Bupati Lunasi Bank "Emok" Pedagang Kecil Butuhkan Bantuan Untuk Bertahan Hidup
GARUT | JABARONLINE.COM – Ditengah pro dan kontra pelunasan Bank “Emok” oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut senilai Rp 10 miliar di saat kondisi pandemik covid-19 apalagi tidak pernah ada pembahasan bersama DPRD Garut. Hal ini juga memicu penolakan para pedaggang kecil, pedagang keliling angkat bicara.
Seperti Aep (40) pedagang cuanki asal Kecamatan Singajaya. Menurutnya, kebijakan Bupati Garut akan melunasi Bank “Emok” sangat tidak tepat sasaran. Seharusnya, dengan kondisi sekarang ini ditengah wabah virus corona yang diperhatikan para pedaggang kecil yang penghasilannya tidak menentu.
“Sekarang penghasilan hanya cukup untuk makan, dari sehari Rp 500 ribu, sekarang kadang hanya mendapatkan Rp 100 ribu. Kami bersama pedagang kecil lainnya yang seharusnya di perhatikan. Bagaimana mau diam di rumah mengikuti anjuran pemerintah kalau jaminan hidup tidak dicukupi,” ujar Aep saat ditemui di depan Ruko Diamond Dreamland, Kecamatan Tarogong Kidul, Jum’at (10/4/2020).
Dikatakan Aep, menurunya pendapatan berjualan cuanki lebih disebabkan masyarakat tidak mau keluar rumah. Apalagi virus corona sudah mematikan semua jenis usaha.
“Sekarang hanya keliling di pinggir jalan saja, kalau masuk ke komplek banyak yang tidak mengizinkan masuk. Apalagi dalam berjualan sama sekali tidak menggunakan masker, mereka takut juga,” ucapnya.
Hal senada diungkapkan Wahidin, penjual cimol keliling. Menerutnya, Bupati Garut dalam memberikan bantuan harus melihat kondisi masyarakatnya itu sendiri. “Kalau Bank “Emok” itu bukan kewajiban Pemkab dalam melunasinya, melainkan Pemkab menutup aktivitas bank kelililing. Mereka yang meminjam salah sendiri,” katanya.
Wahidin berharap, Pemkab Garut segera meluncurkan program pembagian sembako serta jaminan hidup yang telah dijanjikan Bupati Garut.
“Sembako yang kami butuhkan untuk bertahan hidup,” pungkasnya.***