Pemkot Bogor Perkuat ‘Kerukunan, Toleransi dan Perdamaian’ Dalam Penyusunan RPJMD Kota Bogor 2019-2024.

Pemkot Bogor Perkuat ‘Kerukunan, Toleransi dan Perdamaian’ Dalam Penyusunan RPJMD Kota Bogor 2019-2024.

Smallest Font
Largest Font

BOGOR, JABARONLINE.COM – Wali Kota Bogor Bima Arya mengungkapkan bahwa Pekerjaan Rumah (PR) Pemkot Bogor masih banyak, mulai dari persoalan transportasi, lingkungan hingga yang tak kalah penting adalah merawat toleransi agar menjaga Kota Bogor tetap guyub.

Hal tersebut diungkapkan Bima Arya di sela menjadi narasumber dalam seminar kebangsaan dan peluncuran buku sejarah dalam rangka memperingati 100 tahun berdirinya Gedung Gereja Zebaoth Bogor (Koningin Wilhelmina Kerk) di Gereja Zebaoth, Jalan Juanda, Bogor Tengah, Sabtu (23/11/19).

Advertisement
Scroll To Continue with Content

“Hal yang terus menerus kita lakukan adalah memastikan setiap ibadah, perayaan, ritual, baik keagamaan maupun kebudayaan, itu berjalan dengan nyaman di Kota Bogor,” Ujar Bima.

Menurutnya, DNA-nya warga Kota Bogor adalah gandrung akan kebersamaan dari masa ke masa. Namun, Bima Arya tidak menampik adanya anomali gerakan intoleran di kotanya.

Advertisement
Konten berbayar di bawah ini adalah iklan platform MGID. JABARONLINE.COM tidak terkait dengan pembuatan konten ini.
Scroll To Continue with Content

“Apakah ada intoleran? Ada. Lantas, apa tindakan kita? Ya apapun pemikiran mereka, mereka adalah warga Bogor, mereka adalah saudara kita. Tetapi tugas kita bersama-sama memastikan mereka kembali ke jalan yang benar. Karena DNA kita adalah kebersamaan, semangat kita persatuan,” Tegasnya.

Untuk memperkuat nilai-nilai itu, kata Bima, Pemkot Bogor telah memasukan nomenklatur ‘Kerukunan, Toleransi dan Perdamaian’ ke dalam penyusunan Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bogor 2019-2024.

“Pemkot Bogor sudah masuk kepada kebijakan-kebijakan. Harus masuk melalui proses pendidikan dan internalisasi. Pemkot menuangkan sejak periode kedua di RPJMD Kota Bogor apa itu yang dinamakan toleransi, pluralisme,” Jelas Bima.

“Arahan Wali Kota kepada seluruh Kepala Dinas, Camat dan Lurah untuk pastikan setiap kegiatan-kegiatan itu bernafaskan semangat toleransi dan pluralisme. Ada yang bertanya, kalau Dinas Pendidikan kan bisa ke sekolah-sekolah. Tapi, kalau Dinas Perhubungan bagaimana, pak? Kerahkan dan sampaikan kepada pengemudi angkot bahwa kebersamaan dan keberagaman adalah sesuatu yang indah,” Tambahnya.

“Ada yang nanya lagi. Bagaimana dengan Dinas Kesehatan? Apa hubungannya toleransi? Jelas ada. Pastikan seluruh tenaga kesehatan di Kota Bogor melayani warganya tanpa perbedaan. Melayani warganya sepenuh hati tidak boleh dibedakan karena agama atau latar belakangnya. Jadi keberagaman dan toleransi itu akan kita kuatkan melalui kebijakan-kebijakan yang sistematis,” Tandasnya.

Dalam pelaksanaannya, Bima Arya mengaku berkolaborasi dengan berbagai pihak, seperti Badan Sosial Lintas Agama (Basolia), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Majelis Ulama Indonesia (MUI).

“Kota Bogor dibantu juga oleh Setara Institute, Asia Foundations, Paramadina, Komnasham. Ini harus kerja keroyokan. Ini harus kerja bersama-sama,” Terang Bima.

Selain lewat kebijakan, penguatan nilai toleransi juga digarap melalui berbagai festival kesenian dan kebudayaan.

“Jadi kalau kita buat acara Cap Go Meh, Helaran, Festival Merah Putih, dan lain sebagainya, targetnya itu. Kebersamaan terus diperkuat. Setiap kegiatan ada dampaknya bagi kebersamaan kita. Kita merawat kebersamaan kita dengan event-event,” Katanya.

Namun, kata Bima, ada juga yang mengkritik wali kota yang menyebut Pemkot Bogor seperti Event Organizer (EO) yang sering membuat banyak acara.

“Apa manfaatnya menggelar event-event itu? Coba lihat Kabupaten Banyuwangi. Banyuwangi yang dulu katanya dikenal sebagai kota santet, yang dulu kotanya itu tidak dilirik, sekarang entah berapa ada direct flight dari Jakarta ke Banyuwangi, entah berapa festival dan event kebudayaan dan olahraga ada di Banyuwangi?,” Tandasnya.

“Dampaknya apa? Pertama kesejahteraan. PAD Banyuwangi meningkat, kemiskinan menurun. Kedua, kebersamaan warga. Kebanggan warga yang tadinya malu disebut kota santet, sekarang bangga karena banyak hal-hal yang membanggakan bagi mereka. Sanggar-sanggar hidup, penari sejahtera, seniman dan budayawan bisa mengekspresikan dirinya, hotel-hotel tumbuh, lapangan pekerjaan terbuka. Jadi salah kalau terlalu alergi terhadap event atau festival. Mari kita hidupkan semua kegiatan kebudayaan, keagamaan, olahraga di kota ini untuk kesejahteraan warga, untuk kebahagiaan warga dan untuk kebersamaan warga di Kota Bogor,” Pungkasnya.

Redaksi – B3

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
admin Author