Nabi Berbuka Dengan Kurma Untuk Kesehatan Saat Ramadhan
Dalam dunia kedokteran dinyatakan bahwa gula dan air adalah makanan paling dibutuhkan tubuh yang berpuasa. Karena kekurangan gula bisa menyebabkan dada sesak dan kekacauan saraf. Sementara itu, kekuarangan air bisa mengakibatkan tubuh lemah dan tak mampu menahan serangan penyakit
Ada dua kebahagiaan yang didapat oleh orang berpuasa, yaitu saat dia sedang berbuka puasa dan saat bertemu Allah kelak di akhirat. Tak mengherankan jika buka menjadi salah satu perhatian penting bagi umat Islam sepanjang pensyariatannya.
Pada masing-masing negara berbagai budaya dan tradisinya banyak sekali aneka ragam makanan pendamping berbuka. Lantas, bagaimanakah cara berbuka Rasulullah dan dengan apa beliau berbuka? Anas bin Malik pernah menceritakan bagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berbuka. Tutur beliau:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ عَلَى رُطَبَاتٍ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَتُمَيْرَاتٌ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تُمَيْرَاتٌ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ
“Nabi ﷺ ﷺ selalu berbuka dengan kurma basah sebelum shalat, jika beliau tidak mendapatinya, maka (beliau berbuka) dengan kurma kering dan jika tidak mendapatkan kurma kering, beliau berbuka dengan meneguk air tiga kali.” (HR. Tirmidzi)
Dalam hadits Abu Dawud, Rasulullah ﷺ bersabda, “Apabila salah seorang diantara kalian sedang berpuasa, maka hendaknya ia berbuka dengan kurma, apabila ia tidak mendapatkan kurma hendaknya dengan air, karena sesungguhnya air dapat membersihkan.”
Kurma ada beberapa macam. Pertama, balah yaitu kurma yang masih mentah. Kedua, ruthab adalah kurma yang sudah matang atau basah. Ketiga, tamr yaitu kurma kering.
Berdasarkan keterangan Anas, Nabi terbiasa berbuka dengan kurma ruthab. Kalau tidak ada, beru kemudian dengan kurma tamr. Kalau juga tidak menemukannya, maka berbuka dengan air.
Penulis bertanya-tanya dalam hati, apa gerangan yang terkandung dalam kurma sehingga Nabi membiasakan diri berbuka dengan buah itu. Rasa penasaran itu terjawab dalam buku “Pola Makan Rasulullah” karya Prof. Dr. Abdul Basith Muhammad As-Sayyid dikutip dari publikasi hidayatullah.com.
Dalam kurma kering (tamr) rata-rata kandungan gulanya mencapai 75 %. Kemudian, 20 % adalah protein. Sedangkan 3 % berupa lemak atau minyak. Kurma jenis ini juga kaya akan garam mineral dan garam mineral alkali seperti kalsium, potasium. Selain itu buah ini kaya akan unsur besi dan mengandung vitamin B dan C.
Menurut penelitian Dr. Basith orang bisa hidup hanya dengan kurma tamr dalam waktu cukup lama karena kaya akan unsur gula. Orang Arab gunung yang hidup dengan hanya memakan kurma kering dan susu kambing, kesehatan mereka terbukti lebih baik dan jarang terkena penyakit, terlebih penyakit kronis karena terbiasa memakan buah ini.
Sedangkan kurma masak (ruthab) mengandung unsur kalsium dan zat besi. Tidak mengherankan jika Allah Ta’ala memerintahkan Maryam yang sedang dalam kondisi nifas untuk memakan kurma ruthab karena kalsium dan zat besi kadar cukup dalam ruthab dan baik untuk dikonsumsi wanita yang sedang nifas.
Tak hanya itu, bagi wanita kurma ruthab juga penting untuk memproduksi susu dan bayi yang menyusu karena dapat mengganti zat-zat yang hilang dalam tubuh ketika melahairkan atau menyusui. Bagi anak pun besi dan kalsium sangat bagus bagi pertumbuhan mereka karena keduanya sanga penting dalam pembentukan darah, sumsum tulang belakan dan tulang.
Setelah mengetahui kandungan kurma ruthab dan tamr, berikutnya penulis menjawab mengapa Nabi berbuka puasa dengan kurma jenis ini? Ada pelajaran penting rupanya dalam kebiasaan ini, di antaranya: Pertama, saat berpuasa lambung orang yang berpuasa dalam keadaan kosong membuat hati tidak menemukan apapun untuk disebarkan ke seluruh tubuh. Sedangkan makanan manis adalah yang paling cepat sampai ke hati. Maka ruthab akan lebih diterima untuk dimanfaatkan digunakan untuk pembakaran yang kemudian mengirimkan energi yang dihasilkan ke suluruh anggota tubuh.
Bagi orang yang langsung berbuka dengan makanan berat, maka setidaknya membutuhkan waktu 3 jam agar lambungnya bisa menyerap gula yang ada dalam makanan itu. Lebih cepat dengan kurma bukan?
Adapun manfaat umum kurma bisa dibaca pada poin berikut:
Pertama, dapat membunuh cacing dalam tubuh.
Kedua, orang Mesir menggunakan balah untuk penderita sakit kandung kemih, sakit perut dan usus.
Ketiga, balah bermanfaat untuk menguatkan otot perut dan membantu pencernaan saat buang air besar karena banyak mengandung serat.
Keempat, tamr dapat memberi efek relaksasi pada saraf dan berpengaruh langsung terhadap kelenjar gondok (tiroid).
Kelima, balah dapat memudahkan saluran kencing.
Keenam, tamr kaya akan garam mineral alkalik yang berfungsi sebagai penyeimbang asam lambung, serta dapat mengganti abu alkalis setelah proses pencernaan.
Ketujuh, merupakan sumber vitamin A yang bisa menjaga kelembaban mata dan kebinarannya. Bisa juga menguatkan mata dan membuat saraf rielks.
Itulah beberapa kandungan dan manfaat dari kurma dengan berbagai macamnya. Mengingat kandungannya yang sedemikian banyak, maka tidak mengherankan jika Nabi berbuka dengan kurma. Inilah barangkali yang membuat berbuka dengan kurma –sebagaimana contoh Nabi—lebih afdhal dibandingkan dengan makanan lainnya.
Lebih penting lagi, sebelum berbuka ada anjuran berdoa terlebih dahulu. Di antara doa Nabi saat berbuka adalah:
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
“Telah hilang rasa dahaga dan basah pula urat-urat, serta telah ditetapkan pahala insya Allah.” (HR. Abu Dawud).
Memulai buka puasa dengan doa itu menurut perenungan penulis mengandung nilai penting bahwa senikmat dan sehebat apapun kandungan makanan jangan lupa dikaitkan dengan Sang Pencipta. Sebab, kalau kita hanya berpaku pada makanan sehat, belum tentu juga Allah memberikan kesehatan. Sebab yang memberi kesehatan adalah Dia semata, bukan makanan yang merupakan bagian dari makhluk-Nya.