Guru Penuh Dedikasi Tanpa Peningkatan Gaji: Universitas Pendidikan Terancam Menjadi Pabrik Orang Miskin
Pendidikan- “Berapa jumlah guru yang tersisa?” Kata-kata dari Kaisar Hirohoto setelah mengetahui berita kekalahannya dalam perang dunia ke 2, serta dibumi hanguskan dua kota besar di Jepang yakni Hirosima dan Nagasaki oleh Amerika Serikat (AS). Dengan kondisi Jepang seperti itu, dunia membayangkan Jepang membutuhkan waktu 50 tahun untuk bangkit kembali. Nyatanya, Jepang sudah menjadi negara maju dalam kurun waktu 20 tahun. Hal ini menjadi bukti bahwa besarnya peran guru dalam memajukan sebuah bangsa.
Guru menjadi pijakan yang kokoh bagi pembangunan masyarakat terutama dalam membentuk generasi masa depan. Namun, di tengah semangat pengabdian mereka, banyak guru yang menghadapi tantangan finansial yang serius karena kurangnya peningkatan gaji yang proporsional dengan tanggung jawab dan dedikasi mereka.
Meskipun guru diberdayakan untuk membentuk pemimpin masa depan, kenyataannya adalah bahwa gaji mereka tidak selalu mencerminkan nilai pekerjaan mereka, sehingga menjadikan profesi guru sebagai sumber penghasilan yang minim dan bahkan dapat menyebabkan kemiskinan.
Kondisi ini menimbulkan perdebatan serius di kalangan komunitas pendidikan. Idealnya sebuah beban kerja disamakan dengan gaji. Jika beban kerja bertambah, maka gaji pun bertambah. Baik guru honorer atau bukan, semuanya harus layak.
Berbicara mengenai kelayakan dalam sektor wilayah maka UMR (Upah Minimum Regional) menjadi patokannya, namun bahkan sampai hari ini masih banyak guru yang penghasilnya di bawah UMR setempat. Banyak guru terpaksa bekerja lebih dari satu pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka, mengorbankan waktu dan tenaga yang seharusnya mereka habiskan untuk persiapan mengajar dan berinteraksi dengan siswa. Hal ini dapat berdampak negatif pada kualitas pendidikan yang mereka berikan.
Ketika pemangku kebijakan dapat memberikan perdamaian yang layak, barulah berbicara mengenai kualitas pendidikan. Tidak masuk akal, jika pihak yang dibebani dengan kualitas pendidikan namun tidak diberikan penghargaan yang layak. Para pemangku kebijakan dan pengelola kampus pendidikan diharapkan untuk lebih memperhatikan upaya yang telah dilakukan para guru dengan memberikan peningkatan gaji yang sesuai. Ini bukan hanya tentang memotivasi guru, tetapi juga tentang memberikan penghargaan yang pantas untuk peran krusial mereka dalam membentuk masa depan bangsa.
Kalau diberikan atau gaji guru sesedih ini, maka Universitas Pendidikan hanya akan melahirkan pabrik orang-orang miskin. Jangan pernah memutuskan motivasi seorang guru dalam menjalankan tugas mulia mereka untuk membimbing generasi penerus bangsa.
Penulis: Apriya Maharani R