Mengenal Apa Itu Happy Hypoxia Yang Menyerang Pasien Covid-19, Berbahayakah?

Mengenal Apa Itu Happy Hypoxia Yang Menyerang Pasien Covid-19, Berbahayakah?

Smallest Font
Largest Font

JABARONLINE.COM – Kasus positif Covid-19 di Indonesia semakin hari semakin melonjak tajam. Korban meninggal pun semakin tak bisa dihindarkan.

Dewasa ini ada istilah medis yang mungkin masi terdengar asing dikalangan masyarakat, yang bisa menjadi alasan meninggalnya pasien Covid-19. Istilah ini disebut ‘Happy Hypoxia’.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Dilansir dari CNBC Indonesia, bersama Dokter Spesialis Paru, sekaligus Juru Bicara Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia, Erlina Burhan mengatakan, “Happy Hypoxia adalah kondisi bahwa oksigen dalam darah seseorang menurun, tetapi ini tidak disadari oleh pasien Covid. Sehigga pasien masih bisa melakukan kegiatan sehari-hari, makanya namanya happy,” Senin (7/9/20).

Dokter Erlina melanjutkan jika pasien yang mengalami kondisi ‘happy hypoxia’ umumnya pasien memang mengalami gejala yang lain seperti demam, batuk, dan lemah akan tetapi tidak merasakan sesak napas.

Advertisement
Konten berbayar di bawah ini adalah iklan platform MGID. JABARONLINE.COM tidak terkait dengan pembuatan konten ini.
Scroll To Continue with Content

“Pasien yang mengalami ini, memang pasien yang mengalami gejala yang lain, ada demam, batuk dan lemah. Yang tidak ada hanya sesak. Padahal hypoxia adalah kekurangan oksigen dalam darah yang normalnya harusnya pasien mengalami sesak napas,” ujarnya.

Baca Juga

Seorang PKL Malioboro Meninggal akibat Positif Covid-19, Bagaimana dengan Pedagang Lainnya?

Ia melanjutkan bahwa, badai sitokin (reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh) yang timbul pada pasien Covid-19 akan menghambat sinyal ke otak sehingga, tidak ada perintah dari otak untuk pasien dapat mengambil oksigen lebih banyak.

“Badai Sitokin yang timbul pada pasien Covid akan menghambat sinyal ke otak. sehingga, tidak ada perintah dari otak untuk pasien dalam mengambil oksigen lebih banyak, dengan cara bernapas lebih cepat. Jadi, pasien tidak terlihat sesak padahal, oksigen dalam darahnya sudah berkurang,” ucapnya.

Doker Erlina mengatakan, jika hal ini terus terjadi, maka oksigen dalam darah akan terus berkurang. Sehingga oksigen yang didistribusikan oleh jantung, akan memberi nutrisi yang kurang. Hal yang bisa terjadi adalah kerusakan multi organ dan yang terburuk, menyebabkan kematian.

Dikutip dari tirto.id, alat pengukur kadar oksigen bernama oximeter, menjadi perbincangan ramai didunia maya berkaitan dengan ‘happy hypoxia’ yang menyerang pasien Covid-19.

Dokter Spesialis Jantung, Vito Anggarino Damay berujar, oximeter bisa membantu memeriksa kadar oksigen dalam darah sehingga, jika pasien yang mengalami gejala ringan dan mengisolasi mandiri, mereka perlu oximeter dirumahnya, Senin (7/9/20).

Dilansir dari Kompas.com, menurut Dokter Spesialis Paru yang sekaligus Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Agus Dwi Susanto mengakui, pasien happy hypoxia sindrom yang terlihat normal, masih menjadi tanda tanya di dunia medis. Hal ini masi terus dikaji perihal happy hypoxia yang menimpa pasien Covid-19.

Sementara menurut laman web Covid19.go.id, data terakhir pada Senin (7/9/20), di Indonesia, sudah mencapai 196.989 orang yang mengalami positif Covid-19.

Penulis : Dita Sekar Sari 21

Editors Team
Daisy Floren