Merdeka Belajar, Merdeka Mengajar, Hari Merdeka

Merdeka Belajar, Merdeka Mengajar, Hari Merdeka

Smallest Font
Largest Font

JABARONLINE.COM – Apa yang terlintas di benak kita ketika mendengar kata ‘merdeka’? Bayangan situasi dan kondisi semacam apa yang lantas muncul setelahnya? Tentu masing-masing dari kita bisa punya jawaban yang beragam. Akan tetapi di antara keberagaman itu pasti terselip kesatuan paradigma yang selama ini telah kita yakini bersama sebagai sebuah kesepahaman. Kesepahaman yang tanpa sadar kita iyakan serempak dan kompak ini adalah bahwa merdeka berarti bebas. Ternyata hal inipun sejalan dengan makna sesungguhnya dari kata ‘merdeka’.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia. Merdeka berarti bebas, tidak terkena atau lepas dari tuntunan, tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu. Menilik KBBI maka ternyata ‘merdeka’ termasuk salah satu kata sifat yang mempunyai turunan seperti kemerdekaan, memerdekakan, pemerdeka, pemerdekaan, dan semerdeka-merdekanya.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Kata ‘merdeka’ ternyata berasal dari berbagai bahasa. Dalam Kamus Indonesia (G.Kolff & Co., Bandung, 1951), kata ‘merdeka’ berasal dari Bahasa Sansekerta, yakni “Maharddhikeka” lalu diserap menjadi “Merdeheka”. Kata merdeka memiliki arti lepas dari penghambaan, tiada terikat pada sesuatu. Sedangkan dari Kamus Umum Bahasa Indonesia (PN Balai Pustaka, Djakarta, 1996), Merdeheka dibakukan menjadi Merdeka, yang artinya “bebas (dari penghambaan, pendjadjahan dsb); berdiri sendiri (tidak terikat, tidak bergantung pada sesuatu juga lain); lepas (dari tuntutan).

Kata Maharddhikeka juga mengalami perjalanan yang panjang sebelum menjadi ‘merdeka’. Pertama melalui kata Mardjik. Menurut sejarawan Mona Lohanda (lihat “Mayor Jantje dan Unsur Indo-Belanda dalam Musik Rakyat Betawi” dalam novel Burung-burung Walet Klapanoenggal karya Johan Fabricius (Pustaka Azet, Jakarta 1985), orang mardjik adalah orang merdeka, bukan budak. Mardjik adalah sebutan yang diberikan kepada orang Papang keturunan Portugal, orang tersebut juga pernah menjadi serdadu VOC.

Advertisement
Konten berbayar di bawah ini adalah iklan platform MGID. JABARONLINE.COM tidak terkait dengan pembuatan konten ini.
Scroll To Continue with Content

Kemudian kata Merdjik juga berhubungan dengan kata Merdika yang digunakan di Jawa Barat. Menurut Kamus Basa Sunda (PT Kiblat Buku Utama, 2005) karangan R. Satjadibrata, tertulis bahwa orang merdika bukan budak belian (orang yang dibeli dan dijadikan budak) atau tidak diganggu baik harta, jiwa, agama, dan sebagainya.

Berdasarkan beberapa paparan tersebut jelaslah kiranya bisa kita simpulkan bahwa kata merdeka berarti bebas. Apabila merunut sejarah perkembangan lahirnya kata merdeka tersebut maka wajar saja jika kini pengaplikasian kata merdeka menyentuh hampir segala lini kehidupan. Kali ini kita akan berfokus pada penggunaan kata merdeka di bidang pendidikan yang tengah santer digaungkan belakangan ini.

Memasuki tahun ajaran baru 2022/2023 sekira sebulan yang lalu, ada hal baru di lingkungan pendidikan. Tak terkecuali di lingkungan pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada umumnya dan Kabupaten Belitung Timur pada khususnya. Seiring dengan amanat Mendikbudristek mengenai pengaplikasian kurikulum baru, yakni kurikulum merdeka.

Lantas jika dikaitkan dengan makna kata merdeka yang telah kita bahas sebelumnya, seperti apakah wujud kebebasan yang diinginkan oleh kurikulum merdeka ini? Ke manakah arah merdeka yang coba digaungkan melalui kurikulum pengganti kurikulum 2013 ini?

