Kilasberita.id, JAKARTA, — Teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) dinilai berperan besar dalam mendukung kerja jurnalistik, khususnya untuk tugas-tugas yang bersifat teknis dan berulang, seperti peringkasan informasi, pengolahan data, hingga penyusunan berita berbasis data.
Namun demikian, penggunaan AI secara berlebihan juga memunculkan kekhawatiran di kalangan insan pers. Sejumlah media menilai ketergantungan terhadap AI berpotensi menurunkan ketajaman berpikir reporter, mengganggu akurasi informasi, serta menimbulkan persoalan etika jurnalistik. “AI masih diposisikan sebagai pelengkap, bukan pengganti reporter atau editor,” tegas Ketua Dewan Pakar Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Pusat, Hendry Ch Bangun, dalam Seminar Green Journalism 4.0 bertema Kolaborasi Teknologi AI dan Reporter, yang digelar di Kampus FISIP Universitas Muhammadiyah Prof Dr HAMKA (Uhamka), Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (23/12/2025).
Seminar yang merupakan bagian dari peringatan 6 Tahun JMSI ini juga menghadirkan Irsyan Hasyim, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, sebagai pembicara. Acara dibuka oleh Wakil Dekan FISIP Uhamka, Farida Hayati, yang berharap kegiatan tersebut dapat memperkaya wawasan mahasiswa dalam menghadapi perkembangan teknologi AI yang semakin canggih dan kompleks.
Sementara itu, mewakili Ketua Umum JMSI Pusat yang berhalangan hadir, Syarif Hidayatullah, Ketua Bidang Usaha JMSI Pusat, mengatakan seminar ini merupakan bentuk kerja sama berkelanjutan antara JMSI dan kalangan akademisi.
Pemilihan tema AI dan jurnalisme dinilai relevan dengan kebutuhan media saat ini. Dalam paparannya, Hendry Ch Bangun mengungkapkan materi yang disampaikan merupakan hasil survei khusus terhadap media-media anggota JMSI. Ia menegaskan bahwa kerja jurnalistik di lapangan tetap membutuhkan peran manusia untuk memastikan fakta, konteks, dan nilai berita. Ketua PWI Pusat periode 2023–2025 serta mantan Wakil Ketua Dewan Pers ini memprediksi peran AI dalam manajemen media akan semakin besar ke depan.
Namun, kualitas jurnalistik tetap ditentukan oleh kemampuan wartawan dalam berpikir kritis, memverifikasi informasi, dan menjaga etika profesi. Mengutip berbagai kajian teknologi, Hendry menyebut AI telah merevolusi industri media dengan mengoptimalkan tugas-tugas berulang dan proses kompleks, sehingga wartawan dapat lebih fokus pada pekerjaan kreatif dan analitis.
.png)
.png)
.png)
