Membangun Kebiasaan Belajar Di Alam Mimpi Jadi Alternatif Saat Pandemi

Membangun Kebiasaan Belajar Di Alam Mimpi Jadi Alternatif Saat Pandemi

Smallest Font
Largest Font

BANDUNG | JABARONLINE.COM – Saat ini akses guru dan murid untuk bertemu secara langsung dibatasi. Sehingga seolah-olah proses pembelajaran pun terasa kurang sempurna. Namun dari catatan sejarah bahwa untuk proses belajar itu selain di dunia nyata bisa diperoleh dengan di alam mimpi.

Dahulu para pencari ilmu itu sering bertemu gurunya yang sudah meninggal ataupun yang masih hidup. Walaupun jarak antara keduanya berjauhan, mereka bisa tetap bertemu di alam mimpi untuk belajar.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Baca Juga : Uu Ruzhanul Dorong BPD Perkuat Komunikasi dengan Kepala Desa

Pada dasarnya teori bertemu di alam mimpi dibenarkan adanya. Banyak orang ( guru dan murid) yang ketika bertemu di alam mimpi, lalu mereka belajar kitab dan ternyata ketika bangun dari mimpinya. Hasilnya beliau itu ternyata benar bisa memahami tentang kitab yang dipelajarinya dan menjadi ilmu yang bermanfaat bagi dirinya dan umatnya.

Advertisement
Konten berbayar di bawah ini adalah iklan platform MGID. JABARONLINE.COM tidak terkait dengan pembuatan konten ini.
Scroll To Continue with Content

Ibnu Sirin yang lahir di Bashrah, Irak sekitar tahun 33H/653M. Ia termasuk salah seorang thabaqat (generasi) Tabi’in agung hidup sezaman dengan Hasan Al-Bashri, Malik bin Anas dan Fudhail bin Iyadl. Ia tidak hanya terkenal sebagai ahli tafsir, hadis dan fiqih, juga masyhur sebagai orang shaleh, zuhud wara’ dan sangat berhati-hati dalam urusan perkara agama. Ia menjadi begitu terkenal sampai sekarang ini karena karyanya “Muntakhab al-Kalam fi Tafsir al-Ahlam” atau biasa dikenal sebagai Ta’wil Mimpi Ibnu Sirin. Dalam kajiannya ada penyampaian adanya ruang mimpi yang kebanyakan bernilai edukatidif.

Menuntut ilmu wajib hukumnya bagi muslim laki-laki mau pun perempuan. Demikian disarikan dari hadits tentang menuntut ilmu yang diriwayatkan Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa dha’if sunan Ibnu Majah dijelaskan:
“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu muslim”

Pada dasarnya proses belajar atau mencari ilmu bisa ditempuh oleh semua orang dan teknisnya itu sangat luas tidak hanya sebatas di alam nyata. Namun alam mimpi juga bisa dijadikan alternatifnya. Mimpi bisa diartikan pertemuan 2 orang ataupun lebih banyak. Baik dalam hal yang positif mimpi baik & indah ataupun negatif berupa mimpi buruk.

Ternyata dari hasil kajian disimpulkan, kalau dalam hal positif mimpi baik. Itu bisa diartikan benar adanya sebagai ilham dan petunjuk hidupnya. Sedangkan jika mimpi buruk, itu merupakan sesuatu yang datangnya dari setan. Bisa saja karena sebelum tidur memikirkan hal yang buruk atau tidak berdo’a sebelumnya. Sehingga saat masuk ke mimpi dalam keadaan memikirkan hal yang buruk dan bertemu dengan hal yang buruk.

Disisi lain dalam agama islam ada ajaran adab sebelum tidur. Mereka yang ketika terlatih untuk mempersiapkan diri masuk ke alam mimpi akan mendapatkan mimpi indah. Jadi untuk momen belajar di alam mimpi ini teknis awalnya seorang guru dan murid bersuci dengan berwudhu lalu berdoa secara khusus kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan memohon dipertemukan dengan muridnya di alam mimpi untuk belajar.

Kalau dicermati bersama di alam mimpi ini merupakan hal yang sangat produktif. Walaupun jasad manusia sedang tidur, namun ruh manusia tersebut masih tetap bisa aktif belajar. Sehingga orang-orang yang terbiasa belajar di alam mimpi atau diberi anugrah suasana belajar di alam mimpi ini merupakan kebiasaan yang produktif yang perlu dijadikan alternatif saat ini. Karena saat ini kebanyakan orang itu belum memahami ataupun menjadikan belajar di alam mimpi itu sebuah kebiasaan dan kebutuhan. Jadi bisa saja teknisnya kedepannya, bagi seorang guru dan murid memiliki alternatif bonus dalam belajarnya itu belajar di alam mimpi. Karena kalau dilihat dari hubungan batin antara guru dan murid itu hubungan batin yang kuat. Akhirnya muncul pepatah yang mengatakan “kita tidak akan mengenal nabi, kalau kita tidak mengenal ulama dan kita tidak akan mengenal Tuhan, kalau kita tidak dikenalkan oleh guru-guru kita”

Ungkapan itu menjadi bukti bahwa ikatan batin para guru dan murid sangat kuat. Bukankah hubungan guru dan murid merupakan hubungan yang harmonis sinergis yang tak pernah putus. Karena hubungan itu yang menjadi modal awal mewujudkan cita cita masa depan yang memuliakan keduanya.

Penulis : Dwi Arifin

Editors Team
Daisy Floren