Penerapan Pendekatan Pedagogi Genre dalam Pembelajaran Menulis Artikel

Penerapan Pendekatan Pedagogi Genre dalam Pembelajaran Menulis Artikel

Smallest Font
Largest Font

Penerapan Pendekatan Pedagogi Genre dalam Pembelajaran Menulis Artikel

 

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Stella Talitha1, Wildan Fauzi Mubarock2, M. Ginanjar Ganeswara3

1Universitas Pakuan, Bogor, Indonesia

Advertisement
Konten berbayar di bawah ini adalah iklan platform MGID. JABARONLINE.COM tidak terkait dengan pembuatan konten ini.
Scroll To Continue with Content

2Universitas Pakuan, Bogor, Indonesia

3Universitas Pakuan, Bogor, Indonesia

Corresponding email: stella.talitha@unpak.ac.id

Abstract \

Permasalahan yang dihadapi pada pembelajaran menulis adalah mahasiswa sulit mengembangkan ide dan cenderung mengulang apa yang sudah ditulis. Berdasarkan alasan itulah diperlukan penerapan pendekatan pembelajaran yang dapat menstimulus mahasiswa untuk menuangkan ide serta mengolanya menjadi artikel. Pendekatan yang dipilih sebagai solusi permasalahan adalah pendekatan pedagogia genre. Pendekatan ini diimplementasikan pada pembelajaran menulis.  Menulis artikel merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai mahasiswa dalam perkuliahan Keterampilan Menulis di Semester III. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan pendekatan pedagogia genre dalam pembelajaran menulis artikel mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Pakuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu. Pada tahap awal penelitian, peneliti melakukan prates pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada tahap kedua penelitian, peneliti memberikan perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen, peneliti memberikan perlakuan dengan menggunakan pendekatan pedagogia genre. Pada kelas kontrol, peneliti memberikan perlakuan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pendekatan pedagogi genre efektif dalam pembelajaran menulis artikel. Penelitian menunjukkan peningkatan signifikan dalam kemampuan menulis artikel mahasiswa. Tahapan membangun konteks memberikan dasar pemahaman yang kuat, sementara tahapan menelaah model membantu mereka melihat penerapan konsep dalam konteks nyata. Tahapan mengonstruksi terbimbing memberikan pengalaman praktis dan umpan balik langsung, sementara tahapan mengonstruksi mandiri merangsang kreativitas dan penemuan diri.

 

Keywords: pedagogi genre; pembelajaran menulis; artikel

INTRODUCTION

Proses menulis atau mengarang merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang mencakup kegiatan yang sangat kompleks. Kompleksitas ini dapat ditemukan dalam tuntutan kemampuan untuk menyusun dan menyajikan pemikiran secara runtut dengan menggunakan beragam bahasa tulis dan mengikuti kaidah penulisan yang berlaku. Meskipun terdapat tingkat kerumitan yang signifikan, kegiatan menulis menawarkan manfaat yang luar biasa.

Melibatkan diri dalam proses menulis tidak hanya merupakan latihan untuk merangkai kata-kata menjadi kalimat dan paragraf yang koheren, tetapi juga merupakan sarana efektif untuk mengembangkan inisiatif dan kreativitas. Menulis mendorong seseorang untuk mengeksplorasi ide-ide mereka sendiri dengan lebih mendalam, membuka pintu untuk penemuan gagasan baru yang mungkin tidak tersentuh sebelumnya. Selain itu, menulis juga berperan penting dalam membentuk kepercayaan diri dan keberanian seseorang untuk menyampaikan gagasan atau pandangan mereka kepada orang lain.

Pentingnya keterampilan menulis juga tercermin dalam kemampuannya untuk membentuk kebiasaan positif. Proses menulis melibatkan langkah-langkah seperti mencari, mengumpulkan, mengolah, dan mengatur informasi, yang pada akhirnya membantu mengasah keterampilan intelektual dan membentuk pola pikir analitis. Dengan demikian, melalui keterampilan menulis, seseorang tidak hanya dapat mengungkapkan diri secara efektif tetapi juga memperoleh manfaat yang luas dalam pengembangan pribadi dan intelektual mereka.

