Nauru Terkena Dampak Eksploitasi Tambang

Nauru Terkena Dampak Eksploitasi Tambang

Smallest Font
Largest Font

JABARONLINE.COM – Pertambangan memiliki peran yang sangat penting dalam menopang ekonomi suatu negara, berkat pertambangan suatu negara dapat memberikan kemakmuran pada sebagian ataupun seluruh rakyatnya, hampir semua negara yang melakukan pertambangan dapat menghidupi rakyatnya. Tetapi pertambangan tidak bisa menjadi penghasilan satu satunya pada suatu negara karena bisa saja akan habis, seperti contoh negara yang akan kita bahas.

Mari kita berkenalan dengan negara yang satu ini yaitu Nauru, negara yang memiliki nama resmi Republik Nauru dan terletak dikawasan Mikronesia ini dahulunya adalah salah satu negara penambang fosfat terbesar di dunia dan dengan pendapatan per-kapita tertinggi yaitu 27.000 USD per-tahunnya dan dengan penduduk kala itu sekitar 10.000 jiwa yang menjadikan negara ini termakmur di dunia.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Fosfat terbentuk dari endapan kotoran burung yang bermigrasi dan singgah di negara ini selama ribuan hingga jutaan tahun yang lalu, zat ini mengandung mineral fosfor dan memiliki fungsi membantu kalsium untuk memperbaiki tulang dan gigi serta mengatasi konstipasi hingga gangguan pada saluran pencernaan, dan digunakan sebagai bahan baku pupuk.

Pada tahun 1970-1980an, Nauru sedang gencarnya melakukan penambangan fosfat secara besar-besaran, karena diketahui kualitas fosfat di negara ini sangat bagus dan sangat banyak. Pada saat itu pemerintah Nauru berfokus pada penambangan fosfat dan seluruh rakyat Nauru lebih memilih bekerja pada sektor pertambangan daripada sektor lainnya.

Advertisement
Konten berbayar di bawah ini adalah iklan platform MGID. JABARONLINE.COM tidak terkait dengan pembuatan konten ini.
Scroll To Continue with Content

Berkat penambangan tersebut hampir semua rakyat Nauru hidup makmur dan dimanjakan oleh pemerintahnya seperti tidak adanya pajak, listrik dan air gratis, bahkan tiket penerbangan pun di berikan secara cuma-cuma hanya kepada rakyat Nauru, dan kala itu GDP per kapita Nauru naik 2 kali lipat hanya dengan kurun waktu 10 tahun yang sebelumnya hanya 2.343 USD naik menjadi 5.414 USD.

Kala itu Nauru terlalu berfoya-foya sampai lupa jika fosfat itu akan habis. Maka waktu itu pun tiba, stok fosfat Nauru dilaporkan menipis sehingga ekonomi Nauru mengalami penurunan secara drastis dan akhirnya pemerintah Nauru mulai mencari ide bagaimana cara mereka mengelola cadangan kas negara, mereka melakukan investasi pembangunan gedung di negara besar yang dinilai tidak likuid seperti contohnya pembangunan Nauru House yang sempat menjadi landmark gedung tertinggi di Melbourne, Australia.

Pada tahun 1976 GDP Nauru terus menurun seiring menurunnya produksi fosfat yang ditambang, dan investasi yang dilakukan negara itupun di korupsi oleh para pemimpin. Dan pada tahun 2002 Nauru pun terpaksa berhutang sebanyak 239 USD pada GE Capital dan mulai kesulitan untuk membayar hutangnya, aset investasi Nauru pun disita oleh pengadilan. Di tahun itu pun Nauru telah dinyatakan menjadi negara bangkrut.

Bekas penambangan fosfat pada negara itu juga merusak ekosistem alam negara Nauru, seperti pantainya yang tercemar karena limbah sisa penambangan bahkan tanah di Nauru sudah tidak bisa lagi menjadi lahan pertanian maupun perkebunan. Sekitar 80% daratan Nauru tidak bisa dihuni akibat kerusakan lingkungan, dan saat ini Nauru telah menjadi salah satu dari lima negara termiskin di dunia.

Ironi seperti ini bisa menjadi pelajaran bagi Nauru maupun negara lain agar tidak melakukan exploitasi berlebihan pada alam dan melakukan penambangan secara asal-asalan, dan semoga pemerintah maupun perusahaan tambang lebih peduli lagi terhadap lingkungan.

Penulis :
Rafli Tantri Prakasa

(Teknik Pertambangan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
Redaksi Author