Ekistensi Filosofi Edukasi Ki Hajar Dewantara Disetiap Generasi
Penulis: Risna Oktapian (Pelajar M. A Persis Katapang)
Hari Pendidikan Nasional yang biasa di singkat dengan HARDIKNAS, adalah hari nasional yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia untuk memperingati kelahiran KI Hajar Dewantara, tokoh pelopor pendidikan di Indonesia dan pendiri Lembaga Pendidikan Taman Siswa. HARDIKNAS ini selalu diperingati pada tanggal 2 Mei setiap tahunnya.
KI Hajar Dewantara lahir dari keluarga kaya Indonesia selama era kolonialisme Belanda, ia dikenal karena berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu yang hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau orang kaya yang bisa mengenyam bangku pendidikan. Hari Nasional ini ditetapkan melalui kepres no. 316 tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959.
Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah kolonial menyebabkan ia diasingkan ke Belanda dan ia kemudian mendirikan sebuah Lembaga Pendidikan bernama Taman Siswa setelah kembali ke Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, beliau diangkat menjadi Menteri pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan pengajaran Indonesia di kabinet pertama di bawah pemerintahan Ir. Soekarno. Ia juga mendapat gelar Doktor Kehormatan (Doctor Honoris Causa, Dr. H. C) dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1957. Namun, dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa ini, tepatnya pada tanggal 28 April 1959, beliau wafat di Yogyakarta. Untuk menghormati jasa-jasanya terhadap dunia pendidikan Indonesia, pemerintah Indonesia menetapkan tanggal kelahirannya sebagai hari Pendidikan Nasional.
Filosofi yang pernah beliau ajarkan mengenai pendidikan adalah “Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani” yang artinya “Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan”.
Namun, tentu apa yang mesti kita lakukan untuk memperingati setiap perjuangan Bapak pendidikan itu? tentunya kita sebagai para pelajar mesti meneladani perjuangan beliau untuk bergerak dalam bidang pendidikan. Apakah kita pernah berfikir, jika tanpa ikhtiar dan perjuangan KI Hajar Dewantara, kita masih bisa berpendidikan sampai memiliki ilmu yang luarbiasa seperti ini ?. Tanpa perjuangan beliau tentu kita tidak memiliki ilmu yang bisa kita gunakan untuk menghadapi segala rintangan-rintangan yang mesti kita jawab dengan ilmu.
Manusia yang berpendidikan adalah mereka yang membantu pergerakan kemajuan bangsa, negara, dan agamanya. Tanpa ilmu, kita layu tanpa adabnya pun kita celaka. Dengan ilmu kita dijaga, disaat banyak harta kita akan sibuk menjaganya hingga sibuk hisabnya. Karena ilmu bukanlah sebuah cara untuk kita membanggakan diri (ujub), tetapi jadikan ilmu untuk kita berjihad di jalan Allah ta’ala.
Para pelajar adalah para calon pendidik generasinya di masa depan. Jika kita berhenti tanpa berpendidikan maka kita telah menyia-nyiakan nikmat Allah Swt.. Maka kita para pelajar, teruslah berjuang, lihatlah para sosok sahabat Rasul, ulama, pahlawan nasional, mereka tak gentir berjuang, mereka menang karena mereka memiliki ilmu dan adabnya.
Untuk kita para pelajar, teruslah tanamkan semangat membangkitkan pendidikan yang sudah di tanam oleh bapak pendidikan kita KI Hajar Dewantara. Dengan menghormati dan melanjutkan jasanya.