Pembelajaran menulis di tingkat pendidikan tinggi kini dihadapkan pada tuntutan yang semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman. Selain harus memenuhi persyaratan Kecakapan Abad 21, penekanan pada pendekatan pembelajaran berorientasi pada genre teks (genre-based text) menjadi pokok perhatian utama. Perubahan ini mencerminkan pemahaman mendalam akan kompleksitas kegiatan menulis yang tidak hanya membutuhkan penguasaan bahasa, tetapi juga keterampilan untuk menghasilkan tulisan yang sesuai dengan genre tertentu.

Menurut Emilia (2011), pembelajaran menulis berbasis teks melibatkan empat tahapan yang saling terkait. Pertama, membangun konteks, di mana mahasiswa diberdayakan untuk membangun pengetahuan tentang bidang tertentu yang menjadi fokus penulisan. Kedua, tahap pemodelan melibatkan pendekatan praktis untuk membimbing mahasiswa dalam memahami struktur dan unsur-unsur khas dari suatu genre teks. Selanjutnya, fase menyusun teks secara bersama-sama (joint construction) mengacu pada kolaborasi antarmahasiswa untuk mempraktikkan keterampilan menulis mereka dengan bimbingan dosen. Terakhir, mahasiswa diberi tanggung jawab penuh untuk menyusun teks secara mandiri, mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh sepanjang proses pembelajaran.

Dengan memahami dan mengimplementasikan empat tahapan tersebut, pembelajaran menulis di tingkat pendidikan tinggi bukan hanya bertujuan untuk menghasilkan penulis yang mahir secara teknis, tetapi juga individu yang mampu mengadaptasi keahlian menulisnya dalam berbagai konteks dan genre. Pendekatan berbasis teks menjadi landasan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis, mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi tantangan kompleks dalam dunia profesional dan akademis.

Permasalahan dalam pembelajaran menulis yang dihadapi oleh mahasiswa terlihat pada kesulitan mereka dalam mengembangkan ide dan kecenderungan untuk mengulang apa yang sudah ditulis sebelumnya. Fenomena ini jelas tercermin dalam hasil tulisan mahasiswa, baik itu dalam konteks latihan maupun ujian pada mata kuliah Keterampilan Menulis.

Ketidakmampuan mengembangkan ide secara kreatif seringkali menjadi hambatan utama bagi mahasiswa dalam menciptakan karya tulis yang orisinal dan menarik. Beberapa mahasiswa mungkin terjebak dalam pola pikir yang terlalu rutin, mengakibatkan gagasan yang diungkapkan dalam tulisan mereka menjadi monoton dan kurang inovatif. Tidak hanya itu, kecenderungan untuk mengulang apa yang sudah ditulis sebelumnya dapat mencerminkan kurangnya kemampuan untuk melibatkan diri dalam proses revisi yang konstruktif.

Kendala-kendala ini, pada gilirannya, dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan kemampuan menulis mahasiswa secara keseluruhan. Oleh karena itu, perlu ditemukan strategi pembelajaran yang mampu merangsang kreativitas dan mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam merumuskan ide dengan lebih baik. Mendekati pembelajaran menulis dengan pendekatan yang menekankan eksplorasi ide, pemberian umpan balik yang konstruktif, dan stimulasi kreativitas dapat menjadi langkah awal untuk mengatasi permasalahan ini. Dengan demikian, mahasiswa dapat menjadi penulis yang lebih kompeten dan mampu menghasilkan tulisan yang lebih bervariasi dan berbobot.

Berdasarkan alasan itulah diperlukan pendekatan pembelajaran yang dapat menstimulus mahasiswa untuk menuangkan ide serta mengolahnya menjadi artikel. Pendekatan yang dipilih sebagai solusi permasalahan adalah pendekatan pedagogia genre. Pendekatan ini diimplementasikan pada pembelajaran menulis artikel. Menulis artikel merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai mahasiswa dalam perkuliahan Keterampilan Menulis di Semester III. Capaian lainnya adalah kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan komunikatif.

