Napak Tilas Perjuangan KH Noer Ali,"Sobatande" Sebagai Warisan Luhur yang Merekatkan Persaudaraan di Kota Bekasi
Kota Bekasi – PN NEWS Sejumlah tokoh lintas etnis dan agama di Kota Bekasi mengadakan pertemuan di Islamic Center Kota Bekasi, Jalan Ahmad Yani, Bekasi Selatan, Kamis (5/1).
Tujuan pertemuan tersebut ada kerinduan dan keinginan yang luhur untuk mengusung dan membangkitkan kembali tradisi Sobatande sebagai warisan leluhur dari perjuangan Pahlawan Nasional KH Noer Ali.
Tokoh – Tokoh tersebut yang terlihat hadir adalah Ketua Yayasan Islamic Center Kota Bekasi Dr KH Muhammad Abid Marzuki, M.Ed, Wakil Ketua MUI Kota Bekasi KH Sukandar Gozali, Ketua PCNU Kota Bekasi KH Madinah HL, tokoh Nasrani Kota Bekasi Pdt Djajang Buntoro,M.Th, tokoh umat Budha Iwan Kurniawan dan Ketua Korwil FBR Kota Bekasi Novel Said. Dalam pertemuan perdana itu, para tokoh besar yang hadir sepakat untuk menggiatkan kembali tradisi persahabatan ini demi terjaganya kondusifitas wilayah Kota Bekasi.
Usai pertemuan, KH Muhammad Abid Marzuki memberikan penjelasan terkait semangat untuk membangkitkan lagi tradisi Sobatande di Kota Bekasi Bekasi. Menurutnya, gagasan memghidupkan tradisi ini merupakan satu solusi dalam menjaga harmonisasi keberagaman di wilayah Kota Bekasi.
“Harus kita ketahui bersama bahwa Sobatande ini merupakan warisan luhur budaya kita dalam rangka mempererat tali persahabatan, tanpa memandang latarbelakang keturunan, etnis dan agama. Persahabatan ini memiliki nilai luhur sebagai pemersatu masyarakat di Kota Bekasi yang berasal dari beebagai etnis, suku dab agama,” ujar Abid Mrzuki.
Sejak dahulu, Abid menambahkan masyarakat Bekasi dikenal memiliki rasa persahabatan yang tinggi, bahkan bisa dibilang melebihi rasa persaudaraan sedarah. “Itu sudah tercatat dalam sejarah, bagaimana masyarakat Bekasi yang tinggal diselatan melakukan Sobatande dengan masyarakat Bekasi yang ada di utara, dan inilah yang mengikat persahabatan orang Bekasi menjadi satu keluarga besar yang harmonis,” paparnya.
Abid menyayangkan jika tradisi ini terkikis seiring perjalanan waktu, dimana masyarakat tidak lagi memiliki rasa persahabatan antar sesama karena lebih mengedepankan dirinya atau kelompoknya sendiri. “Makanya kami ingin tradisi Sobatande ini jangan sampai hilang terlupakan, apalagi ini adalah warisan leluhur yang harus kita jaga bersama,” ujarnya.
Abid juga mengingatkan bahwa tradisi Sobatande ini adalah napak tilas perjuangan Pahlawan Nasional KH Noer Ali dalam menjaga kerukunan orang Bekasi saat kala itu sehingga tidak mudah terpecah oleh hasutan kaum penjajah. “Sebagai generasi penerus yang ada di Kota Bekasi, tentu kita harus mengenal dan ikut melestarikan budaya luhur yang sudah diwariskan para pendahulu kita, karena apa yang sudah diwariskan oleh leluhur kita adalah demi kebaikan kita juga,” tegasnya.
Saat ini, kata Abid, Kota Bekasi memiliki sekitar 312 organisasi kedaerahan yang membawa nama etnis kedaerahan. “Nah kita semua pasti tidak ingin ada gesekan yang terjadi, termasuk dari kalangan organisasi kedaerahan tersebut, masyarakat pasti ingin semua organisasi yang ada tetap menjaga kerukunan, karena itulah saya tegaskan bahwa Sobatande merupakan solusi atau warisan kemanusiaan yang bisa kita jalankan agar kerukunan di kalangan masyarakat tetap terjaga di Kota Bekasi, sesuai motto yang kita punya yakni jangan sampai ada darah yang mengalir sia-sia di Kota Bekasi,” katanya.
