Para Ulama Meninggal Dunia, Kitab-Kitabnya Tetap Hidup Sepanjang Masa

Para Ulama Meninggal Dunia, Kitab-Kitabnya Tetap Hidup Sepanjang Masa

Smallest Font
Largest Font

BANDUNG | JABARONLINE.COM – Beredar kabar, ulama di negeri ini meninggal dunia satu persatu-satu dalam waktu jarak yang berdekatan. Sehingga umat islam mengalami kesedihan. Karena para ulama yang hadir membimbing, bagi mereka yang haus akan ilmu, semangat dalam beramal dan kebingungan saat mencari solusi dari setiap masalahnya. Kini para ulama telah meninggalkan dunia meninggalkan masyarakatnya.

Menelusuri dari jejak sejarah, para ulama memang tidak ada yang abadi. Mereka juga sama seperti manusia biasa lainnya yang memiliki batasan umur. Namun yang menjadi pembeda, para ulama itu merupakan manusia yang penuh dengan ilmu dan keteladanan. Saat manusia biasa meninggal, jarang dikenang. Tapi saat ulama meninggal mereka tetap dikenang, menjadi inspirasi hingga diteladani. Karena Ulama meninggalkan warisan kitab-kitabnya yang tetap hidup sepanjang masa.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Baca Juga : Atalia Ridwan Kamil Salurkan Bantuan kepada Warga Terdampak Tanah Longsor Sumedang

Banyaknya berita duka yang dialami seperti ini membuat banyak umat Muslim berpandangan tentang terbuktinya hadits Rasulullah SAW. Hadits diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, tentang diangkatnya ilmu keislaman dari umat Islam.

Advertisement
Konten berbayar di bawah ini adalah iklan platform MGID. JABARONLINE.COM tidak terkait dengan pembuatan konten ini.
Scroll To Continue with Content

“Diangkatnya ilmu ke-Islaman dari umat Islam, sehingga ketika tidak tersisa lagi seorang ulama, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan,”

Dahulu kala, banyak ulama yang meninggal saat peperangan. Sehingga memunculkan kekhawatiran, dan terjadilah musyawarah membahas masalah ini. Maka diantara keputusannya para ulama harus mengabadikan ilmunya dalam bentuk kitab. Sehingga saat mereka tiada, ilmu sebagai warisannya tetap ada untuk umat di masa depannya.

Disisi lain saat peperangan juga banyak musuh yang menyerang dengan membakar gudang-gudang ilmu. Karena mereka menganalisa dari sana kekuatan lawannya. Namun saat dibakar justru banyak muncul kitab-kitab baru dari ulama setelahnya. Ilmu seolah-olah tidak hilang dari peradaban. Karena ulama dan umat islam yang tersisa terbiasa sangat gigih melakukan regenerasi, kaderisasi ulama disetiap generasi.

Hal yang sama dulu, saat ini juga terjadi dengan wafatnya ulama karena pandemi. Peristiwa meninggalnya banyak ulama karena pandemi tidak hanya terjadi saat Covid-19 menyebar. Namun, tidak serta merta ilmu ke-Islaman diangkat dan hilang, maupun tanda kiamat tergenapi.

Sudah semestinya ulama, santri/murid ulama dan masyarakatnya. Tetap saling membangun keoptimisan dan harapan, bukan menakut-nakuti yang memunculkan ketakutan bahkan membuat lamanya kesedihan. Agar tidak tumbuh pandangan yang keliru tentang banyaknya ulama yang wafat. Terutama di masa pandemi Covid-19 ini, sehingga umat menjadi makin sedih, pesimis, bahkan putus asa.

Melihat kondisi saat ini banyak manusia sedang khawatir kesulitan ekonomi , masalah baru yang berganti-ganti dan akses pendidikan yang terbatasi, akibat pandemi Covid-19 yang masih belum jelas kapan terakhiri. Rasa optimis dan berprasangka baik memang perlu dihadirkan setiap waktu, karena sifat itu diantara penerang setiap ketakutan dan kekhawatiran. Bagaikan matahari yang selalu menyinari bumi pertanda akan tetap asri hingga lestari suasana bumi.

Penulis: Dwi Arifin (Jurnalis Media Cetak & Online, Duta Baca Dinas Perpustakaan & Kearsipan Jabar).

Editors Team
Daisy Floren