Solusi BARATA Menyikapi Aspek-Aspek yang Berpengaruh pada Seni Budaya Sunda
JABARONLINE.COM | BANDUNG – Sejalan perkembangan zaman dengan laju modernisasi teknologi serba cepat, taktis, dinamis hingga revolusi digital IT 4.0 harus ada upaya untuk mempertahankan seni budaya Sunda supaya tetap eksis.
Idiom kita “ikuti zamanmu, jangan tinggalkan budayamu” artinya kita harus ikuti zaman dengan segala modernisasinya, gadgetnya, digitalnya, kreativitasnya atau semua hal lainnya, kemudian semua hal tersebut kita sinergikan dengan budaya kita sehingga modernisasi itu tetap terikat dengan JATIDIRI kita.
Saat ditemui disela rapat kerja bersama anggota DPRD Kota Bandung perihal mengangkat seni budaya Sunda, Sigit Iskandar memaparkan ulasan pembahasan pada reporter. Tentang bahasan dalam rapat kerja sangat sambung sinambung dengan area wilayah kerja Sigit Iskandar sebagai Kabid Kesenian dan Budaya Sunda Disbudpar Kota Bandung. Kamis (16/1/2020)
Sigit faham betul atas aspek-aspek lain yang menjadi kendala yang memengaruhi minat pada seni budaya Sunda lainnya yaitu kebijakan, karakter warga dan keadaan kotanya.
“Hal tersebut diatas sebetulnya bisa diantisipasi dengan program BARATA alias Bandung Karasa Nyata, dimana mengangkat potensi kearifan lokal menyangkut seni budaya Sunda untuk dikembangkan secara profesional dan proporsional” paparan Sigit.
Tambah Sigit, hasil akan terasa nyata bagi warga Kota Bandung, turis lokal ataupun mancanegara.
“Agar ada hasilnya dirasakan nyata oleh warga kota Bandung, turis lokal hingga mancanegara merasakan apa yang disuguhkan hingga melekat dalam ingatannya bahkan tergugah untuk kembali lagi alias ‘terkesan’ dengan kesenian budaya Sunda yang disajikan” tambah Sigit.
Seni Budaya Sunda juga harus mampu beradaptasi dan berkolaborasi dengan perkembangan teknologi zaman, karakter warga dan keadaan kota. Sekarang sudah masa revolusi teknologi IT 4.0, mau tidak mau Seni Budaya Sunda harus dipadukan dan dikolaborasikan hingga menghasilkan sentuhan kontenporer dalam drama, tari, pahat, patung, lukis dan operet, ada musik karinding, musik etnik hingga alternatif angklung.
Karakter warga yang relatif plural maka dibutuhkan sajian yang berbeda, tidak monoton, banyak pilihan alternatif dan tidak membosankan.
Dari aspek keadaan kota Bandung yang hampir kegiatan berjalan 24 jam maka dibutuhkan kontribusi bagi hotel, cafe, diskotik, swalayan hingga tempat hiburan dan keramaian yang lainnya menyajikan seni budaya Sunda.
Aspek kebijakan atas kebiasaan adab dan adat istiadat, Perda dan aturan hukum yang saling bersesuaian dan mendukung.
“Tentunya semua hal diatas tetap menonjolkan seni budaya Sunda itu sendiri yang khas, unik, kemasan menarik dan mempunyai nilai kompetitif” imbuh Sigit.
Sigit mengajak untuk saling mendukung, bahu – membahu melestarikan Seni Budaya Sunda.
“Dukungan semua pihak dari pelaku seni, seniman, budayawan, padepokan, sanggar, paguyuban, para pelaku pembuat kebijakan, pemerintah daerah dan semua unsur elemen masyarakat, mari kita bahu membahu menjaga, merawat dan melestarikan seni budaya Sunda dimulai dari diri kita, lingkungan hingga mancanegara” ajak Sigit.
“Kalau bukan kita, siapa lagi yang mau peduli” pungkasnya.
Redaktur: Fajrin – B2
Reporter: Iwan Rohman – 09