Memahami Gerakan Sosial Lama dan Gerakan Sosial Baru
JABARONLINE.COM – Gerakan sosial muncul sebagai pengaruh dari beragamnya pandangan yang digunakan untuk memahami sebuah peristiwa yang terjadi di tengah masyarakat. Gerakan sosial juga dapat diartikan sebagai tindakan organisasi atau kelompok secara terorganisir yang berfokus pada isu sosial atau politik untuk mewujudkan sebuah perubahan. Sebuah tindakan perlawanan dapat dikatakan sebagai Gerakan Sosial tentunya memiliki persyaratan.
Persyaratan tersebut adalah adanya jaringan sebagai media untuk menyebarkan ide – ide dalam melakukan tindakan yang dilakukan bersamaan dengan krisis yang terjadi sebagai penyebab munculnya sebuah tindakan perlawanan dan upaya untuk mengorganisasi masyarakat yang tertarik dan memiliki satu pandangan yang sama. Selain itu untuk mengetahui apakah sebuah tindakan dapat dikatakan sebagai Gerakan Sosial dapat dilihat dari ciri – ciri yang ada.
Ciri – ciri sebuah Gerakan Sosial seperti terbentuk sebagai kelompok atau organisasi, tujuan gerakan atau tindakan, memiliki lingkup wilayah, metode dalam melakukan sebuah tindakan, dan sifat Gerakan Sosial seperti tidak membatasi orang yang ingin bergabung atau memiliki struktur organisasi yang jelas.
Secara teoritis Gerakan Sosial terbagi menjadi Gerakan Sosial Lama (old social movement) dan Gerakan Sosial Baru (New Social Movement). Gerakan Sosial Lama memiliki beberapa teori. Pertama, teori masyarakat massa, dikembangkan oleh William Kornhuser pada tulisan yang berjudul The Politics of Mass Society. Menurutnya hadirnya kelompok di tengah masyarakat dapat menyebabkan pengelompokan perilaku di kelompok tersebut dari anggota maupun struktur kepemimpinannya.
Kelompok ini merupakan masyarakat yang berasa terasing namun memiliki pengaruh terhadapn elite di wilayahnya dan pemimpin kelompok tersebut berpotensi menjadi masyarakat massa. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya gerakan massa yang anti pada demokrasi dan bertujuan untuk merubah secara total suatu bentuk masyarakat.
Kedua, teori deprivasi relative, teori ini menjelaskan lebih terperinci dari teori sebelumnya karena focus dari teori ini adalah alas an psikologis yang menjadi penyebab munculnya keputusan membentuk sebuah gerakan sosial. Deprivasi relative berpatokan pada keadaan seseorang yang merasa memiliki kekurangan dalam dirinya lebih banyak dari kemampuan yang dimiliki. Sebagai contoh seseorang yang tidak memiliki makanan, pakaian, dan tempat tinggal disebut sebagai deprivasi absolut. Sedangkan seseorang yang merasa makanan atau pakaian yang dimiliki masih tidak cukup disebut sebagai deprivasi relative.
Gerakan Sosial Lama memiliki ciri khas tersendiri yaitu terorganisir, memiliki tujuan yang jelas, dan memiliki strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagai contoh Gerakan Sosial Lama di Indonesia adalah sejarah TRITURA (Tri Tuntuntan Rakyat) yang terjadi pad tahun 1966. Gerakan mahasiswa dan buruh tersebut masuk dalam kategori Gerakan Sosial Lama.
Gerakan Sosial Baru merupakan pendekatan secara teoritis yang berguna untuk menjelaskan perubahan karakter yang ada di Gerakan Sosial dan menekankan pada ciri khas Gerakan sosial dalam perkembangan masyarakat pasca industry. Teori yang digunakan berakar pada respon terhadap kekurangan yang dimiliki oleh Marxisme klasik dalam menganalisa suatu tindakan kolektif. Tokoh teoritis Gerakan Sosial Baru memiliki pandangan kontras tentang cara berfikir dari tindakan yang berdasarkan pada politik, ideologi, dan kultur.
Selain itu, perbedaan dari Gerakan Sosial Baru adalah terminologi yang berbeda tentang tindakan kolektif menjadi pengganti asumsi – asumsi yang digunakan dalam Gerakan Sosial Lama. Seorang ahli Gerakan Sosial bernama Nelson Pichardo Almanzar mengatakan Gerakan Sosial Baru memiliki karakteristik khusus, yaitu tujuan atau ideologi, taktik, struktur, dan partisipasi dari Gerakan kontemporer.
Di Indonesia contoh Gerakan Sosial Baru yang banyak dilakukan adalah memperjuangkan keadilan bagi rakyat kecil seperti ketidak adilan hukum yang tumpul kepada elite dan tajam kepada rakyat miskin. Contoh lain Gerakan Sosial Baru yang terjadi di Indonesia adalah Gerakan 212 yang terjadi di ujung tahun 2016. Gerakan ini masuk dalam Gerakan Sosial Baru karena tujuan dari Gerakan ini adalah memperjuangkan keadilan hukum yang didasari oleh sikap keagamaan atas tindakan penistaan agama yang dilakukan oleh seorang elite politik.
Secara garis besar Gerakan Sosial Lama dan Gerakan Sosial Baru memiliki berbedaan yang cukup jelas khususnya mengenai tujuan, strategi, dan struktur. Munculnya pemahaman mengenai suatu gerakan dapat membantu seseorang untuk mengenal apakag gerakan tersebut masuk ke dalam kategori Gerakan Sosial atau hanya tindakan yang tidak memiliki tujuan yang jelas. Gerakan Sosial tidak selalu melawan dan menentang elite, tetapi juga memperjuangkan keadilan dan memperjuangkan perubahan struktur secara total kearah yang lebih baik.
Penulis : Jeremia Ronaldo H, Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Airlangga