Prawita GENPPARI Jelaskan Geopark dan Pariwisata Berkelanjutan di Sanghyang Heuleut

Prawita GENPPARI Jelaskan Geopark dan Pariwisata Berkelanjutan di Sanghyang Heuleut

Smallest Font
Largest Font

BANDUNG | JABARONLINE.COM – “Hampir semua daerah saat ini lagi gencar-gencarnya mempromosikan destinasi wisata di wilayahnya masing-masing. Hal ini tentu disambut positif oleh berbagai kalangan termasuk masyarakat yang berada di sekita objek wisata tersebut, karena bisa merangsang pertumbuhan ekonomi daerah dan juga bisa menggerakkan sektor ekonomi lainnya. Jadi, pariwisata bisa menggerakan ekonomi kerakyatan tanpa harus mengeksploitasi sumber daya alamnya,” ungkap Dede Farhan Aulawi selaku Ketua Umum Prawita GENPPARI.

“Wisatawan cukup berpose untuk sekedar mengambil foto-foto yang dinilainya menarik, tanpa harus mengangkut atau membawa objek tersebut. Untuk itulah Prawita GENPPARI (Gerakan Nasional Pecinta Pariwisata Indonesia) menaruh perhatian besar. Dalam hal ini dan tetap tidak melupakan misi pelestarian lingkungan untuk mewujudkan kawasan ekowisata yang berkelanjutan. Termasuk saat ini melakukan touring dan mengunjungi destinasi wisata Sanghyang Heuleut yang berada di kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat ini,“ lanjut Dede.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Terkait hal tersebut, Prawita GENPPARI selalu memberikan saran-saran kepada Kepala Daerah hingga Kepala Desa dan para tokoh masyarakat di sekitar potensi wisata agar mulai menyusun konsep dan perencanaan pembangunan pariwisata secara lebih terstruktur, terpadu, dan berkesinambungan. Implementasinya juga harus mengintegrasikan dengan nilai-nilai budaya, seni dan misi pelestarian lingkungan. Hal tersebut merupakan satu kesatuan dan jangan dipisahkan. Bahkan, lebih jauh diintegrasikan juga dengan inovasi-inovasi untuk meningkatkan ketahanan pangan.

Pembangunan pariwisata pada pokoknya merupakan tolak ukur untuk berfikir bagaimana memfasilitasi kedatangan wisatawan sebanyak mungkin, dengan lama tinggal selama mungkin dan membelanjakan uangnya sebanyak mungkin serta mampu memberikan manfaat untuk meningkatkan kualitas hidup dan indeks kebahagiannya. Proyeksi-proyeksi dilakukan untuk mengestimasi multiplier effect pariwisata maka, muncul konsep sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan. Ekowisata merupakan salah satu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip konservasi. Bahkan, dalam strategi pengembangannya, ekowisata juga menggunakan strategi konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdaya guna dalam mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem di area yang masih alami. Hal ini disebabkan karena, melalui ekowisata pelestarian alam dapat ditingkatkan kualitasnya.

Advertisement
Konten berbayar di bawah ini adalah iklan platform MGID. JABARONLINE.COM tidak terkait dengan pembuatan konten ini.
Scroll To Continue with Content

Selanjutnya, Dede juga menjelaskan pengertian ekowisata sebagai bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Jadi ekowisata pada dasamya merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia. Eco-traveler pada hakikatnya konservasionis jadi, harus mampu menjamin kelestarian lingkungan dalam hal menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem kehidupan, melindungi keanekaragaman hayati, dan menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya.

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman kunjungannya, Dede menyampaikan bahwa Indonesia memiliki peluang dan kesempatan yang sangat besar dalam mengembangkan ekowisata. Tidak sekedar memberikan kontribusi devisa bagi negara tetapi, juga menyiapkan warisan yang berharga bagi anak cucu di kemudian hari yaitu terjaganya lingkungan hidup yang ramah dan lestari. Lihat saja bagaimana negara – negara Afrika Tropis memberi bukti bahwa pengembagan ekowisata dan kawasan konservasi dapat memberikan kontribusi pendapatan yang signifikan. Demikian pula Afrika Selatan dengan Krueger National Parknya, Malaysia dengan Taman Nasional Kinibalu, Amerika Serikat dengan Yosemite dan Inggris dengan Peak District serta Equador dengan Taman nasional Galapagos-nya. Apa yang ada di mereka, semua ada di Indonesia.

“Untuk itulah dalam pengembangan pariwisata, Prawita GENPPARI selalu mempertimbangkan aspek variasi destinasi dan aspek market yang dipadukan dengan kelestarian alam dan kesinambungan kehidupan. Budaya dan kearifan lokal bisa juga menjadi daya tarik khusus, sehingga pelestarian budaya merupakan sesuatu yang tak terpisahkan dari pelestarian alam itu sendiri. Harmoni sikap dan cara pandang yang dipandu dengan keinginan luhur untuk melestarikan keduanya, bisa menjadi subjek yang mampu menyedot perhatian para wisatawan. Dan di kawasan Sanghyang Heuleut ini, banyak sekali objek yang bisa dijadikan kawasan pengembangan ekowisata“, pungkasnya.

Kartika Nur Amalia 21

Editors Team
Daisy Floren