Menerawang Eksistensi Ahli Kitab dalam Kehidupan Manusia
Menerawang Eksistensi Ahli Kitab dalam Kehidupan Manusia
Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil*
*Penulis Lepas Yogyakarta
Kita tinggalkan atau tanggalkan pembahasan Ahli atau penguasaan para penganutnya terhadap kitab mereka secara esensial. Secara eksistensi, pengikut para nabi yang kemudian menjelma dalam agama Yahudi dan Nasrani juga dikisahkan Allah dalam kitab suci al-Qur’an dan Hadits Nabi junjungan.
Eksistensi pengikut Isa khususnya disampaikan bahwa adanya jaminan hingga menjelang Hari Kiamat, namun bagaimana mereka yang kafir namun mengaku diri pengikut, dalam arti tidak mengindahkan atau bahkan menyangsikan ajaran Beliau alaihi salaam, ini menjadi poin pembahasan artikel ini.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an Surat Aali Imraan Ayat 55, 56, dan 57 berikut terjemahnya versi Kemenag tahun 1971: “(ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa, sesungguhnya aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu. Lalu Aku memtuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya.”
“adapun orang-orang yang kafir, maka akan Ku-siksa mereka dengan siksa yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh penolong.”
“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.”
Maka jelas kiranya balasan bagi mereka yang jahat atau kafir juga mereka yang baik. Setiap orang akan mendapat balasan atas perbuatannya baik atau buruk, saleh atau kafir baik di dunia terlebih di akhirat kelak berupa surga atau neraka yang bersifat selama-lamanya.
Dalam berbagai literatur, penyandingan gelar “al-Masih” tidak hanya kepada Isa putra Maryam yang biasa disebut Kristus, namun juga kepada musuhnya kelak yaitu Dajjal atau disebut Anti-Christ si raja dusta atau Anti-Kristus.
Diambil dari Bahasa Arab, kata “al-Masih” berarti menghapus. Sebagian ulama mengaitkan kata menghapus dengan dihapusnya mata sebelah Dajjal yang dikenal buta sebelah kanannya. Sebagian lagi memaknai kata hapus yaitu mengaitkan kemampuan Isa dalam mengobati orang sakit, seperti menyembuhkan orang buta yaitu dengan mengusap matanya. Menghapus penyakit dengan cara mengusap.
Terdapat ulama’ yang mengartikan “al-masih” dengan berjalan-jalan atau tidak bermukim. Baik Isa dan Dajjal dikisahkan hidup tanpa memiliki tempat tinggal serupa rumah. Keduanya menjalani kehidupan dengan tanpa menetapi sesuatu sebagai rumah pada umumnya manusia, dikaitkan dengan kata “al-masih” atau berjalan.
Menjelang hancurnya alam raya, kedua al-Masih tersebut akan dihadapkan dan berperang sebagai musuh satu sama lain. Pertarungan antara Isa dan Dajjal yang dimenangkan oleh Isa merupakan kemenangan pula bagi ummat Muslim yang senantiasa berpegang teguh kepada kebenaran dan mengusahakannya (“jihad”). Adapun pembahasan tentang Yahudi, akan dibahas pada ulasan artikel selanjutnya, inshaaAllah.