Ronda, Kearifan Lokal Syarat Makna
JABARONLINE.COM – Di masa saat ini, Ronda mungkin satu kata aneh yang kuno. Padahal, ronda merupakan sistem pertahanan masyarakat yang sudah ada sejak dulu. Bangunan kotak dari Bambu beratapkan genteng beralaskan anyaman bambu dan menggantung kentongan sebagai alat pengusir kesunyian malam sebagai sistem peringatan dini.
Ronda sangat akrab dengan suasana di kampung maupun desa. Sejak pandemi covid-19 dan sejak ada kebijakan tahanan dibebaskan, kami warga Kp. Cimande Sasak Rt 03/03 Desa Lemahduhur mengetatkan penjagaan wilayah. Ronda atau sering disebut “Ngaronda” membangkitkan memori kenangan masa lalu. Pergi ke pos ronda di malam hari dengan sarung melilit di badan yang identik dengan bapak-bapak, sambil menikmati secangkir kopi panas. Kami saling bercerita dimulai dari masalah Negara, sampai curhat masalah rumah tangga. Tak lupa kami berkeliling sambil membunyikan kentongan memecah kesunyian malam, bukan untuk mencari maling tapi untuk saling melindungi.
Ronda setidaknya dapat membantu kita, untuk peduli terhadap keamanan lingkungan. Ronda juga dapat menumbuhkan rasa sosial dan kekeluargaan. Dengan berkumpul, ngobrol, dan bercanda bersama di pos ronda, tentunya akan menumbuhkan rasa kekeluargaan yang erat sesama penghuni kampung. Ada kegiatan wajib di tengah-tengah kegiatan ronda yaitu masak nasi liwet yang ditemani tumis ikan asin plus sepi (jengkol yang sudah tua), lalap dan sambal. Makanan sederhana yang syarat makna. Makannya beralaskan daun pisang, dan kami pun lahap menyantapnya diselingi canda tawa dan saling berebut makanan.
Kegiatan ini bisa dijadikan obat stress di tengah kesibukan dengan rutinitas kerja yang padat, sehingga bagi sebagian orang, ronda ini sangat dirindukan.
Tidak mengenal usia, dari muda hingga tua semua boleh berkumpul di pos ronda. Semakin banyak orang yang ronda, tentunya akan membantu untuk mengamankan kondisi kampungnya sendiri. Ronda juga dapat mencegah pencurian, pergaulan bebas, dan hal negatif lainnya. Karena orang yang ronda akan rutin mengelilingi kampung. Semoga tradisi ronda ini tidak hanya terjadi di masyarakat pedesaan, mengingat fungsinya yang sangat bermanfaat.
Ayo, kita jaga tradisi “Ngaronda” sebagai kearifan lokal untuk menjaga keamanan masyarakat yang syarat makna.
Penulis : Lufty Hari Susanto