Hadir Mencerahkan Peradaban, Kebiasaan Belanja Bahan Bacaan Diprioritaskan
Penulis: Dwi Arifin (Duta Perpustakaan 2017 & Jurnalis media cetak & online)
Bahan bacaan telah hadir setia menemani kemajuan peradaban. Baik melalui karya sejarah, biografi, prestasi dari setiap institusi, bahkan timbulnya celah perpecahan bangsa atau keluhan cerita rakyat. Semua itu dicatat dan diabadikan dalam bentuk buku, koran atau majalah.
Kemajuan satu negara dari abad ke abad yang terangkum dalam bahan bacaan, menjadi diantara sumber pembelajaran generasi sekarang untuk mengenal generasi yang telah lalu. Apa jadinya kalau generasi sekarang terputus akses untuk mengenal sejarah yang telah lama berlalu. Bukankah sejarah kadang menjadi penguat persatuan, dan bukankah kita diarahkan oleh pendiri bangsa untuk tidak melupakan sejarah.
Dahulu melalui bahan bacaan para pejuang menuliskan cara pandang dan langkah perjuangannya untuk memerdekan bangsanya. Bahan bacaan telah hadir sejak prakemerdekaan dan saat ini masa kemerdekaan bahan bacaan masih tetap eksis ditengah masyarakat. Karena mampu menjadi media untuk membangun kualitas sumber daya manusia yang dulu jauh dari teknologi dan manusia modern di era digital sekarang. Disisi lain bahan bacaan mampu hadir sebagai hiburan khusus otak atau pikiran. Sehingga tetap diminati semua generasi baik dalam bentuk cetak atau online/soft file.
Namun yang menjadi perhatian dan kekhawatiran ialah minimnya minat baca generasi muda apalagi orang tua. Baik karena tidak menemukan akses yang layak untuk membaca atau karena tidak ada ketertarikan untuk membudayakan membaca dalam keseharian kita?…
Padahal otak kita sangat perlu nutrisi ilmu dimasa remaja dan perlu obat penyakit lupa dengan budaya membaca. Otak bila diasah setiap waktu, disegarkan diwaktu pagi atau malam, diisi nutri setiap hari diantaranya melalui membaca bahan bacaan. Maka akan lebih sehat. Seperti tubuh yang perlu makan dan minum. Maka alangkah baiknya selain kepedulian kita dengan terbiasa merawat rambut hingga ujung kaki. Harus juga kita peduli dengan isi otak kita. Bukankah orang yang memiliki jabatan, memiliki kehidupan yang lebih sejahtera atau bahkan lebih bermanfaat untuk umat. Ada fungsi peran otak dibelakangnya yang mewujudkan semua itu.
Kalau direnungi, kadang kita sangat tergantung terhadap makanan untuk diri tubuh ini. Kita membeli nasi bungkus atau minuman beraneka rasa. Itu untuk kesehatan tubuh. Tapi kita sering lupa membeli bahan bacaan yang dapat mencerahkan cara pandang dan mengasah ketajaman berpikir.
Ada yang menarik saat kita membandingkan antara belanja makanan dan bahan bacaan. “Saat membeli makanan satu porsi, makanan itu akan habis oleh satu orang dalam hitungan hari. Tapi saat kita membeli bahan bacaan (kitab, buku, koran atau majalah). Tidak akan habis dalam satu hari, bahkan bisa dibagi-bagi dengan digilir untuk membaca menikmatinya bersama.
Dan saat isi bahan bacaan itu pindah memadati otak kita, lalu bisa dibawa kemana-mana, bahkan sewaktu-waktu bisa dibagikan kepada orang lain yang kita temui. Sungguh manfaat yang berlipat bukan? Maka mari lebih peduli dengan otak kita dengan meluangkan belanja bahan bacaan.