Menjadi Oasis

Menjadi Oasis

Smallest Font
Largest Font

Sebagai bangsa yang hidup di negara dengan iklim yang cenderung seimbang¸ kita patut bersyukur. Sebab¸ di negara yang memiliki kecenderungan iklim ekstrim dalam bulan-bulan tertentu harus bersusah payah mempersiapkan diri agar tetap bertahan hidup. Bahkan¸ di negara yang sebagian besar wilayahnya berupa padang pasir tentu harus memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan iklim tersebut. Akan tetapi¸ kita harus selalu bersyukur bahwa di dalam keadaan apapun Tuhan selalu menurunkan kasih sayangnya kepada segenap umat manusia.

Sekalipun di wilayah padang pasir¸ kasih sayang Tuhan muncul salah satunya melalui oasis. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia¸ kata oasis ini dijelaskan sebagai daerah di padang pasir yang berair cukup untuk tumbuhan dan permukiman manusia. Itulah sebabnya¸ seberat apapun bayangan kita terhadap kehidupan di padang pasir kita tidak akan luput dari kasih sayang Tuhan dengan segala kehendak-Nya.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Riuh terkait terror covid-19 ini¸ perlahan mulai menurun intensitasnya. Berbagai upaya baik dari pemerintah maupun berbagai lapisan masyarakat yang dilakukan dengan serius dan ikhlas¸ diyakini sebagai “oasis” bagi kehidupan bangsa kita yang mengalami “kekeringan” akibat pandemic covid-19. Ya¸ penulis melihat bahwa kehidupan seolah lumpuh oleh mewabahnya virus tersebut. Kewaspadaan yang mestinya digelorakan seakan menjadi sebuah ketakutan yang mengancam kehidupan umat manusia.

Advertisement
Konten berbayar di bawah ini adalah iklan platform MGID. JABARONLINE.COM tidak terkait dengan pembuatan konten ini.
Scroll To Continue with Content

Situasi ini tentu membuat dimensi-dimensi kehidupan umat manusia mengalami kekeringan yang amat ular biasa. Padahal¸ jiga dilihat dari sudut pandang yang lain¸ hakikatnya virus ini adalah kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa yang berisikan rahmat dan kasih sayang di dalamnya. Maka¸ mestinya kita harus menjadi “oasis” yang mampu menjadi pelepas “kekeringan” yang diakibatkan oleh kekeliruan menghadapi pandemic covid-19 ini.

Begitupun di dalam dimensi kehidupan yang lainnya¸ kita jangan berhenti untuk selalu menjadi “oasis” bagi jiwa-jiwa yang mengalami “kekeringan” dalam dimensi bathiniyahnya¸ termasuk menjadi “oasis” bagi diri kita sendiri. Sebab¸ tantangan di zaman sekarang ini begitu sangat luar biasa. Distorsi-distorsi terhadap kebenaran dan kebaikan bahkan merajalela. Sebut saja¸ hoax¸ konten-konten yang bersifat destruktif nan profokatif¸ perilaku korup¸ dan perilaku-perilaku tidak manusiawi lainnya menjadi santapan kita sehari-hari di berbagai media sosial.

Bagaimana tidak¸ kehidupan yang sejatinya mesti diisi dengan saling menebar kebaikan¸ justru menjadi kering karena proses internalisasi nilai-nilai kehidupan itu sendiri mengalami degradasi. Itulah “kekeringan” yang dimaksud oleh penulis. Sehingga¸ penulis ingin menyampaikan bahwa kehidupan yang demikian mungkin lebih kering daripada ratusan hektar padang pasir. Sebab¸ padang pasir pun tidak selamanya kering karena adanya oasis-oasis yang menjadi sumber penghidupan. Maka¸ harus ada “oasis” pula untuk menjadikan kehidupan ini tidak lagi kering yang tiada lain adalah diri kita sendiri.

Menjadi “oasis” bagi kehidupan ini tentu tidak mudah¸ namun bukan suatu hal yang mustahil. Harapan itu bisa kita bangun melalui tindakan-tindakan kecil tapi bermakna. Bahkan¸ puasa yang kita jalankan saat ini bisa kita jadikan sebagai metodologi untuk menempa diri kita menjadi “oasis” di kehidupan ke depannya.

Paling tidak¸ dengan kita tidak menjadi masalah bagi lingkungan masyarakat adalah jalan untuk menjadi “oasis”. Lebih dari itu¸ kita harus menjadi manusia yang bermanfaat¸ bersahaja dan penuh cinta kasih bagi umat manusia lainnya tanpa terkecuali. Sebab¸ sudah sunatullah dunia ini diciptakan sebagai ujian bagi umat manusia¸ sehingga menjadi “oasis” merupakan keharusan agar kita mampu menaklukan ujian dunia ini. Oleh sebab itu¸ melalui tulisan ini mari kita mulai beranjak untuk menjadi “oasis” bagi diri kita sendiri maupun umat manusia lainnya. Agar keringnya kehidupan ini bisa dikurangi sedikit demi sedikit. Wallahu a’lam bishawab.

Penulis :
(Abdul Azis¸ Dosen Universitas Pendidikan Indonesia)

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
admin Author