Siswa SD di Indramayu Diduga Menjadi Korban Bullying Dipaksa Makan Pasir Hingga Alami Trauma, Tak Mau Masuk Sekolah!

Siswa SD di Indramayu Diduga Menjadi Korban Bullying Dipaksa Makan Pasir Hingga Alami Trauma, Tak Mau Masuk Sekolah!

Smallest Font
Largest Font

JABARONLINE.COM -  Siswa kelas 5 sebuah SD Negeri di Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, dikabarkan mengalami trauma berat. Ia mengaku shock setelah menjadi korban perundungan, salah satunya dipaksa makan pasir. Pelakunya diduga kakak kelas yang duduk di bangku kelas 9 SMP Negeri di kecamatan yang sama. 

Kakek S, T (50 tahun), memaparkan kepada wartawan bahwa cucunya sampai saat ini tak mau bersekolah lantaran trauma.Kondisi itu membuat kakek dan orang tua S khawatir. Mereka bahkan mencoba membawa S ke rumah salah atau kiyai di sebuah pesantren guna mengobati trauma. 

Advertisement
Scroll To Continue with Content

"Kalau siang normal, seperti anak lainnya, ia masih bermain bersama teman teman sebayanya Tetapi kalau malam, ia tidur mengigau sembari berteriak-teriak menyebut nama diduga pelaku. Makanya ia tak mau sekolah," ungkap T kepada wartawan, Selasa, 20 Agustus 2024.

Sementara itu, Kepala Bidang Pembinaan SMP, Eti Herawati, membenarkan adanya kasus dugaan perundungan tersebut. Pihaknya bersama aparat kecamatan dan desa setempat pun telah berkunjung menemui korban dan terduga pelaku. 

Advertisement
Konten berbayar di bawah ini adalah iklan platform MGID. JABARONLINE.COM tidak terkait dengan pembuatan konten ini.
Scroll To Continue with Content

"Kami lakukan mediasi, kami berkunjung ke rumah untuk mendengar cerita sebenarnya. Ternyata (dugaan perundungan) itu terjadi di luar jam sekolah. Kami upayakan mediasi agar tidak berkepanjangan. Dan yang terpenting bagi kami, pemulihan mental keduanya, baik korban maupun terduga pelaku," tutur Eti kepada wartawan. 

Diberitakan sebelumnya, siswa berinisial S duduk di kelas 5 SDN, dikabarkan menjadi korban perundungan. Pelakunya diduga siswa kelas 9 sebuah SMPN di kecamatan yang sama. 

Kakek korban, T, menyebut peristiwa perundungan yang menimpa cucunya telah sering terjadi. Puncaknya, kata dia, saat cucunya bermain sepak bola bersama kawan-kawan termasuk pelaku. 

Posisi korban sebagai penjaga gawang rupanya membuat pelaku geram. Pasalnya, penampilan korban cukup baik, tidak ada satupun tendangan pelaku berhasil menjebol gawang korban. Usai bertanding, pelaku menghampiri korban lalu melakukan perundungan. 

"Cucu saya diinjak dan ditendang serta dipukul sampai mengalami luka memar. Hal itu dilakukan karena pelaku kesal tidak bisa mencetak gol. Perundungan ini bukan yang pertama menimpa cucu saya, pelakunya sama," ungkap T diamini nenek korban kepada media.

Tak hanya dianiaya, korban juga bahkan pernah dipaksa memakan pasir. Saat itu, cerita korban kepada T, korban sedang menikmati makanan. Tiba-tiba datang pelaku menaburkan pasir pada makanan lalu memaksa korban memakannya. 

Atas hal itu, keluarga melaporkan peristiwa tersebut kepada pihak terkait. Diperoleh informasi, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Indramayu bahkan turun tangan untuk menyelesaikan kasus tersebut. 
Sayangnya sampai saat ini, belum ada kejelasan penyelesaiannya. 

"Kami hanya minta keadilan atas apa yang dialami oleh cucu kami. Cucu kami itu broken home, orang tuanya bercerai, makanya tinggal sama kami sebagai kakek dan nenek," imbuh T.

Sementara itu kepala Dinas Pendidikan Indramayu H. Caridin saat dikonfirmasi lewat pesan WhatsApp terkait dugaan Buyyling, dia tidak memberikan keterangan apa pun. 

Sama halnya kabid SD, Untung, saat dikonfirmasi lewat pesan WhatsApp seolah tak menggubris dengan adanya persoalan dugaan Buyyling tersebut.***

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
Redaksi Author
Daisy Floren
Daisy Floren
Junedi Penulis