Perang atau Damai Dengan Virus Mematikan?
BOGOR | JABARONLINE.COM – Covid-19 adalah virus yang menyerang sistem pernapasan pada tubuh manusia. Virus ini bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian.
Tidak hanya menyebabkan gangguan pada tubuh manusia, virus ini juga berdampak pada banyak dimensi kehidupan, hingga membatasi masyarakat untuk melakukan segala aktivitas umum. Oleh sebab itu, Pemerintah pusat maupun daerah bergandeng tangan gencar membuat program-program untuk memutus penyebaran virus mematikan ini.
Dalam mengatasi problema ini, berbagai kebijakan diciptakan, sosialisasi informasi kepada masyarakat kerap dilakukan. Namun, sebagai komunikan, dalam menerima informasi selalu menghasilkan berbagai macam persepsi.
Seperti halnya dalam penyampaian pesan untuk mencegah penyebaran virus covid-19, antara kata ‘Perang dan Berdamai’ adalah pernyataan yang bertentangan. Sehingga, masyarakat harus memilih ‘Perang atau Melawan’ dalam memutus rantai wabah ini
Menanggapi hal ini, Direktur Solidaritas Aksi Perubahan Untuk Indonesia (SAPU INDONESIA), Harry Ara, mengatakan ‘Perang dan Berdamai adalah satu tujuan.
“Beda kata sama makna namun bisa salah tafsir apalagi rakyat Indoensia begitu heterogen. Bisa salah persepsi dari warga,” kata Ara kepada wartawan melalui pesan whatsapp, Selasa (19/05).
Hanya saja, Ara menjelaskan, sebenarnya istilah ber-damai dengan virus corona itu tidak pas diucapkan. Menurutnya, virus itu sampai kapan pun akan mematikan manusia.
“Memusnahkan manusia. Sekarang sudah hampir 5 juta orang terinsfeksi dan 310.000 orang meninggal. Kok kita berdamai dengan virus”.
“Cukup disebut kita hidup berdampingan dengan virus, sampai obatnya ditemukan. Berdamai itu berarti pihak-pihak yang berseteru saling menahan diri. Ada Take and Give,” sambungnya.
Ara mengungkap, virus ini akan mematikan dan menghabiskan manusia terlebih dulu sebelum manusia memberantas virus ini.
“Kalau ini virusnya kan habis-habisaan akan mematikan kita kalau bukan kita duluan yang menghabisinya. Dan akan tetap seperti itu kondisinya. Hidup berdampingan dengan virus sampai ketemu vaksinnya adalah realitas, tapi bukan berdamai,” tutup Ara.
Oly Nurmansyah