Dua Hal Yang Merusak Keikhlasan Sehingga Amal Tidak Diterima Allah
JABRONLINE.COM – Beramal sholeh menjadi bukti orang beriman kepada Allah, Rosul-Nya, hingga hari pembalasan ataupun Surga & Neraka. Namun, banyak amal yang bisa saja tidak diterima karena amalnya tidak benar atau ikhlas. Mari kita simak penjelasannya dari video ceramah Youtube Ustadz Oemar Mita tentang Ikhlas.
Penting dalam kehidupan hati kita yaitu, akhlak manusia ketika dia beribadah kepada Allah. Akhlak terpenting itu adalah, bagaimana memastikan hatinya tidak ada yang bicara, tidak ada hatinya yang berdegup kecuali bicara hatinya itu semata-mata karena Allah, ucap Ustadz Oemar Mita Lc mengawali dakwahnya.
Makanya Ikhlas itu merupakan sebuah perkara yang besar dalam kehidupan amal ibadah hati. Manusia ketika ibadah kepada Allah.
Baca Juga
Ilmu Perlu Dicari, Demi Kebahagiaan Dunia Serta AkhiratAdvertisementKonten berbayar di bawah ini adalah iklan platform MGID. JABARONLINE.COM tidak terkait dengan pembuatan konten ini.Scroll To Continue with Content
Walaupun engkau berdakwah, kau menuntut ilmu kalau pun engkau itikaf, kalaupun kau sedekah. Tapi, ketika tidak hadir keikhlasan pada semua ibadah yang kamu lakukan. Dipastikan tidak ada satupun yang diterima. Sampai betul-betul kita mau menunaikan ibadah kita hanya kepada Allah di situlah akhlak terpenting manusia kepada Allah. Itu adalah bagaimana mengetahui kekuatan hatinya di dalam keikhlasan. Sekarang kita mengetahui betapa dahsyatnya kedudukan ikhlas dalam kehidupan kita.
Menukik pembahasannya sekarang Ikhlas itu apa, dan bagaimana? karena banyak sekali definisi-definisi yang mendefinisikan ikhlas dengan bermacam-macam. Ada yang berkata Ikhlas itu sebagaimana kamu habis mengeluarkan kotoran di kamar mandi lalu kamu tinggalkan kotoran itu tanpa beban itulah Ikhlas. Itu salah satu definisi yang sering saya dengar dulu ketika waktu kecil. Sekarang kita mencoba mengembalikan definisi menurut ulama.
Sebagaimana definisi para ulama. Apa sih itu ikhlas supaya nanti kita mendiagnosa diri kita tentang keihklasan.
Ustadz Oemar Mita mengajak merenung, seberapa lama dan sudah apa saja yang kita ikhlaskan itu. Semoga dengan ilmu ikhlas ini kita akan mampu mendiagnosa diri kita. Apakah diri kita sudah berakhlak kepada Allah. Apakah diri kita sudah beradab kepada Allah di dalam keikhlasan.
Sampai kita akhirnya tahu dulu apa itu keikhlasan Bagaimana definisinya. Para ulama lalu menyampaikan sesungguhnya Ikhlas itu adalah proses membersihkan hati dan jiwa dari sesuatu yang mengotori. Itu pengertian secara istilah.
Ustadz Oemar menganalogikan, sekarang kalau kita datangkan pengertian secara bahasa. Kalau ada air kalau ada gelas kemudian di permukaan air itu ada semut atau ada hewan yang mengambang terapung dipermukaan air itu. Lalu, kita singkirkan hewan tersebut itu namanya membersihkan sesuatu dari pengotornya itu secara bahasa.
Jadi Ikhlas itu secara makna istilah istilah adalah membersihkan hati kita, membersihkan jiwa kita dari sesuatu yang mengotorinya. Makanya, kita harus tahu apa itu perkara yang menjadi polusi bagi keikhlasan dan tidaklah seorang hamba. Itu betul-betul dia akan mendapatkan alasan dan cara sampai dia itu memberantas hama hama yang sering menghalangi keikhlasan itu timbul dan tumbuh pada hati manusia.
Selanjutnya, Ustadz Oemar menghubungkan ke ayat Al-qur’an tentang keikhlasan. Sesungguhnya ikhlas, sebagaimana air susu di dalam perutnya sapi. Dalam surat An-Nahl di dalam ayat yang ke-66, Allah menjelaskan membuat perumpamaan dan tamsil tentang masalah keikhlasan. Ihklas itu kayak air susu di dalam perutnya sapi kita tahu di dalam perut sapi itu ada dua pertama yaitu adalah darah yang di dalam perut sapi. Kedua itu adalah kotoran. Bagaikan air susu itu, ihklas tidak terkotori apapun.
Hal yang tak disadari banyak yang beramal ibadah. Dia niatkan untuk dunia atau ria (ingin dapat pujian dan kemulian dari sesama manusia). Jadi yang merusak ihklas itu beramal untuk dunia & ingin pujian atau sesuatu balasan dari manusia.
Pada ahir ceramahnya, Ustadz Oemar mengingatkan sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda “seluruh amal tergantung bagaimana niatnya dan kalau niat manusia itu hanya untuk dunia dia akan mendapatkan dunia.Tetapi, dia tidak akan mendapatkan apapun bagiannya di Akhirat. Karena, bayaran untuk dia sudah disegerakan di Dunia. Sebagaimana niat yang dia miliki dan hadir saat beramal”
Kemarin saya sudah sampaikan ayat yang paling banyak membuat mata para sahabat itu menangis. Qur’an surat Hud 15 dan 16
Ayat ini menjelaskan tentang mereka yang beramal, karena ada niat memperoleh dunia. Dan Allah balas langsung niatnya, Alloh berikan langsung di dunia apa yang diingingkannya. Namun di Ahirat, dia tidak memperoleh balasannya, karena niatnya bukan untuk Ahiratnya tapi untuk dunianya.
Penulis: Dwi Arifin
Editor: Kartika Nur Amalia 21