Pembelajaran bahasa yang mengadopsi pendekatan pedagogi genre berfokus pada siklus belajar-mengajar "belajar melalui bimbingan dan interaksi," yang menitikberatkan pada strategi pemodelan teks dan pembangunan teks secara bersama-sama sebelum mahasiswa menciptakan teks secara mandiri. Pedagogi berbasis-genre memandang bahasa sebagai suatu sistem dinamis terbuka; pengetahuan bahasa diajarkan secara eksplisit; dan genre (tipe teks) digunakan sebagai titik awal untuk pemodelan, pendekonstruksian, dan pemahaman bahasa (Martin, 1999; Christie, 1999; Macken-Horarik, 2001). Siklus ini, yang dikembangkan oleh Rothery (1996), melibatkan tiga tahap utama, yaitu pemodelan teks, konstruksi bersama teks, dan konstruksi mandiri teks. Firkins, Forey, dan Sengupta (2007) kemudian memodifikasi siklus Rothery dengan penekanan tambahan, termasuk pengembangan kesadaran kontekstual dan metakognitif, penggunaan teks autentik sebagai model, pengenalan serta revisi metawacana, dan pembahasan intertekstualitas untuk menyoroti persamaan genre, seperti tipe leksiko-gramatikal yang umumnya terdapat dalam teks prosedural.

Siklus pembelajaran pedagogi genre, yang dikenal sebagai proses inti dalam belajar-mengajar, terdiri dari empat tahap, yaitu: building knowledge of field, modelling of text, joint construction of text, and independent construction of text (Emilia, 2011; Ramadania, 2016). Dalam building knowledge of field, mahasiswa dihadapkan kepada pembahasan atau kegiatan yang membantu mahasiswa memaknai konteks situasional dan kultural genre yang sedang dipelajari. Modelling of text, fokus pada analisis teks, yang menarik perhatian mahasiswa untuk mengidentifikasi tujuan dan struktur generik (skematik) dan fitur bahasa teks. Joint construction, dosen dan mahasiswa membangun teks bersama-sama. Dosen melatih subketerampilan yang dibutuhkan. Jika mahasiswa cukup percaya diri, akan bergerak menuju independent construction, dan mahasiswa menulis tulisan mereka sendiri berdasarkan pemahaman, pengalaman, dan penalarannya sehingga menghindari plagiasi atau mengakui karya orang lain sebagai karyanya.

Mahasiswa belajar menciptakan wacana melalui perencanaan, praktik, dan menyajikan (baik secara lisan maupun tertulis) dengan cermat, termasuk dalam pemilihan kata, susunan penyajian, dan elemen-elemen multimodal. Proses penafsiran, analisis, dan evaluasi merupakan cara mahasiswa memahami isi dari apa yang mereka baca dan dengar, serta bagaimana mereka menyampaikan pesan melalui penerapan pengetahuan kontekstual, semantik, dan tata bahasa. Mahasiswa meneliti cara penyajian konvensi dan implikasinya terhadap pengalaman pembaca dan pemirsa, lalu mereka menggunakan pengetahuan yang diperoleh untuk menciptakan teks mereka sendiri.

Penelitian terkait pendekatan pedagogia genre, antara lain: 1) Didi Yulistio dan Anita Fhitri, “Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen Menggunakan Model Pembelajaran Pedagogi Genre, Saintifik, dan CLIL (Content And Language Integrated Learning)”, 2) A. Muktadir, “Efektivitas Keterampilan Menulis Deskripsi Mahasiswa PGSD Melalui Pendekatan Pedagogi Genre”, 3) Elisah, “Peningkatan Kemampuan Bernegosiasi Lisan dengan Menggunakan Model Pembelajaran Genre Pedagogi”. Yang membedakan penelitian ini dari penelitian terdahulu adalah fokus penerapan pedagogi genre pada pembelajaran menulis artikel. Sebagai tambahan kontribusi yang signifikan, penelitian ini membuka wawasan baru terhadap potensi pedagogi genre dalam membentuk kemampuan menulis mahasiswa, khususnya dalam konteks penyusunan artikel.

Penelitian ini memiliki tujuan, yaitu untuk memberikan gambaran terperinci mengenai penerapan pendekatan pedagogia genre dalam proses pembelajaran menulis artikel bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Pakuan. Fokus penelitian ini tidak hanya pada aspek teknis menulis, tetapi lebih jauh lagi menggali bagaimana pendekatan pedagogia genre dapat menjadi sarana efektif dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menghasilkan artikel ilmiah yang berkualitas.

