfer kepada calon pengusaha muda pemula Kota Bogor. Yang mendaftar sampai hari ini mencapai 200 orang. Nantinya akan diajarkan metodenya offline dan online. Usia peserta mulai dari 17-30 tahun. Mereka ada yang korban PHK tapi ingin memulai usaha kecil-kecilan, ada juga EO yang sepi job karena pandemi ikut di sini,” pungkasnya.
Red