Hari Buku Internasional: "Pentingnya Melengkapi Sembako Dengan Buku"
Penulis: Dwi Arifin (Jurnalis Media Cetak & Online, Duta Perpustakaan Jawa Barat)
Hari Buku Sedunia, dikenal pula dengan Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia dan Hari Buku Internasional, merupakan hari perayaan tahunan yang jatuh pada tanggal 23 April yang diadakan oleh UNESCO untuk mempromosikan peran membaca, penerbitan, dan hak cipta. Hari Buku Sedunia dirayakan pertama sekali pada tanggal 23 April 1995.
Pada beberapa hari kebelakang, sebelum datangnya hari buku internasional. Ada hal yang menarik dari kisah sahabat yang memohon bantuan untuk kegiatan sosialnya. Beliau sudah memiliki paket bantuan berisi uang, sembako dan kebutuhan primer pada masa itu untuk didistribusikan. Beliau tetap menawaran donasi kepada penulis, seperti ini kurang lebih interaktifnya:
Relawan: Aa… ini ada kegiatan sosial, mau nambahin untuk donasi ?
Penulis: mau, donasi buku ya.
Relawan: buku apa? Sembako atau uang biar sama kaya yang lain.
Penulis: buku aja untuk menguatkan mental dan mencerahkan pikiran.
Relawan: oh, gitu.
Penulis: itu kan udah ada sembakonya, targetnyakan untuk menguatkan jasmaninya. Nah untuk menguatkan jiwanya. Sertakan aja buku bacaan untuk dibagi ke mereka. Untuk mengisi waktu luang. Buku ini kan bisa jadi sumber hiburan yang edukatif, hingga jadi sumber ilmu yang bisa bermanfaat untuk mereka kedepannya.
“Ahirnya kegiatan berbagi dilaksanakan, namun buku cenderung tidak diterima untuk pelengkap donasi, dinilai tidak cocok untuk disatukan dengan sembako. Padahal kalau ada buku, bisa saja anak-anak atau cucu penerima bantuan lebih senang / butuh dengan bukunya dari pada sembakonya”
“Ya… kadang kita lupa, atau tidak seimbang dalam komposisi memeberi bantuan. Kita fokus untuk mengisi perutnya, kita lupa untuk mengisi otaknya. Kita fokus kepada perbaikan jasmaninya yang nampak, kita lupa dengan perbaikan isi hatinya. Kita fokus memberi kebutuhan sehari-harinya, kita lupa dengan kebutuhan modal membangun masa depannya. Kita sering berpikir suksesnya memberi saat diterima tangan, padahal saat tangannya menerima dan hatinya ikut terbuka akan lebih berkesan”
Fenomena ada bantuan yang ditolak karena sembakonya busuk atau kurang layak konsumsi. Menjadi perhatian semua masyarakat. Padahal kita selalu diajarkan untuk memberi sesuatu yang terbaik.
Kita kembali kepada pembahasan sejauh mana pentingnya menyertakan bahan bacaan atau buku dalam setiap bantuan sosial?
Saat sembako atau uang dibagi-bagi lalu dikonsumsi, maka keduannya akan habis. Beda dengan buku saat dibagi-bagi isinya tidak akan habis, justru bertambah. Saat sembako atau uang dibagikan kepada keturunannya. Maka akan habis, sedangkan isi buku tidak akan habis sampai tujuh turunan.
Bukankah banyak contoh dari ulama terdahulu, mereka lebih rela kehilangan hartanya untuk memperoleh ilmu yang dicarinya? Mereka khawatir meninggalkan umatnya/keluarganya tanpa bekal ilmu. Cara pandang tersebut menganolagikan bahwa puncak kesejahteraan bukan dari banyaknnya harta tapi banyaknya ilmu yang bermanfaat. Bukankah dengan harta itu kita akan sibuk hingga lalai menjaganya dan sibuk di hari hisabnya, sedangkan saat banyaknya ilmu, maka kita akan dijaganya.
Memang buku dan ilmu, masih kurang diminati dan kurang populer. Lebih mudah populer kuliner, baju model terbaru atau kendaraan terbaru. Semuanya itu memang tidak perlu dijauhi hanya perlu ada keseimbangannya antara keduannya.
Ada kisah menarik dari kisah orang kaya dan ahli ilmu saat menuju perkampungan ditengah laut. Yang satu membawa bekal harta untuk berdagang yang satu membawa bekal ilmu untuk berdakwah. Ditengah laut harta yang dibawa tenggelam. Saat sampai ditepi pantai, masyarakat langsung menyambut ahli ilmu sedangkan orang kaya yang kekayaannya tenggelam tanpa ada penyambutan.
Maka penting direnungi, bukankah negara kita masih memiliki pekerjaan rumah. Tentang bagaimana cara meningkatkan budaya baca kepada setiap generasi bangsa?
Maka dengan tadi program bantuan sosial yang disertakan bahan bacaan atau buku menjadi modal perbaikan infrakstruktur budaya baca. Kalau buku sudah tersebar di masyarakat dan populer, maka mereka akan penasaran dan minat membacanya sewaktu-waktu.