Urgensi dari penelitian ini sangatlah relevan dengan dinamika perkembangan zaman, terutama dalam konteks era 5.0. Kemampuan menulis artikel menjadi kompetensi yang semakin penting, mengingat pergeseran paradigma menuju masyarakat berbasis pengetahuan dan informasi yang berkembang pesat. Mahasiswa, sebagai pemegang peranan kunci dalam menghadapi tantangan era baru ini, membutuhkan keterampilan menulis yang tidak hanya memadai secara teknis, tetapi juga mampu mencerminkan kemampuan berpikir kritis dan analitis.

Dengan menitikberatkan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang konkret terhadap pengembangan metode pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa di tingkat universitas. Dengan meningkatnya kemampuan menulis artikel, diharapkan mahasiswa tidak hanya siap untuk menghadapi tuntutan akademis, tetapi juga mampu berkontribusi secara positif dalam berbagai bidang, baik dalam konteks akademis maupun profesional, di era 5.0 yang mengutamakan pemanfaatan dan penyebaran informasi melalui tulisan ilmiah.

METHOD

Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Pakuan pada perkuliahan Keterampilan Menulis. Subjek penelitian ini, yaitu mahasiswa semester III. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu. Berikut desain penelitian yang digunakan.

Tabel 1. Desain Penelitian

Kelas

Tes Awal

Perlakuan

Tes Akhir

A (KE)

O1

X

O2

B (KK)

O3

Y

O4

Keterangan:

A          : kelas eksperimen

B          : kelas kontrol/kelas pembanding

O1                : tes awal/prates pada kelas eksperimen

O2                : tes akhir/pascates pada kelas eksperimen

O3                : tes awal/prates pada kelas kontrol

O4        : tes akhir/pascates pada kelas kontrol

X          : pemberian perlakuan berupa pendekatan pedagogia genre

Y          : pemberian perlakuan berupa pendekatan saintifik

Dalam pengumpulan data penelitian ini, peneliti menerapkan teknik tes tulis. Dua sesi tes dilakukan, yaitu prates (tes awal) dan pascates (tes akhir). Kedua tes tersebut diimplementasikan di kelas eksperimen dan kelas kontrol, dengan penerapan perlakuan yang berbeda. Rincian pelaksanaan perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dijelaskan melalui ilustrasi berikut  (Syamsuddin dan Damayanti, 2009).

Gambar 2. Bagan proses pelaksanaan perlakuan

Penjelasan bagan di atas sebagai berikut.

  1. Pada fase awal penelitian, peneliti melaksanakan tes awal (prates) di kelas eksperimen dan kelas kontrol, di mana mahasiswa diminta untuk menyusun artikel tanpa menerima materi terlebih dahulu mengenai penulisan artikel. Dengan demikian, pada tahap ini, peneliti dapat menilai kemampuan mahasiswa dalam menulis artikel sebelum melibatkan mereka dalam perlakuan yang diberikan.
  2. Pada fase kedua penelitian, peneliti menerapkan perlakuan di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Di kelas eksperimen, pendekatan pedagogia genre digunakan sebagai perlakuan, sementara di kelas kontrol, pendekatan saintifik diterapkan. Proses pemberian perlakuan ini dilakukan setelah mahasiswa menerima materi mengenai penulisan artikel dan dilakukan sebanyak tiga kali di kedua kelas.
  3. Dalam fase akhir penelitian, peneliti melakukan uji pascates pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Mahasiswa diminta untuk menyusun artikel berdasarkan perlakuan yang telah mereka terima. Tes ini dilakukan dengan menggunakan kemampuan masing-masing mahasiswa dalam menulis artikel setelah mendapatkan materi dan perlakuan. Oleh karena itu, pada tahap ini, peneliti dapat mengevaluasi kemampuan mahasiswa dalam menulis artikel setelah melalui proses pemberian materi dan perlakuan.

