Fesbuk Hadir di FKIP Unpak
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pakuan menggelar Festival Seni Budaya Kemasan (FESBUK) 2018. Acara tersebut merupakan agenda rutin Hima Diksatrasia yang diselenggarakan di lapangan Universitas Pakuan, Sabtu (15/12).
Kegiatan itu berlangsung meriah, tidak tanggung-tanggung 12 suku daerah dari 12 provinsi dipergelarkan secara serempak. Sejak awal pembukaan yang diiringi dengan upacara adat dan tarian-tarian daerah, acara tersebut begitu memukau penonton. Alunan degung yang dimainkan oleh mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia menambah suasana semakin meriah.
Acara ini merupakan puncak acara yang ditandai dengan penampilan pakaian adat serta budaya dari 12 suku yang ada di Indonesia. Mereka bukan saja mengenakan pakaian adat dari daerah tertentu melainkan menyajikan maskot, makanan khas, serta asesoris lainnya yang menjadi ciri khas tiap-tiap daerah. “Kami bangga bisa menggelar acara ini sebagai bentuk kecintaan kami selaku generasi muda terhadap budaya daerah yang ada di nusantara ini,” ujar Anggita selaku Ketua Panitia Fesbuk 2018.
Acara tersebut dihadiri oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan itu berlangsung semakin meriah manakala masing-masing perwakilan suku diminta mempresentasikan tentang budaya daerah masing-masing. Riuh tepuk tangan penonton begitu terdengar keras manakala salah satu peserta dari daerah Lampung begitu piawai dan lancar meyajikan seputar budaya daerah itu. “Selaku pimpinan fakultas, saya menyambut baik dan mendukung kegiatan ini. Ini adalah bukti nyata kepedulian para mahasiswa FKIP Unpak terhadap pelestarian budaya daerah yang ada di Indonesia,” ujar Deddy Sofyan sesaat setelah foto bersama dengan seluruh perwakilan tiap suku.
Sementara itu, menurut, Wakil Direktur Program Pascasarjana, Dr. Eri Sarimanah,M.Pd mengatakan ini acara besar dan luar biasa, dirinya kagum dengan para mahasiswa yang begitu menguasai dan memahami dengan cermat budaya dan bahasa daerah yang tumbuh di bumi pertiwi ini. Semoga kegiatan ini terus dilaksanakan secara rutin,”
Kemudian, Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Suhendra menuturkan, ini adalah salah satu bentuk nyata apresiasi kami terhadap budaya yang dimiliki oleh berbagai suku yang ada di Indonesia. “Kita memiliki kewajiban untuk melestarikan budaya-budaya ini. Sebagai program studi yang berkecimpung di bidang bahasa Indonesia, kami menyadari betapa kayanya bahasa-bahasa daerah yang dimiliki oleh berbagai suku di Indonesia,” tuturnya.
Melalui ajang ini, para mahasiswa berupaya keras untuk mengenal dan mempelajari bahasa daerah tersebut. Bahasa daerah adalah aset bagi bahasa Indonesia karena kosa kata bahasa Indonesia banyak berasal dari bahasa daerah. Mencintai budaya daerah berarti mencintai bahasa daerahnya. Mencintai bahasa daerah berarti mencintai bahasa Indonesia. Dalam acara itu, tiap suku menampilkan pasangan mojang jajaka yang mengenakan pakaian khas suku-suku tersebut. Karena kegiatan ini masuk kategori perlombaan, tiap mojang jajaka dari tiap suku diuji oleh tiga dewan juri. Peserta dituntut kepiawaiannya dalam memeragakan busana serta mempresentasikan wawasan mereka tentang budaya suku tersebut.
“Kami merasa kagum dengan wawasan mahasiswa terhadap budaya-budaya daerah yang ada di Indonesia. Pemahaman mereka sangat mendalam, mulai dari nama pakaian adat, makna filosofis yang dikandungnya, serta bahasa daerahnya.” Hal senada juga diungkapkan oleh Cucu Reswati, salah satu anggota tim juri, “ Kami sampai harus bekerja keras dan berhati-hati untuk menentukan peserta terbaik di antara 12 suku daerah yang ditampilkan.” Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, jura I diraih oleh peserta yang menampilkan budaya daerah Lampung, sedangkan posisi II dan III diraih oleh daerah DKI Jakarta dan Kalimantan Barat.
(Red)