Hardiknas: SD-SMA 12 Tahun? Kelamaan, Saatnya Akselerasi
Penulis: Dwi Arifin (Jurnalis Media Cetak & Online)
Dulu saat siswa ingin belajar memperoleh ilmu pengetahuan diantara jalannya harus menemui gurunya. Atau alternatif lain dengan membaca buku. Sehingga proses belajarpun cukup lama dan perlu biaya lebih. Jika dibandingkan dengan generasi sekarang siswa yang ingin mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan. Mereka dipermudah dan lebih hemat untuk memperoleh ilmu pengetahuan hingga keterampilan dengan belajar melalui internet atau media youtube.
Dari jejak digital, banyak orang yang aoutodidak belajar dari youtube hingga berhasil memperoleh keterampilan yang diinginkannya. Kalau dicermati generasi sekarang lebih mudah memperoleh ilmu pengetahuan. Youtuber yang muncul dari pelosok desa terkadang hampir sejajar jumlah subcribenya dengan youtuber dari perkotaan. Melalui tekonologi, hal ini menjadi bukti bahwa kemampuan masyakat kota dan desa sama kualitasnya.
Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei, bertepatan dengan hari ulang tahun Ki Hadjar Dewantara, pahlawan nasional yang dihormati sebagai bapak pendidikan nasional di Indonesia. Menjadi perenungan panjang untuk perbaikan kualitas pendidikan sebagai gerbang utama kemajuan bangsa.
Ada catatan dunia pendidikan yang perlu dievaluasi, diantaranya persoalan pembangunan ruang kelas baru SMA/K kerap mendapat kendala keterbatasan lahan, karena mahalnya lahan terutama di kota-kota Metropolitan. Disisi lain generasi yang minat melanjutkan sekolahnya terus meningkat. Lalu kualitas siswa yang tidak sesuai dengan program jurusan yang didalami saat SMK atau lulusan siswa SMA yang kurang memiliki tambahan keterampilan untuk diserap dunia usaha atau membangun usaha menjadi wirausaha muda. Sehingga lulusan SMK/SMA tidak mampu bersaing memperoleh pekerjaan yang lebih layak. Dan kenakalan murid didalam kelas atau diluar sekolah. Bisa saja semua itu terjadi karena proses belajar yang terlalu lama dan membosankan.
Harusnya ada perubahan kebijakan untuk pendidikan agar bisa mengikuti kemajuan jaman. Jam duduk dibangku MI/SD-SMA/MA, misalnya yang saat ini kurang lebih 12 tahun, harus bisa menjadi 9 tahun. Melalui ada potongan lama proses pendidikan dikelas setiap jenjang pendidikannya. Alasanya karena siswa sekarang dengan kedekatan informasi melalui media handphoneya mereka lebih cepat dewasa dan mudah mendapatkan ilmu pengetahuannya. Jangan sampai diperlakukan sama dengan siswa dahulu yang serba kesulitan untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan tidak meraskan kenikmatan berteknologi. Â Sedangkan idelnya dunia pendidikan harus mampu melahirkan generasi yang siap menghadapi 10 tahun kedepannya. Bukan hanya satu tahun setelah masa lulusnya. Karena perubahan jaman dari 5-10 tahunan cepat berubahnya. Sedangkan kalau dicermati materi pendidikan cenderung ilmu lama yang belum diuji kembali cocok atau tidaknya bagi masa depan siswa.
Dengan adanya Program Percepatan Belajar ( Akselerasi ), program layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dengan penyelesaian waktu belajar lebih cepat/lebih awal dari waktu yang telah ditentukan pada setiap jenjang pendidikan. Hasilnya mereka diusia remaja sudah bisa menikmati dunia kuliahnya terlatih dan mampu untuk mengawali berpikir ilmiah.
Selain hemat biaya pendidikan hingga sarana pendidikan yang lebih penting menghemat waktu bagi setiap generasi bangsa. Program ini sangat menarik kalau diterapakan di setiap sekolah tanpa memandang kualitas awal siswa. Jadi semua siswa diberi kesempatan dan proses pendidikan yang lebih cepat. Sehingga mereka bisa lebih cepat keluar sekolah dan mempraktekan ilmu,bakat dan keterampilan yang dimiliki dan segera bergerak bebas dimasa mudanya membangun karir dan cita-citanya.