 

RESULTS AND DISCUSSION

Penerapan pendekatan pedagogi genre dalam pembelajaran bahasa Indonesia memiliki tujuan mendasar, yaitu meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menginterpretasi dan memproduksi beragam teks sesuai dengan konteksnya. Pendekatan ini tidak hanya memandang bahasa sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai sebuah medium kompleks yang merefleksikan makna dalam konteks budaya dan situasional.

Pendekatan pedagogi genre mengakui bahwa setiap genre atau jenis teks memiliki karakteristik unik, baik dari segi struktur maupun fungsinya. Melalui pemahaman mendalam terhadap ciri khas setiap genre, mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan untuk memahami dan merespons berbagai jenis teks dengan lebih efektif. Selain itu, pendekatan ini memberikan penekanan pada produksi teks yang autentik dan relevan dengan kebutuhan situasional, membekali mahasiswa dengan keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun di dunia akademis.

Dengan menerapkan pendekatan pedagogi genre, pembelajaran bahasa Indonesia tidak hanya berfokus pada aspek dasar seperti tata bahasa dan kosakata, tetapi juga memperluas wawasan mahasiswa terhadap berbagai jenis teks yang dapat mereka temui dalam berbagai konteks. Dengan demikian, mahasiswa dapat menjadi pembaca dan penulis yang lebih cakap, mampu beradaptasi dengan tuntutan literasi yang semakin berkembang dalam masyarakat modern. Ini sejalan dengan visi pembelajaran bahasa sebagai proses yang holistik dan relevan dengan kebutuhan komunikasi kontemporer.

Berikut ini perbandingan nilai prates dan nilai pascates di kelas eksperimen dan kontrol. Nilai prates merupakan nilai sebelum diberikan perlakuan dan nilai pascates merupakan nilai setelah diberikan perlakuan pendekatan pedagogi genre pada kelas eksperimen.

Tabel 1: Perbandingan Nilai Prates dan Pascates Kelas Eksperimen dan Kontrol

No.

Kategori

Rentang Nilai

Eksperimen

Kontrol

Prates

Pascates

Prates

Pascates

1.

Sangat baik

86-100

-

2

-

-

2.

Baik

76-85

-

7

-

-

3.

Cukup

66-75

-

-

-

4

4.

Kurang

40-65

12

6

10

10

5.

Sangat kurang

0-39

3

-

5

1

Berdasarkan tabel di atas, pada prates di kelas eksperimen, persentase mahasiswa yang termasuk ke dalam kategori kurang sebanyak 80% dan kategori sangat kurang sebanyak 20%. Hal ini menunjukkan mahasiswa membutuhkan perlakuan. Sedangkan pada prates di kelas kontrol, persentase mahasiswa yang termasuk ke dalam kategori kurang sebanyak 75% dan kategori sangat kurang sebanyak 25%.

Setelah diberikan perlakuan di masing-masing kelas, kemampuan menulis artikel mahasiswa meningkat. Berdasarkan tabel di atas, pada pascates di kelas eksperimen, persentase mahasiswa yang termasuk ke dalam kategori baik sebanyak 45%, kategori kurang sebanyak 40%, dan kategori sangat baik sebanyak 15%. Hal ini menunjukkan setelah diberikan perlakuan, kemampuan siswa dalam menulis artikel ilmiah mengalami peningkatan. Sedangkan pada prates di kelas kontrol, persentase mahasiswa yang termasuk ke dalam kategori kurang sebanyak 75%, kategori cukup sebanyak 18%, dan kategori sangat kurang sebanyak 7%. Hal ini menunjukkan kemampuan menulis artikel ilmiah mahasiswa mengalami peningkatan, tetapi kurang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya mahasiswa yang masuk ke dalam kategori baik dan sangat baik.

Berdasarkan perhitungan, diperoleh nilai 0,997 dari uji reliabilitas antarpenimbang kemampuan menulis artikel prates dan nilai 0,998 pascates di kelas eksperimen. Dilihat dalam tabel Guilford, koefisien reliabilitasnya termasuk ke dalam kualitas korelasi sangat tinggi. Tingkat kepercayaan terhadap penilaian antarpenimbang sangat tinggi dan tidak diragukan lagi keobjektifannya dalam memberi penilaian. Oleh karena itu, penilaian yang dilakukan tidak mengandung unsur subjektif.