Ternyata pemilihan nama merdeka pada nama kurikulum baru ini berkaitan erat dengan filosofi belajar Ki Hadjar Dewantara. Pemikiran, konsepsi, dan keteladanan sikap merdeka dalam filosofi belajar Ki Hadjar Dewantara inilah yang coba diadaptasi sebagai dasar pola kurikulum merdeka.

Dalam mempelajari kurikulum merdeka ini, para guru bisa mengunduh aplikasi merdeka mengajar di gawainya masing-masing. Salah satu menu pada aplikasi ini akan menuntun bapak ibu guru untuk memahami secara mandiri kurikulum merdeka ini.

Menu tersebut adalah pelatihan mandiri, Pelatihan mandiri maupun berbagai menu lain yang ada pada aplikasi merdeka mengajar ini bisa diakses setelah kita memasukkan akun belajar pada awal pengaksesan aplikasi.

Urutan materi pada pelatihan mandiri ini akan menuntun para guru untuk memahami konsep awal dan dasar pemikiran kurikulum merdeka, perencanaan pembelajaran dan asesmen, hingga projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5).

Tak hanya itu saja, di akhir pengerjaan masing-masing modul pada pelatihan mandiri ini kita juga dituntut untuk melakukan pengimbasan materi dalam wujud aksi nyata. Jelaslah kiranya bahwa muatan konten dalam aplikasi merdeka mengajar ini benar-benar memfasilitasi para guru dalam memahami kurikulum merdeka terlepas dari beberapa onten yang masih dalam proses penyusunan sehingga terdapat keterbatasan akses.

Sejatinya kurikulum merdeka mencoba menjawab segala pertanyaan yang selama ini mengisi benak mengenai berbagai batasan dalam dunia pendidikan pada umumnya dan kegiatan pembelajaran pada khususnya. Misalnya saja, terdapat diferensiasi proses, produk, dan konten dalam kegiatan pembelajaran.

Hal lain yang menjadi wujud kebebasan dalam kurikulum merdeka adalah ditiadakannya penjurusan pada jenjang SMA. Kedua hal tersebut hanyalah contoh kecil dari wujud kebebasan dalam kurikulum merdeka.

Bebas dalam kegiatan pembelajaran tentu bukan tanpa rambu-rambu. Bebas yang dimaksudkan di sini justru lebih kepada berusaha memfasilitasi keberagaman peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

Hal ini juga turut menyadarkan kita bahwa mungkin saja selama ini kita tidak jarang ‘memaksakan’ keseragaman dan mengabaikan keberagaman dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia misalnya, pada pembelajaran teks deskripsi kelas VII kita bisa menerapkan prinsip-prinsip kurikulum merdeka melalui diferensiasi produk.

Peserta didik yang senang dengan kesenian diminta mendeskripsikan alat musik tradisional dan peserta didik yang senang dengan olahraga diminta mendeskripsikan bentuk lapangan cabang olahraga tertentu.

Contoh lainnya dalam diferensiasi konten, kita bisa membedakan konten dalam kegiatan belajar mengajar berdasarkan tanggapan terhadap kesiapan, minat, dan profil belajar peserta didik, maupun kombinasi dari ketiganya.

Lantas bertepatan dengan momen kemerdekaan kali ini, mengulas dan mengulik merdeka mengajar dan merdeka belajar kian menarik. Implementasi kurikulum merdeka di dunia pendidikan saat ini seakan menjadi kesempatan bagi kita semua untuk mengutas batas-batas yang selama ini masih mengungkung kegiatan pembelajaran.

Mendidik peserta didik sesuai zaman dan kodratnya, itulah yang coba digaungkan dalam kurikulum merdeka melalui filosofi belajar Ki Hadjar Dewantara. Terlebih di era globalisasi seperti saat ini.

Hendaknya pola pendidikan mampu mengikuti kodrat zaman pertumbuhan dan penghidupan peserta didik. Hendaknya pola pendidikan mampu menjawab dan memfasilitasi segala potensi dan kemampuan peserta didik.

Sudahkah segala aspek dan elemen di dunia pendidikan saat ini ‘merdeka’? bertepatan dengan momen hari kemerdekaan ini mari kita bertransformasi menjadi para pendidik yang benar-benar ‘merdeka mengajar’ demi mewujudkan para peserta didik yang ‘merdeka belajar’.

Penulis : Apriani Yulianti, S.Pd
Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Gantung

Editors Team
Daisy Floren