Menganalisis & Menerapkan 4 Unsur Pencegah Bencana
BANDUNG | JABARONLINE.COM – Ketakwaan menjadi jalan keluar setiap masalah orang yang beriman. Namun jalan keluar tersebut sangat tergantung pada keyakinan dan langkah manusia itu sendiri. Karena masih banyak orang yang beriman namun masih ragu menjadikan takwa sebagai jalan keluarnya. Ada juga mereka yang cenderung menganggap mampu dengan kekuatan jasmanisnya, kelompoknya atau bahkan kecerdasannya. Padahal semua itu tanpa kehendak Alloh maka masalah yang dihadapi akan sulit terselesaikan.
Lalu bagaimana ihtiar yang ideal dalam menyelesaikan masalah atau mencegah masalah yang terjadi. Pada dasarnya para sahabat nabi hingga ulama terdahulu sudah merumusakan tentang cara agar umat saat ini terhindar dari bencana.
Baca Juga : Polsek Pameungpeuk Bagikan Masker Gratis
Dikutip dari Imam Al Quthubi rahimahullah di dalam Kitab Al Jami li Ahkamil Qur’an berkata, 4 Unsur Pencegah Bencana “ada 4 yang menyelamatkan sebuah negeri dari bencana…”
- Pemimpin yang adil dan tak zalim
- Orang berilmu yang benar dalam mengamalkan ilmunya
- Para ilmuwan dan Ulama menyeru pada yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mengajak untuk mencari ilmu dan mencintai Al Qur’an
- Wanita yang menjaga pakaiannya dan menjaga kehormatannya.
Menurut Imam As-Safi’i dalam kumpulan kata dan nasihatnya. Beliau menjelaskan tentang “Pilar kepemimpinan itu ada lima: Perkataan yang benar; Menyimpan rahasia; Menepati janji; Senantiasa memberi nasehat; Menunaikan amanah.”
Berkata benar bisa diartikan dengan berkata hingga bersikap dengan sumber kebenaran yang hakiki. Kebenaran yang bersumber dari firman Alloh dan Rosulnya atau bahkan fatwa para ulama dalam menyikapi masalah yang ada. Mereka yang bertindak dengan sanad agama. Berpedoman pada Al-qura’an, hadist dan kitab-kitab para ulama. Sehingga sikap seorang pemimpin akan adil. Dan amanahnya berupa bersikap adil kepada yang dipimpinya akan mengundang ridho bahkan rahmat Alloh. Maka dengan sebab murka Alloh tidak akan turun ke manusia di bumi. Karena kalau dilihat dari literatur agama, murka Alloh itu muncul saat mahluk ciptaan-Nya di bumi karena saling mendzolimi. Dan kasih sayang Alloh muncul saat kita saling menyayangi. Seperti penjelasan hadits, “Sayangilah orang-orang yang di bumi supaya kamu disayangi pula oleh yang di langit.” (Hadits Riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi).
Dalam prakteknya, kita sebagai ulama, santri atau bahkan kaum perempuan. Harus mampu berperan dalam menjalankan satu atau bahkan empat pilar tersebut. Dengan nasihat ulama yang muncul dari kajian yang sangat dalam lalu sampai ke telinga atau hati kita. Sudah semestinya kita mensykuri dengan menjaga hingga mengamalkan nasihat tersebut.
Setiap pemuda saat ini akan menjadi pemimpin masa depan. Setiap santri saat ini akan menjadi ulama kedepan. Jadi masa depan umat yang akan datang erat hubungannya dengan kondisi umat saat ini dan siapa penerusnya. Mereka para ulama meninggalkan ilmunya kepada umatnya. Sehingga orang berilmu saat ini sangat tergantung ilmunya dari para ulama yang menjadi rujukan untuk menyerap ilmu.
Menurut Imam As-Safi’i, “Ilmu itu bukan yang dihafal, tetapi yang memberi manfaat.”
Mereka yang disebut berilmu bukan yang banyak hafalan, tapi mereka yang merasakan mendapatkan manfaat dari ilmunya atau ilmunya dapat menerangi masyarakat sekitarnya. Baru mereka disebut memiliki indikator orang berilmu. Namun yang menjadi manfaat terkadang kita hafal. Jadi menghafal merupakan bagian untuk mengabadikan ilmu yang kelak bisa menjadi manfaat bagi kita.
Selain itu buah dari menjaga dan mengamalkan ilmu akan terbangun masyarakat yang Amar maruf nahi maungkar. Hal itu menjadi pilar di masyarakat madani yang terbentuk dahulu. Sudah saatnya kita mengambil peran, Baik kaum Adam atau Hawa mematuhi menjalankan pilar yang disampaikan Imam Al Quthubi rahimahullah harus dijalankan bersama. Semoga dengan itu Alloh menjaga kita dari bencana.
Penulis: Dwi Arifin
(Jurnalis Media Cetak & Online)