Berdasarkan uji normalitas data kemampuan menulis artikel kelas eksperimen, Kolmogorov-Smirnov, nilai signifikan prates sebesar 0,898 atau > 0,05 maka H0 diterima. Nilai signifikansi di pascates sebesar 0,255 atau > 0,05 maka H0 diterima. Hal ini menunjukkan data kemampuan menulis artikel kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Berdasarkan uji homogenitas varian data kemampuan menulis artikel kelas eksperimen, diperoleh taraf signifikan sebesar 0,314, oleh karena 0,314 > 0,05 maka H0 diterima. Hal ini menunjukkan data kemampuan menulis artikel kelas eksperimen mempunyai variansi yang homogen.

Berdasarkan uji hipotesis menggunakan T-test, diperoleh taraf signifikansi sebesar 0,000. Oleh karena 0,000 < 0,05 maka H0 diterima. Hal ini menunjukkan pendekatan pedagogia genre efektif dalam pembelajaran menulis artikel di  kelas eksperimen.

Berdasarkan uji ukuran efek menggunakan mean and standar deviasi, diperoleh nilai Cohen’s (d) sebesar 1,5. Oleh karena 1,5 > 0,8 maka merupakan efek besar. Nilai 1,5 jika dimasukkan ke dalam tabel The interpretation of Cohen's d masuk ke dalam kategori besar. Hal ini menunjukkan pendekatan pedagogi genre memiliki efek besar (pengaruh besar) terhadap kemampuan menulis artikel mahasiswa di  kelas eksperimen.

Tahap Membangun Konteks

Dalam tahap pertama ini, mahasiswa terlibat secara aktif dalam pengenalan dan pemahaman konsep artikel. Upaya ini dilakukan melalui sejumlah kegiatan, yang melibatkan mereka dalam merinci konteks dan karakteristik khas yang terkandung dalam genre artikel. Melalui diskusi kelompok yang cermat, analisis mendalam terhadap teks-teks representatif, dan penjelasan konsep yang terstruktur, mahasiswa dapat membuka wawasan mereka terhadap esensi tulisan artikel. Ini bukan hanya sekadar paparan teoretis, melainkan sebuah pengalaman berpikir kritis yang terintegrasi. Hasilnya, terbentuklah fondasi pemahaman yang solid dan mendalam mengenai jenis tulisan yang akan mereka kembangkan. Mahasiswa tidak hanya memahami konsep secara teoretis, tetapi juga mampu mengaitkannya dengan konteks nyata, memungkinkan mereka untuk merespons secara lebih berdaya terhadap tuntutan dan karakteristik khusus dalam penulisan artikel. Dengan demikian, tahap ini bukan hanya memberikan landasan, tetapi juga memicu pemikiran reflektif yang mempersiapkan mahasiswa untuk langkah-langkah berikutnya dalam peningkatan kemampuan menulis artikel.

Tahap Menelaah Model

Tahap ini membuka pintu bagi mahasiswa untuk memperdalam pemahaman mereka dengan memperkenalkan model-model artikel yang telah ada. Pengenalan ini bersifat praktis, di mana mahasiswa dapat melihat secara konkret bagaimana konsep-konsep yang mereka pelajari dalam teori dapat diterapkan dalam praktik. Dengan menyajikan contoh nyata, mahasiswa memiliki peluang untuk merinci dan menganalisis struktur, gaya penulisan, dan pengorganisasian ide yang terdapat dalam model-model artikel tersebut.

Pentingnya penggunaan contoh nyata tidak hanya terletak pada penerapan konsep, tetapi juga pada kemampuan mahasiswa untuk mengidentifikasi keunikan dan variasi dalam gaya penulisan. Diskusi mendalam yang dilakukan dalam tahap ini memberikan landasan kuat untuk langkah-langkah berikutnya karena mahasiswa dapat membawa pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana setiap elemen artikel berinteraksi untuk menciptakan tulisan yang koheren dan persuasif.

Diskusi tersebut juga menciptakan ruang bagi pertukaran gagasan antarmahasiswa, memungkinkan mereka untuk melihat berbagai pendekatan dan sudut pandang yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya. Oleh karena itu, tahap ini tidak hanya memberikan pemahaman teoretis tentang artikel, tetapi juga membentuk keterampilan analisis dan penafsiran yang kritis.

