Fenomena Selebrity Dalam Kancah Pilkada Bandung Raya
BANDUNG | JABARONLINE.COM – Demokrasi membuka ruang bagi setiap orang untuk berpartisipasi dalam politik.
Siapapun dia, petani, politisi, pegawai, artis, olahragawan, semua punya kesempatan yang terbuka untuk berpolitik
Dalam dunia seleb fenomena ini sudah umum terjadi. Kebanyakan seleb akan melakukan dua hal umum yaitu membangun bisnis atau ikut kontestasi pilkada atau pileg disaat karir selebnya mulai menurun.
Mereka mengunakan sisa kepopuleranya untuk bertarung di dania politik.
Sebut saja Dede Yusuf pernah menjadi wakil gubernur dan gagal maju gubernur. Dedi Mizwar berhasil maju wakil gubernur dan gagal maju sebagai gubernur.Nurul Arifin gagal maju walikota Bandung. Henky Kurniawan berhasil maju wakil bupati diusung partai Demokrat dan sekarang pindah ke PDIP.
Mungkin banyak lagi contoh di daerah lain dimana seleb maju pilkada ataupun pileg
Di Bandung Raya yang paling hangat tentu majunya Atep di pilkada Kabupaten Bandung.
Atep telah resmi deklarasi dengan Mulyana sebagai calon Independent, namun Mulyana meninggalkan Atep dan akan maju melalui partai Gerindra. Atep nga kalah cepat, masuk ke Partai demokrat.
Setelah gagal dengan Mulyana Atep mencoba pendekatan dengan Yena Iskandar yang akan diusung PDIP tapi sepertinya kandas juga .
Terakhir berita pikiran rakyat hari ini Atep berusaha mendekat ke PKS.
Seleb lain adalah Sahrul Gunawan yang sepertinya sudah kokoh diusung Nasdem namun pasangan belum ada juga. Sahrul juga seleb yang popularitasnya sudah turun dalam dunia artis yang persanganya sangat ketat.
Lazimnya selebriti yang top biasanya di pinang oleh calon politisi yang kurang populer, namun fenomena Atep lain lagi, sepertinya Atep sibuk meminang politisi untuk dijadikan pendamping dalam pilkada Kabupaten.
Saya katakan diatas bahwa setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk berpolitik dalam negara demokrasi.Namun mengelola pemerintahan mempunyai syarat kapasitas . Kamampuan memimpin , memahami tata kelola pemerintahan, memahami birokrasi, memahami masyarakat dan lain sebagainya. Populer saja tidak cukup.
Namun saat ini kondisi masyarakat yang belum maksimal pengetahuannya mengenai hak dan kewajiban sebagai warga negara, kondisi ekonomi yang sulit dan pendidikan politik yang sangat kurang dari partai-partai politik menyebabkan pilihan pragmatis sering terjadi. Siapa yang populer akan dipilih diatas kertas. Dilapangan lain lagi siapa yang lebih cangih strateginya bisa menang, liat saja pilkada Kota Bandung tahun lalu.
Disisi lain partai politik juga sangat pragmatis. Dari pada mengusung kader yang sudah jelas komitmenya kepada partai, sebagian pimpinan partai daerah lebih memilih proses transaksional dan mengusung seleb.
Akhirnya prasyarat pemimpin daerah tidak terpenuhi. Karir politik anggota partai terganggu.
Padahal dalam contoh diatas di Bandung Raya sedikit sekali seleb yang berhasil maju sebagai kepala daerah.
Pertarungan pilkada hari-hari ini adalah pertarungan logistik atau uang. Siapa yang tidak punya uang memadai jangan coba coba bertarung. Rakyat tidak melihat siapa figure atau program. Rakyat kebanyakan hanya ingin melihat kandidat datang dan konkrit berbuat untuk kepentingan dirinya sesaat atau syukur- syukur berbuat untuk kepentingan komunitas. Tanpa hal tersebut seleb populer juga akan tidak dipilih.
Untuk para seleb yang berminat maju dalam kancah politik sebaiknya adaptasi dulu dalam dunia politik minimal dua tahun. Supaya kapasitas pengetahun dan loyalitas kelihatan memadai.
Tanpa hal tersebut maka kebanyakan seleb hanya di keruk uangnya dan setelah kalah juga akan di meninggalkan partai. Seperti di KBB seleb kurang loyal atau kurang etika bisa pindah partai hanya karena di iming-iming untuk mengantikan bupati yang sedang berkasus hukum.
Partai politik sebaiknya jangan hanya memanfaatkan kepopuleran seleb atau ketersedian logistiknya, lakukan pendidikan politik yang benar supaya kader yang sudah berkiprah juga tidak kabur. Bangun etika politik.
Pesta pilkada adalah pesta menentukan arah pemerintahan dimasa depan. Oleh karena itu masyarakat juga memikirkan masa depan dengan memilih pemimpin yang mumpuni dan
berpihak kepada masyarakat.
Dengan demikian tujuan pesta demokrasi untuk jangka panjang juga tercapai. Terpilih pemimpin yang berpihak kepada rakyat. Punya kemanpuam yang madai untuk memimpin sebuah daerah. Dan dapat mensejahterakan masyarakatnya.
Harlans M Fachra MSi
Pemerhati Kebijakan Publik