Motivasi yang sama diberikan KH Soekandar Gozali saat diajak berbincang dalam kesempatan yang sama. Dia mengatakan tradisi Sobatande ini akan melibatkan seluruh unsur dan kalangan masyarakat yang memiliki semangat tinggi untuk menjaga kerukunan hidup antar umat manusia di Kota Bekasi.
“Gagasan terkait Sobatande ini meneruskan sejarah Kebekasian terkait hubungan baik Almarhum KH Noer Ali dengan berbagai kalangan etnis tanpa melihat sisi agamanya atau sisi etnisnya, untuk bersama-sama membangun Bekasi saat itu,” ujar Soekandar Gozali yang juga merupakan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Bekasi ini.
“Semangat luhur inilah yang akan kita hidupkan kembali sebagai wujud nostalgia kita mengenang perjuangan KH Noer Ali. Kita implementasikan kembali dalam kehidupan nyata di kalangan masyarakat Kota Bekasi saat ini,” ulas Gozali.
Gozali menegaskan untuk menjaga kerukunan ini membutuhkan semangat seluruh etnis dan umat beragama, bukan hanya tanggung jawab masyarakat asli Bekasi. “Kami akan mengajak seluruh tokoh dari seluruh etnis dan agama yang ada di Kota Bekasi agar ikut bersama-sama melestarikan budaya leluhur Sobatande ini,” ungkapnya.
Satu harapan luhur disampaikan Gozali terkait hubungan antar sesama manusia yang tetap rukun dan damai di Kota Bekasi. “Ini terkait hablum minannas, hubungan manusia dengan manusia, walau pun Kota Bekasi dikenal sebagai kita yang heterogen namun masyarakatnya tetap hidup rukun dan selalu menjaga toleransi antara etnis yang satu dengan etnis lainnya, selalu menjaga kerukunan antar umat beragama, ini yang menjadi harapan saya,” ujarnya.
Demikianpun pendapat Ketua PCNU Kota Bekasi KH Madinah HL sepakat bahwa tradisi dari Sobatande yang di wariskan oleh Pahlawan Nasional KH Noer Ali dalam menjaga kerukunan dan Solidaritas sebagai Orang Bekasi harus menjadi suritauladan kehidupan bagi kita sebagai orang Bekasi dan memahami Intisari dari Sobatande sebagai sebuah kearifan lokal orang Bekasi, jelasnya
Sementara itu, Pdt Djajang Buntoro menyatakan semangat menjalankan tradisi Sobatande ini sesungguhnya selaras dengan salah satu pilar penegak bangsa yakni Bhinneka Tunggal Ika. “Karena itu kami mengajak seluruh tokoh di Kota Bekasi agar memiliki samangat yang sama untuk melestarikan kearifan lokal yang menjadi warisan founding father kita yakni KH Noer Ali sehingga kerukunan hidup dapat terus terjaga meski kita berbeda suku, etnis atau berbeda agama,” jelasnya.
Djajang lalu menyebut figur KH Noer Alie bukan milik pribadi atau golongan tertentu tetapi sudah menjadi milik seluruh masyarakat Bekasi bahkan milik rakyat Indonesia karena merupakan Pahlawan Nasional. “Itulah kenapa saya memberanikan diri menjadi inisiator mendukung KH Abid Marzuki dalam rangka menggiatkan lagi tradisi Sobatande,” ucapnya.
Bahkan, Djajang berharap tradisi ini juga dikenalkan kepada kaum milenial termasuk para pelajar di Kota Bekasi. “Kaum milenial atau kalangan oelajar harus tahu tentang sejarah Bekasi, warisan-warisan budaya dari oara leluhurnya. Jika sudah mengenal maka saya optimis mereka juga akan memiliki motivasi untuk ikut melestarikan budaya luhur ini,” pungkasnya. (Red)