Tahap Mengonstruksi Terbimbing

Setelah mahasiswa berhasil memahami konsep dasar dan meresapi berbagai model artikel yang telah ada, langkah selanjutnya adalah membimbing mereka secara langsung dalam proses menciptakan artikel mereka sendiri. Peneliti, sebagai fasilitator pendidikan, memainkan peran kunci dalam memberikan panduan yang terperinci tentang langkah-langkah spesifik yang harus diambil mahasiswa. Pendampingan ini tidak hanya sekadar memberikan petunjuk formal, melainkan juga menyediakan ruang untuk mempertimbangkan variasi dan kekhasan yang dapat diaplikasikan sesuai dengan keunikan ide dan gaya masing-masing mahasiswa.

Umpan balik mendalam yang diberikan oleh peneliti menjadi kunci penting dalam membimbing mahasiswa menuju perbaikan yang berkelanjutan. Dengan adanya komunikasi dua arah antara peneliti dan mahasiswa, proses pembelajaran menjadi dinamis dan adaptif. Peneliti berperan sebagai mentor yang tidak hanya memberikan jawaban, tetapi juga menantang mahasiswa untuk berpikir kritis, mendorong refleksi diri, dan menggali potensi kreatif yang mungkin belum tergali.

Pentingnya panduan dan umpan balik ini tidak hanya terletak pada aspek teknis penulisan, tetapi juga pada pemahaman lebih dalam terkait prinsip-prinsip artikel. Mahasiswa tidak hanya diajarkan cara menulis, tetapi juga dimotivasi untuk memahami mengapa suatu pendekatan lebih efektif daripada yang lain, bagaimana struktur artikel dapat meningkatkan daya tarik pembaca, dan bagaimana mempertahankan konsistensi tematik dalam suatu tulisan.

Proses ini menciptakan sebuah jembatan yang kohesif antara teori dan praktik, di mana mahasiswa tidak hanya mengerti aspek konseptual artikel, tetapi juga dapat menerapkannya dengan percaya diri dalam tulisan mereka sendiri. Dengan demikian, tahap ini tidak hanya menjadi sekadar implementasi, melainkan bagian integral dari pembentukan pemahaman yang mendalam dan kemampuan yang solid dalam menulis artikel ilmiah.

Tahap Mengonstruksi Mandiri

Pada tahap akhir, mahasiswa memasuki fase pengembangan mandiri, yaitu tahap mengonstruksi mandiri. Dalam tahap ini, mereka diberikan kebebasan penuh untuk mengeksplorasi ide-ide mereka sendiri dengan tetap memperhatikan konvensi dan prinsip-prinsip penulisan artikel. Pendekatan ini memberikan ruang bagi mahasiswa untuk mengasah kreativitas mereka, mengeksplorasi sudut pandang baru, dan menyajikan gagasan-gagasan orisinal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya.

Meskipun mahasiswa diberikan kebebasan untuk mengekspresikan diri secara individual, peran peneliti tetap krusial dalam memberikan dukungan dan arahan tambahan. Peneliti hadir sebagai sumber daya yang dapat memberikan umpan balik konstruktif dan memandu mahasiswa melalui tantangan-tantangan yang mungkin mereka hadapi selama proses pengembangan. Dalam hal ini, interaksi antara peneliti dan mahasiswa bukan hanya sebagai bentuk evaluasi, tetapi juga sebagai proses pembelajaran berkelanjutan yang menginspirasi pertumbuhan dan perbaikan.

