Refpeksi Konsensus Kebangsaan dalam Memperkuat Tali Persatuan

Refpeksi Konsensus Kebangsaan dalam Memperkuat Tali Persatuan

Smallest Font
Largest Font

JABARONLINE.COM - Dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila yang jatuh pada tanggal 1 Juni, Ikatan Keluarga Alumni Kebangsaan Lemhannas (IKBANAS) melalui Ketua Bidang Kedeputian Organisasi, SDM dan Optimalisasi Anggota, Imam Rozikin, menyampaikan rasa syukur dan bangga atas nilai-nilai luhur Pancasila yang telah memperkokoh persatuan bagi bangsa Indonesia yang beragam suku, agama, ras dan berbagai golonganhidup rukun berdampingan juga bergotong royong.
 
“Sebagai alumni Lemhanas RI (Lembaga Ketahanan Nasional), kami memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga, melestarikan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Kita patut bangga dengan Pancasila yang mampu mempersatukan bangsa Indonesia dengan segala keragamannya,” ujar Rozikin.
 
Lebih lanjut, Rozikin menjelaskan bahwa IKABNAS terus aktif dalam menyosialisasikan nilai-nilai Pancasila, di antaranya melalui pengamalan atau mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila di kegiatan organisasi maupun pengejawantahannya di komunitas profesi masing-masing anggota di tengah masyarakat.
 
Imam Rozikin yang juga tengah menempuh pendidikan doktoral di salah satu universitas ternama di Jakarta menyebut, dirinya terdorong untuk memperkuat nilai-nilai Pancasila, salah satunya dengan mengambil topik penelitian disertasi tentang toleransi.
 
“Disertasi saya berfokus pada upaya memperkuat narasipemeliharaan kerukunan beragama dalam bingkai ke-bhinneka-tunggal-ika-an yang menjadi kebanggaan bangsa ini di mata dunia,” jelas Rozikin.
 
Lebih lanjut, Rozikin menyebut bahwa dirinya menggunakan teori Narrative Policy Framework dalam mengurai persoalan-persoalan yang dianggap menjadi pokok narasi intoleransi di masyarakat.
 
“Saya menemukan bahwa narasi intoleransi sebetulnya dipicu dari isu-isu yang sangat spesifik. Namun akibat kurangnya counternarrative yang dilakukan, maka narasi itu berkembang dan menjadi sebuah cerita yang diafirmasi oleh mayoritas dan berbuah pada ekspresi-ekspresi intoleransi,” jelasnya. 
 
Dari penelitian itu, Rozikin menilai bahwa gejala-gejala intoleransi sebetulnya bisa untuk dikikis melalui penyelarasan pemahaman mengenai toleransi. Sehingga, ia menawarkan Bottom-Up Narrative Strategy Approach yang menekankan pada penyusunan strategi mengikis intoleransi melalui komunikasi dengan komunitas masyarakat di level yang paling dasar, misalnya level RT atau Lingkungan.
 
“Sebagai muara dari komunikasi di level komunitas yang paling spesifik, saya menawarkan formulasi definisi alternatif atas toleransi yakni cara pandang atau sikap menjalankan hak asasi pribadi/kelompok dengan tetap bertindak menenggang atas hak asasi pribadi/kelompok lain,” katanya. 
 
Rozikin menambahkan, perumusan definisi alternatif tersebut menjadikan konsep toleransi menjadi lebih spesifik tidak hanya sebagai sikap dan perilaku, melainkan dalam arti yang lebih luas dan selaras antara pokok pemikiran dan dalam manifestasi perbuatan. Selain itu, definisi tersebut menjadi penegasan atas definisi “moderasi beragama” sebagai upaya mengejawantahkan esensi beragama yang bersifat moderat. Selanjutnya, dalam definisi tersebut muncul penegasan pentingnya pengakuan, perhatian, dan penghormatan terhadap hak asasi orang lain. Definisi tersebut dinilai relevan dalam rangka mendukung (driving value) upaya menciptakan narasi kerukunan umat beragama sebagai muara konsensus kebangsaan.
 
Rozikin dalam kesimpulannya juga menekankan pentingnya kolaborasi antar lembaga dalam upaya menanamkan sertamenumbuhkan semangat makna toleransi yang merupakan salah satu dari  ribuan butir nilai-nilai Pancasila.
 
“Dalam konteks kolaborasi, IKABNAS terbuka untuk menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, seperti pemerintah, organisasi masyarakat sipil termasuk pengelola media masa, dan akademisi, untuk bersatu padu mensosialisasikan nilai-nilai toleransi dariPancasila sebagai ideologi negara, dasar negara dan pandanganhidup bangsa yang patut kita syukuri, sebab merupakan anugerahdari Tuhan Yang Maha Esa bagi bangsa Indonesia,” kata Rozikin.
 
Sebagai penutup, Imam Rozikin mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk bersama-sama berkontribusi positifmenyongsong Indonesia Emas 2045 dengan semangat bertoleransi dalam koridor Pancasila.
 
“Mari kita jadikan Hari Lahir Pancasila ini sebagai momentum untuk memperkuat komitmen kita sebagai putra putri Pancasilais dengan berpegang pada makna toleransi yang mendalam. Bersama-sama, kita wujudkan Indonesia Emas 2045 yang sejahtera dalam berkeadilan dan bermartabat,” seru Rozikin.
 
Tentang IKABNAS
Ikatan Keluarga Alumni Kebangsaan Lemhannas (IKABNAS) adalah organisasi yang beranggotakan alumni peserta Pendidikan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI. Jumlah anggotasaat ini (2024) lebih dari 21.000 orang dari berbagai latarbelakang profesi baik sipil maupun militer/polisi, swasta maupunpemerintah. IKABNAS memiliki komitmen untuk menjaga dan melestarikan empat consensus kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, serta berperan aktif dalam mendukung pembangunan bangsa dan negara. (Pari) 

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
Redaksi Author