Dosen Universitas Pakuan Lakukan Kajian Indeks Desa Membangun (IDM) Desa Wirajaya
BOGOR | JABARONLINE.COM – Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan desa diukur dengan pencapaian Indeks Desa Membangun (IDM), status keberhasilan dalam IDM tersebut dilihat dari 5 kategori yakni (1). Status desa sangat tertinggal, (2), Desa tertinggal (3), Desa berkembang (4), Desa maju dan (5), Desa mandiri.
Desa-desa di daerah perbatasan sungguh memprihatinkan. Berdasarkan ukuran Indeks Desa Membangun (IDM) 2020 jumlah desa-desa di perbatasan yang memiliki status tertinggal dan sangat tertinggal sangat dominan.
Desa Wirajaya merupakan satu-satunya desa di Kecamatan Jasinga yang masuk pada kategori desa tertinggal dengan IDM tahun 2020 sebesar 0,5819. Perhitungan indeks pada setiap dimensi dilakukan dengan metode skoring yang kemudian ditransformasikan menjadi sebuah indeks.
Indeks ketahanan sosial terdiri dari 4 indikator: kesehatan, pendidikan, modal sosial, dan pemukiman. Indeks ketahanan ekonomi terdiri atas 6 indikator yakni, indikator keragaman produksi, perdagangan, akses distribusi, akses kredit, lembaga ekonomi, keterbukaan wilayah Indeks ketahanan lingkungan terdiri atas 3 indikator yakni, indikator kualitas lingkungan, potensi rawan bencana dan tanggap bencana.
Dosen Universitas Pakuan yaitu Dra. Hj. Sri Hartini dan May Mulyaningsih, S.E., M.AK., melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Indeks Desa Membangun (IDM) Desa Wirajaya Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor.
Kegiatan Penelitian ini merupakan pemanfaatan hibah internal Universitas Pakuan tahun 2021 dengan tujuan agar hasil kajian ini dapat dimanfaatkan oleh pemangku kebijakan.
Berdasarkan hasil kajian tersebut maka dapat diberikan saran untuk meningkatkan IDM agar di tahun 2021, IDM Desa Wirajaya tidak lagi masuk kategori Desa tertinggal yaitu : Pada indikator kesehatan, nilai indeks terendah adalah 0,20 yaitu aspek jarak ke Poskesdes, Polindes atau Posyandu yang cukup jauh, yaitu berjarak lebih dari 5.000 meter.
Upaya yang harus dilakukan adalah membentuk dan membangun Posyandu di setiap RW. Pada indikator modal sosial, nilai indeks terendah adalah aspek keragaman suku/etnis di desa dan Bahasa sehari-hari warga desa yakni sebesar 0,20.
Hal ini disebabkan karena mayoritas penduduknya bersuku Sunda. Pada indikator akses kredit, nilai indeks terendah adalah aspek akses penduduk ke kredit sebesar 0,20. Dengan demikian dibutuhkan adanya lembaga keuangan simpan pinjam yang dapat dilakukan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa).
Pada indikator perdagangan, nilai indeks terendah adalah terdapat Pasar Desa dengan nilai indeks sebesar 0,20. Nilai ini masih kurang dan upaya yang harus dilakukan untuk meningkat nilai ini adalah membangun Pasar Desa, hal ini bisa dilakukan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa).
Pada indikator potensi rawan bencana, nilai indeks terendah adalah aspek potensi rawan bencana yakni sebesar 0,60. Hal ini disebabkan oleh perkembangan kejadian bencana alam.
Nilai ini sudah cukup tetapi jika ingin di tingkatkan maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan membuat upaya-upaya antisipasi bencana longsor seperti pembuatan tanggul pada daerah tebingan.
Pada indikator tanggap bencana, nilai indeks terendah adalah aspek tanggap bencana yakni sebesar 0,60. Hal ini disebabkan oleh rendahnya upaya/tindakan terhadap potensi rawan bencana. Nilai ini dapat ditingkatkan dengan upaya-upaya seperti pembuatan jalur evakuasi dan pembuatan posko siaga bencana. (Dan)