Memberikan mahasiswa kebebasan dan tanggung jawab untuk mengembangkan mandiri artikel mereka sendiri memiliki manfaat ganda. Selain meningkatkan rasa kepemilikan terhadap tulisan mereka, ini juga memungkinkan mereka untuk menghadapi tantangan-tantangan secara lebih pribadi, membangun kepercayaan diri dalam pengambilan keputusan penulisan, dan mengasah kemampuan pemecahan masalah. Pendekatan ini tidak hanya menciptakan penulis yang lebih mandiri dan kreatif, tetapi juga memberikan penelitian nilai tambah yang signifikan dalam peningkatan kemampuan mahasiswa dalam memahami, mengadaptasi, dan menciptakan artikel yang berkontribusi pada perkembangan disiplin ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Penelitian menunjukkan peningkatan signifikan dalam kemampuan menulis artikel mahasiswa. Tahapan membangun konteks memberikan dasar pemahaman yang kuat, sementara tahapan menelaah model membantu mereka melihat penerapan konsep dalam konteks nyata. Tahapan mengonstruksi terbimbing memberikan pengalaman praktis dan umpan balik langsung, sementara tahapan mengonstruksi mandiri merangsang kreativitas dan penemuan diri.

CONCLUSION

Penerapan pendekatan pedagogi genre melalui serangkaian tahapan yang terstruktur, yakni membangun konteks, menelaah model, mengonstruksi terbimbing, dan mengonstruksi mandiri, secara kumulatif dapat meningkatkan kemampuan menulis artikel mahasiswa. Proses kumulatif ini tidak hanya menyediakan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam melahirkan tulisan yang berkualitas, tetapi juga membentuk kepekaan mereka terhadap konteks dan tujuan penulisan.

Implikasi dari penerapan pendekatan ini meluas di luar ranah akademis. Selain meningkatkan kemampuan menulis mahasiswa, pendekatan pedagogi genre juga memberikan persiapan yang kokoh untuk menghadapi tantangan menulis dalam konteks dunia nyata. Kemampuan untuk menyesuaikan gaya penulisan dengan berbagai konteks dan audiens menjadi aset berharga dalam karier dan kehidupan profesional mereka. Oleh karena itu, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dapat memanfaatkan pendekatan ini sebagai dasar pengajaran, mengenalkan mahasiswa pada konsep dan keterampilan yang tidak hanya berharga dalam lingkup akademis, tetapi juga merespons tuntutan dunia nyata.

REFERENCES

Christie, F. (ed.). 1999. Pedagogy and the Shaping of Consciousness. London: Continuum.

Elisah. (2015). Peningkatan Kemampuan Bernegosiasi Lisan dengan Menggunakan Model Pembelajaran Genre Pedagogi Siswa Kelas XI TKJ SMK Negeri 1 Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong. Diksa: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol 1 No. 1. https://doi.org/10.33369/diksa.v1i2.3182

Emilia, E. (2011). Pendekatan berbasis teks (genre-based approach) dalam pengajaran bahasa inggris. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Firkins, A.; Forey, G. & Sengupta, S. (2007). Genre-Based Literacy Pedagogy: Teaching Writing to Low Proficiency EFL Students, English Language Teaching Journal, Oct 2007.

Macken-Horarik, M. 2001. ‘Something to shoot for: a systemic functional approach to teaching genre in secondary school science’ dalam A. M. Johns (ed.) Genre in the Classroom: Multiple Perspectives. London: Lawrence Erlbaum Associates.

Martin, J. R. 1992. English Text. Amsterdam: Benjamins. Olson, D. R. 2009. Education and literacy, Infancia y Aprendizaje Journal for the Study ofEducation and Development 32 (2): 141-151, https://doi.org/10.1174/021037009788001824

Muktadir, A. (2021). Efektivitas Keterampilan Menulis Deskripsi Mahasiswa PGSD Melalui Pendekatan Pedagogi Genre. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(3), 6047–6054. https://doi.org/10.31004/jptam.v5i3.1910

Ramdania, F. (2016). Konsep Bahasa Berbasis Teks pada Buku Ajar Kurikulum 2013. Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya.

Rothery, J. 1996. ‘Making changes: developing an educational linguistics’ dalam R. Hasanand G. Williams (eds.). Literacy in Society. London: Longman.

Syamsuddin, AR. dan Vismaia S. D. (2009). Metode penelitian pendidikan bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yulistio, D., & Fhitri, A. (2019). Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen Menggunakan Model Pembelajaran Pedagogi Genre, Saintifik, dan CLIL (Content And Language Integrated Learning) Pada Siswa Kelas XI SMAN 2 Kota Bengkulu. Jurnal Ilmiah KORPUS, 3(1), 9–20. https://doi.org/10.33369/jik.v3i1.7342

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
Hokage Author