Islam dan Covid 19
Yang asik dari beragama adalah perintah dan larangan. Yang baik bagi pemeluk adalah ketaatan. Yang menjadi sumber perbedaan adalah cara memandang dan menafsirkan. Agama adalah ketentuan dan jalan menuju kebenaran. Manusia hakikatnya mencari. Menemukan dan mengembara menemukan pencipta.
Agama adalah semesta pengetahuan masa lalu, masa kini dan masa depan yang abstak tapi juga konkret. Agama tak harus memulu berdasar logika tapi juga pun bisa dibuktikan dengan logika.
Saya muslim maka sebagai mana manusia . Saya mencari dan mengembara mencari kebenaran dari yang saya yakini (baca : Islam).
Sebagai muslim sebelum menjalankan salat lima waktu wajib hukumnya berwudhu. Saking pentingnya wudhu maka salah satu Imam menganjurkan kita membasuh sebanyak tiga kali guna menjaga dari ketidaksahan bila hanya sekali membasuh. Lantas! Pernahkah kita bertanya? Kenapa untuk bertemu dengan sang pencipta muslim harus berwudhu? Silahkan bertanya dengan ustad masing-masing bagian ini. Jujur! Perihal ini saya tak mampu membahas.
Saya selalu percaya Tuhan yang mencipta selalu maha tahu bagi umatnya. Maksud Saya begini ! Kondisi sekarang (dunia dalam gengaman virus covid 19) barangkali memang telah digariskan ; direncanakana sebagai upaya bahwa islam sebagai sebuah agama adalah kebenaran. Alloh seakan telah mengajarakan pemeluknya dengan cara yang benar agar selamat. Sebab jika dilihat dari asal katanya maka Islam berasal dari kata assalmu, aslama, istaslama, saliim, dan salaam. Saalam itu sendiri artinya selamat. So, berwudhu barangkali upaya menyelamatkan pemeluk islam dari virus covid 19. Keren!! Jauh sebelum virus hadir Islam tanpa sadar telah mempersiapkan pengikutnya dari wabah ( covid -19). Agama adalah uapaya mempersiapkan umat manusia di masa depan. bagi Saya yang dhoif covid 19 menjadikan saya menuju keberimanan.
Penulis : Akang. Lahir di Sukabumi. Pernah menyukai seni. Mengajar adalah upaya menuju sorga. Cucu K.H. Baba Buchiri TB. Tidak pernah nyantri. Dipanggil akang lantaran anak pertama di keluarga. Tetangga, saudara, dan tukang bakso di sekitaran rumah kecilnya memanngil Akang. Kini tinggal di Bogor dan hidup bersama buku. kesendirian baginya adalah musuh utama selain hawa nafsu.