Sejak Prakemerdekaan dan Pasca Kemerdekaan Organisasi Pelajar Jadi Wadah Pencerah Peradaban
JABARONLINE.COM – “Jika bukan karena ulama, maka aku tidak akan mengenal nabi. Jika bukan karena guru maka aku tidak akan mengenal Tuhanku. Dan jika tanpa murid atau pelajar maka tidak akan ada penerus ilmu dari Sang Guru dan ulama.
Rangkaian ungkapan pepatah mutiara di atas menjelaskan tentang pentingnya seorang yang tetap belajar. Dengan lahirnya organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama yang telah berusia 67 tahun tetap diharapkan menjadi wadah bagi para penerus ulama untuk membumikan/ memasyarakatkan berbagai ilmu pengetahuan dunia dan ahirat.
Melihat dari catatan sejarah Para ulama nusantara dahulu melakukan program mengkombinasikan media pembelajaran ataupun metode pembelajaran. Bahkan dahulu Kyai Hasyim Asy’ari sempat memasang media cetak koran untuk menjadi tambahan ilmu pengetahuan kepada para santri-santrinya. Padahal hal itu tidak dilakukan oleh para pendiri Pesantren sebelumnya. Terobosan tersebut untuk memfasilitasi mendorong para santri untuk menerima ilmu pengetahuan yang lebih banyak yang sifatnya ilmu pengetahuan tentang dunia hingga akhiratnya.
Baca Juga : Presiden Joko Widodo Tinjau Langsung Tanggul Sungai Citarum
AdvertisementKonten berbayar di bawah ini adalah iklan platform MGID. JABARONLINE.COM tidak terkait dengan pembuatan konten ini.Scroll To Continue with Content
Lahirnya organisasi pelajar IPNU yang telah berusia 67 tahun menjadi bukti masih diminatinya organisasi pelajar tersebut untuk menjadi jalan para pencinta pencari atau bahkan mereka yang haus ilmu dalam setiap nafas hidupnya untuk menemukan mempelajari tentang ilmu dunia dan ilmu akhirat. Organiasai bagaikan sumber mata air atau Oasis di tengah gersangnya peradaban.
Sejak dulu hakikat fitrah manusia bercita-cita membangun masyarakat yang Madani, masyarakat yang sejahtera, damai dan Harmoni. Dahulu masyarakat yang seperti itu bisa dibangun melalui bangunan awal terbentuknya masyarakat yang cinta pada ilmu pengetahuan. Karena pada dasarnya harkat manusia itu menjadi berkualitas tinggi, karena didorong oleh ilmu pengetahuan. Bahkan organisasi kaum terpelajar terbukti berperan sejak dulu menjadi pelopor mencapai cita-cita berbangsa yaitu kemerdekaan.
Dari catatan sejarah mereka orang-orang yang berilmu dapat sejahtera hidupnya dengan kesederhanaan atau bahkan dapat dermawan disaat kaya berlimpah hartanya. Sehingga keberkahan hadir dalam hidupnya.
Kondisi semangat para pencari ilmu dahulu perlu ditiru. Mereka berkunjung dari satu negara ke negara lain dengan keterbatasan transportasi membuat mereka bersungguh-sungguh dalam pencarian ilmunya. Beda dengan sekarang banyaknya ilmu yang bertebaran dimana-mana, namun kesungguh-sungguhan belajar tidak seperti dahulu. Padahal ilmu yang diperoleh dari belajar dapat membuat Manusia itu memiliki keahlian baru yang membuat mereka lebih berkualitas dan mulia dalam hidupnya. Mereka mampu menjadi manusia yang bermartabat bisa saling menghormati, membantu, mensukseskan hingga ihklas menyayangi.
Pada dasarnya ilmu yang di miliki oleh manusia menjadi pembeda dengan makhluk-makhluk yang lainnya. Maka perkembangan ilmu dan peradaban idealnya harus sejalan. Karena pada dasarnya ilmu itu menjadi imam bagi sebuah peradaban. Dahulu pernah terbentuk peradaban yang sejahtera dibangun oleh orang-orang yang menguatkan landaskan ilmu pengetahuan. Bukankah Allah menjanjikan bahwa bagi mereka pencari ilmu itu surga ketika mereka mencari ilmu.
“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga” (HR. Muslim).
Hadis itu bisa menjadi penjelas motivasi tentang kebaikan-kebaikan yang diperoleh dari mencari ilm. Sehingga perjalanan hidup manusia seolah-olah terasa menuju surga dengan ilmu yang dimilikinya Allah permudahkan bimbing setiap langkahnya melalui ilmunya. Kehidupan yang seperti itu ditempuh oleh Nabi, para sahabat, Tabi’in, ulama dan orang sholeh. Mereka tetap seolah-olah ada menjadi teladan ditengah masyarakat menjadi penerang, walaupun jasanya sudah di dalam bumi, tapi ilmunya tetap harum diatas bumi.
Penulis: Dwi Arifin ( Jurnalis Media Cetak & Online)