Mengurai ProblemTawuran Pelajar dengan Prespektif Islam
JABARONLINE.COM - Diawal tahun ajaran baru ini, tawuran antara pelajar kembali terjadi, keadaan ini tentu sangat memprihatikan. Dimana pelajar merupakan generasi penerus bangsa, dengan harapan dapat membangun kehidupan bangsa dan negara kearah yang lebih baik.
Tawuran sudah mengakar di sebagian pelajar. Bahkan tawuran sudah menjadi sebuah budaya karena bersifat turun temurun dan menjadi sebuah tradisi di kalangan pelajar yang dilakukan sepulang sekolah dengan berpakaian seragam. Menurut pandangan mereka, yang tidak tawuran tidak jantan, tidak keren.
Tawuran antar pelajar terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Seperti yang terjadi di Salatiga, aksi saling kejar antar pelajar dengan bersenjata tajam, berupa curit berlariandari jalan Salatiga sampai ke desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang , pada tanggal 24Juli 2023 (Kompas.com).
Tawuran yang terjadi di Kendari, di jalan Ahmad Yani, Kelurahan Bende, Kecamatan Kadia, Sulawesi Tenggara, puluhan pelajar terlibat tawuran dengan senjata tajam jenis badik, ini terjadi pada tanggal 27 Juli 2023 (Sindo, News.com). Di Palembang selama awal tahun 2023, tiga pelajar tewas akibat tawuran (Tribun Sumsell.com 5 Juni 2023 ).
Dari tahun-ketahun angka peristiwa tawuran di Indonesia semakin meningkat. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2014 terjadi peritiwa tawuran antara pelajar/mahasiswa 0,14% desa/kelurahan, pada tahun 2018 angkatnya naik jadi 0,65%.
Penyebab Tawuran
Tawuran antar pelajar atau mahasiswa semakin memprihatinkan, dengan banyaknya korban yang terluka dan yang meninggal. Terjadinya tawuran dipicu oleh beberapa faktor penyebab diantaranya:
a. Pengaruh lemahnya kontrol diri pelajar/mahasiswa
b. Adanya krisis identitas
c. Rivalitas antar sekolah
d. Pegawasan yang kurang terhadap perilaku pelajar/mahasiswa
e. Kurangnya ketegasan pihak sekolah dan pemerintah dalam menangani tawuran ini
f. Adanya pengaruh media
g. Pengaruh tempat tinggal atau lingkungan
h. Adanya pengaruh gengsi
Dari berbagai faktor penyebab tadi, sesunguhnya akar masalah dari banyaknya terjadi tawuran, adalah kehidupan masyarakat yang sekuler akibat sistem kapitalis yang dianut pemerintah saat ini.
Dimana sistem ini sangat mengagungkan kebebasan, termasuk kebebasan bertingkah laku. Dalam sistem ini masyarakat khususnya para pemuda bebas bertingkah laku tanpa adanya rambu-rambu agama yang membatasi ruang gerak tingkah lakunya.
Adanya nilai-nilai ketaqwaan yang kurang dibina pada diri pelajar dan mahasiswa menjadikan mereka berlaku kasar dalam menyelesaikan permasalahannya, bahkan sampai menghilangkan nyawa. Perbuatan mereka tidak diikuti dengan aturan agama. Selain itu sangsi hukum yang kurang tegas diberikan, membuat mereka tidak jera. Sehingga tawuran ini terus terjadi berulangkali.
Dampak Tawuran
Berbagai peristiwa tawuran yang terjadi diberbagai wilayah, tentu memberi dampak buruk bagi para pelakunya. Berikut beberapa dampak tawuran adalah:
1. Dampak Fisik
Dampak ini dirasakan oleh pelaku tawuran, baik yang menggunakan senjata atau tidak. Pelaku tawuran dapat merasakan cedera fisik, gangguan kesehatan jangka panjang dan biaya pengobatan yang tinggi.
2. Dampak Psikologi
Seperti trauma, ketakutan, gangguan mental, kecemasan, gangguan prilaku.
3. Dampak Akademis
Absen dan keterlambatan
Gangguan konsentrasi dan fokus, penurunan kinerja akademik dan putus sekolah.
4. Dampak sosial dan Moral
Dapat merusak reputasi dan martabat individu, meningkatkan kriminalitas dan kekerasan, mengancam keamanan masyarakat, serta menurunkan kebersamaan dan solidaritas di lingkungan sosial.
Solusi Islam dalam masalah Tawuran
Islam memandang tawuran merupakan perbuatan yang melanggar syariat, dimana didalamnya terjadi perbuatan keji yaitu mendzolimi orang dengan senjata, merusak sarana dan prasarana umum, membuat resah masyarakat. Syariat Islam mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk di dalamnya mengatur hubungan manusia dengan manusia (muamalah).
Syariat Islam melarang umatnya untuk mengolok - ngolok temannya, sebagaimana firman Alloh SWT dalam surat Al Hujurat ayat 11 yang artinya " Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-ngolok kaum yang lain, karena boleh jadi mereka yang diolok-olokkan lebih baik dari yang mengolok-ngolok, dan jangan pula perempuan-perempuan mengolok- olokan perempuan yang lain, karena boleh jadi perempuan yang diolok-olok lebih baik dari perempuan yang mengolok-ngolok. Dan janganlah saling mencela satu sama lain, dan jangan memanggil dengan gelar-gelar yang buruk, seburuk-buruk panggilan adalah panggilan yang buruk (fasik) sesudah beriman, dan barang siapa yang tidak bertobat. Maka mereka itulah orang- orang yang zalim."
Islam memberikan solusi dalam setiap persoalan kehidupan dengan cara yang baik, tidak dengan kekerasan, sebagaimana firman Alloh SWT dalam An Nahl ayat 125 yang artinya, "Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk".
Upaya dalam menciptakan perdamaian diantara para pelajar hendaknya dilaksanakan dengan medakwahkan Islam kaffah. Dengan memahami Islam secara kaffah para pelajar dan mahasiswa melalui pembinaan secara berurut sehingga akan memiliki pemahaman terhadap nilai ketaqwaan yang tinggi, yang tentu ini akan mencegah mereka untuk berbuat keji. Allohu 'alam bissawab.***
Penulis : Siti Supatmiati