Ilmu Perlu Dicari, Demi Kebahagiaan Dunia Serta Akhirat

Ilmu Perlu Dicari, Demi Kebahagiaan Dunia Serta Akhirat

Smallest Font
Largest Font

BANDUNG | JABARONLINE.COM –
Penting dan mulianya ilmu untuk kehidupan manusia menjadi bahasan khusus Ustadz Ruslan Gunawan S.Ag pada pengajian Minggu yang lalu di Majelis Syubbanul Uluum Margaasih.

Ulama Sufyan Ats-Tsauri pernah mengatakan “Tiada sesuatu setelah kematian Nabi yang lebih mulia selain orang berilmu.” Maka bagi seorang Muslim, seharusnya tidak ada halangan untuk mencari ilmu. Jangan sampai jabatan, harta, kondisi sakit, dan urusan dunia kita menjadi penghalang dalam mencari ilmu.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Karena pada dasarnya, semua urusan Kita di dunia telah di atur oleh Tuhan Yang Maha Esa, Allah Swt. Sedangkan ilmu, merupakan tuntutan yang harus dicari dan diperoleh dengan cara berusaha.

Baca Juga

Advertisement
Konten berbayar di bawah ini adalah iklan platform MGID. JABARONLINE.COM tidak terkait dengan pembuatan konten ini.
Scroll To Continue with Content
Babarit Masih Menjadi Tradisi di Jembatan Mendu

Setelah manusia telah mengalami masa baligh atau mencapai kedewasaan, ilmu untuk mengenal Allah dan Rasulnya harus menjadi prioritas. Karena melaui ilmu ini, akan mengantarkan manusia kepada kebaikan dan keselamatan. Maka rutinkanlah dan miliki majelis ilmu yang membahas Al-Quran, As-Sunah dan Kitab para Ulma. Karena dengan ilmu, bisa mengawali diri mendapatkan ketaatan, beramal dengan landasan kesadaran untuk beribadah.

Ustadz Ruslan juga membacakan ayat tentang orang yang lalai dari mengisi akal dan hatinya oleh ilmu. Dalam ayat Al-Quran Surah Al-isro ayat 179:

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi) neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”

Kalau akal hatinya tidak diisi oleh ilmu, maka hawa nafsunya yang menguasainya. Ibnu Qoyim Al Jauziyyah mengungkapkan bahwa hati adalah raja, dan organ tubuh adalah pasukan yang menjalankan perintah. Dan tidak ada satu amal pun yang tegak melainkan perintahnya, dan tidak ada satu amal pun yang tegak melainkan amal itu keluar dari hati.

Perlu dicatat bahwa, mencari ilmu itu sebagai bentuk kepatuhan untuk melaksanakan perintah Allah. Mencari ilmu juga sebagai bentuk kasih sayang pada diri sendiri. Begitupula dengan nasihat dari Ali Bin Abi Tholib , “ilmu akan menjaga dirimu, sementara harta malah sebaliknya, engkau harus menjaganya”. Kalau kita menempatkan ilmu dalam diri, maka ilmu akan menempatkan posisi kita baik di Dunia maupun Akhirat.

Karena ilmu menjadi pemimpin setiap amal, ilmu akan menjadi alat ukur untuk menghisab tentang amal kita di Dunia sebelum kelak dihisab di Ahirat. Kita diperintah untuk menghisab diri sebelum kelak dihisab. Kalau bukan dengan ilmu, dengan apa kita akan menghisab diri kita saat ini.

Setelah Rasulullah Saw meninggal, Rasul mewarisakan Al-Quran dan As-Sunnag kepada umatnya, kelak di Ahirat, Rasul akan mengetahui bahwa kita umatnya, lewat amalan ilmu yang diperoleh darinya. Ibarat seperti Guru akan mengetahui siapa murid-murid yang belajar padanya, dan diantara ciri-ciri yang akan mudah diketahui oleh Rasul kepada umatnya ialah dengan, bekas wudhu dan salat yang memancarkan cahaya pada wajahnya.

Pada ayat lain dijelaskan bahwa, manusia akan dipanggil bersama pemimpinnya atau ilmu yang diamalkannya. “(Ingatlah) suatu hari (yang pada hari itu) Kami panggil tiap umat dengan Pemimpinnya, dan barang siapa yang diberikan Kitab amalannya di tangan kanannya, maka mereka ini akan membaca Kitabnya itu dan mereka tidak dianiaya sedikit pun. Dan barang siapa yang buta (hatinya dari ilmu) di Dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar),” (QS. Al-Isra: 71-72).

Seorang Muslim idealnya memiliki kerinduan saat ilmu itu disebut, seperti seorang yang merindukan pasangannya, saat pasangan itu disebut namanya. Mencari ilmu merupakan sesuatu ibadah yang tidak bisa diwakili, juga merupakan ibadah Para Sahabat yang diteruskan oleh Ulama terdahulu.

Sehingga dalam suatu kisah, Imam Ahmad ditanya ditengah perjalanannya mengenai mau sampai kapan mencari ilmu, Imam Ahmad menjawab “tidak ada ibadah yang diterima, jika tanpa ilmu”. Dari jawaban itu, mereka yang bertanya lalu ikut serta bersama Imam Ahmad mencari ilmu. Bagi mereka yang sibuk mencari, mengamalkan, dan mengajarkan ilmu, mereka cenderung ditakdirkan meninggal dalam kebiasaannya.

Penulis : Dwi A
Editor : Dita Sekar Sari 21

Editors Team
Daisy Floren