Jejak Bahasa
Perbincangan ini perihal penggunaan bahasa Indonesia digital dan masyarakat. Menguak kehidupan berbahasa jelas
menjadikan sarana berpikir menggunakan logika, kesantunan, dan pragmatika berbahasa. Dalam kehidupan sosial Penggunaan bahasa terkadang menjadi pisau bermata dua, ini dikarenakan terkendala opini atau argumen yang Diucapkan tidak disertai fakta, data, dan solusi meyakinkan, jelas ini menjadi blunder. Keyakinan beropini jelas penting, tapi alternatif opini juga harus dimunculkan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam berpikir.
Sering dijumpai dalam media sosial penggunaan bahasa yang bersifat tidak jelas (amburadul) atau bahkan menghardik komunitas tertentu, sehingga menyalalah emosi berbahasa dengan berbalas menghardik, demikian terus sampai tidak ada ujung kepastian. Kepastian yang muncul bersifat pidana yang dikarenakan bahasa tulis tersebut. Singkat cerita banyak tokoh dan masyarakat terbuai emosi untuk meluapkan kekesalannya dengan jalur hukum. Jelas ini menjadi dilematis bagi pegiat dan pengguna bahasa umumnya.
Tidak perlu disesali apalah daya kejinya jari yang menari dalam kecanggihan teknologi. Permasalahansiapa yang benar dan siapa yang aroganmasyarakat yang menilai.Mengkritisi salah bahkantidak pun salah, terbayang sudah kejinya bahasa dalam balutan opini dan argumen seseorang. Dunia kebahasaan memuat disiplin ilmu pragmatik bahasa yang mengungkapkan tindak tutur dalam peristiwa tutur merupakan proses komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia pasti melakukan peristiwa tutur dengan tujuan antara penutur dan petutur sama-sama mendapat informasi.
Tindak tuturyang hadir dalam berkomunikasi memiliki beragam jenis, salah satunya penggolongan berdasarkan sifat hubungannya yang mencakup tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi.Lokusia dalah tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami. Ilokusi adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan kalimat performatif yang eksplisit. Perlokusi adalah tindak tutur yang dapat mempengaruhi mitra tutur.
Permasalahan utama yang sering terjadi adalah sudut pandang seseorang bijak dalam berkomunikasi lisan dan tulis.Apa, mengapa, kapan,dimana, siapa, dan bagaimana merupakan urusan logika berbahasa yang wajib seseorang
gunakan bijak dalam menggunakan bahasa.
Lantas apakah itu semua termaafkan setelah mengetahui jawabannya? Jawabnya jelas tidak. Indonesia adalah negara multikultur dimana setiap ucapan dan bahasa yang keluar diskemakan berdasar pada suku, agama, bahkan ras. Etika kesantunan salah satunya pastilah disebabkan itu, tetapi sangat jelaslah semua bahasa yang hendak dikeluarkan melalui proses pemikiran. Oleh karena itu bersikap bijaklah menggunakan bahasa baik lisan dan tulisan, langsung ataupun tidak langsung.
Bandung, 17 Mei 2020
Penulis : M. F. Alfahad