Hari Literasi Internasional 2020 : "Merubah Budaya Baca Menjadi Daya Baca", Salam Literasi
JABARONLINE.COM – Literasi merupakan istilah umum yang merujuk kepada, seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian atau disiplin ilmu tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa. Dari bahasa latin, istilah literasi disebut sebagai literatus, artinya adalah orang yang belajar.
Setiap tanggal 8 September, seluruh dunia memperingati ‘Hari Aksara’ yang juga disebut sebagai, Hari Literasi Internasional. Peringatan tahunan ini bertujuan untuk, mengingatkan kepada publik akan pentingnya literasi, untuk membangun potensi diri dan kemajuan bangsa.
Dahulu, pada masa pra Kemerdekaan, memang banyak manusia yang buta huruf karena keterbatasan akses belajar atau kurangnya minat untuk belajar. Namun, setelah lama Merdeka, dengan berbagai langkah dan gerakan literasi yang diprogramkan pemerintah dan dikembangkan masyarakat maka, budaya membaca kian meluas disetiap generasi.
Akan tetapi, tumbuhnya budaya membaca, tidak cukup untuk membangun dan mempercepat kemajuan bangsa. Maka, perlu adanya perubahan ‘budaya membaca’ yang ada di masyarakat, menjadi ‘daya baca’. Lalu pertanyaannya, apa perbedaan dari keduanya?
Baca Juga
Menulis dan Membaca, Literasi Penting Penghasil Karya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ‘Budaya’, merupakan pikiran, akal budi, adat istiadat, sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar untuk diubah. Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa sanskerta yakni ‘buddhayah’ yaitu, bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal.
Sedangkan ‘Baca’ atau membaca, diartikan kemampuan untuk memperoleh infomasi, ilmu, untuk membangun keterampian. Baik membaca dengan melihat buku, mendengarkan ceramah dengan telinga, atau membaca perasaan dengan hati. Dengan tujuan memperoleh apa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan informasi.
Kalau dicermati, budaya membaca berbeda dengan daya baca, karena daya baca sangat erat dengan keterampilan menangkap makna yang tersaji dalam paragraf. Seperti kecepatan mengemas, menyimpulkan, menganalogikan, memahami atau mempraktikan tautan makna antarteks, antarteks dengan grafik, antarteks dan simbol, serta relasi makna antargrafik. Dengan modal perbendaharaan kata dari sang pembaca.
Akhirnya muncul beberapa pertanyaan terkait dengen membaca.
Seperti, “Orang suka membaca, tapi belum tentu mudah paham apa yang dibaca bukan?”
“Orang ingin membaca, tapi karena tulisannya berbahasa asing, bisa tidak jadi membaca kan?”
“Orang suka membaca pesan singkat, tapi mengapa dia tak kuat membaca karya tulis ilmiah?”
“Orang suka membaca, tapi mengapa ia tidak pandai bercerita seperti buku yang dibacanya?”
“Orang banyak yang membaca secara asal-asalan karena kebiasaan, kenapa bukan karena kebutuhan dan haus akan ilmu pengetahuan?”
Pertanyaan diatas merupakan seklumit modal renungan dan perubahan momen metamorfosis dari ‘Budaya baca’ ke ‘Daya baca’. Karena kualitas selalu menjadi target setelah kuantitas.
Selamat hari literasi Internasional, mari kita pertahankan budaya baca, sekaligus kuatkan daya baca, untuk menumbuhkan potensi diri dan mengangkat derajat bangsa. Karena sejarah mencatat bahwa, mereka yang menjunjung tinggi ilmu, mereka akan dimuliakan oleh ilmunya.
Penulis : Dwi Arifin
Editor : Dita Sekar Sari 21