Ustadz Ruslan Ajak Da’i Berdakwah Menuju Alloh & Rosul-Nya
Kajian rutin malam sabtu yang diselenggarakan di masjid Syubbaanul Uluum SMAN 1 Margaasih Kabupaten Bandung bersama Ustadz Ruslan Gunawan Hafidzahullah membahas tentang dakwah.
Saat mengawali ceramahnya ustadz Ruslan membacakan surat An-Nahl 125.
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dalam ayat tersebut merupakan penjelasan tentang dakwah. Biar lebih jelas mari kita pahami. Orang yang berdakwah itu Da’i, pekerjaannya dakwah dan yang diajaknya itu Mad’u. Dakwah adalah perintah Alloh yang tidak bisa dipisahkan dari agama. Karena dakwahlah agama islam tersebar.
Pada jaman sekarang, ada yang lucu dan menyedihkan, kalau ada Da’i yang berdakwah mereka menyampaikan sesuatu yang Alloh SWT tidak ridho atau cara dakwahnya tidak seperti yang dicontohkan Rosululloh dan para sahabat-Nya. Maka perlu kita ketahui sebagai generasi penerus dakwah tentang dakwah yang benar.
Dakwah pada dasarnya mengajak umat manusia kepada fisabilillah, bukan kepada golongan, ormas atau kepada dirinya. Seperti da’i yang sibuk menjelaskan dirinya saat berdakwah, bukan menjelaskan Qolallah wa qola Rosul (Allah berfirman dan Rosul bersabda).
Muhammad Bin Sholih menjelaskan bahwa dakwah ialah mengajak pada yang dibawa Nabi Muhammad S.A.W, menyampaikan apa yang mendekatkan ke Surga dan menjauhkan dari Neraka. Dengan kabar gembira dan peringatan, menyampaikan tentang balasan dan isi surga, lalu siksa di neraka.
Dalam proses dakwah, da’i harus memiliki ilmu yang berbuah menjadi amal. kalau saat dakwah ada yang menegur, dia ahli ilmu, jadikan itu sebagai nasihat. Kalau yang menegurnya ahli nafsu, abaikan saja.
Ustadz Ruslanpun mengingatkan agar sebagai da’i harus jujur menjawab dengan Wallahu a’lam bish-shawabi yang artinya “Dan Allah Mahatahu yang benar/yang sebenarnya”. Kalau ada pertanyaan namun belum memiliki ilmu untuk menjawab. Karena sikap seperti itu dicontohkan oleh para ahli ilmu terdahulu.
Dakwah juga harus tepat, dan interaktif tentang apa yang diketahui mad’u terlebih dahulu. Hal ini akan menjadi formula dan penyejuk saat dakwah. Jangan sampai mad’u ditakut-takuti diawal, tapi tumbuhkan cara pandang yang sama agar muncul kesadaran diri bahwa yang diperbuatnya salah atau dosa. Misalnya saat menjelasakan tentang bahaya dan dosa riba, jangan langsung ke dosa dan siksanya. Tapi awali dengan penjelasan tentang menjaga harta, sumber mencari harta, harta yang dilarang hingga menggunakan harta menurut islam. Dakwah yang utuh seperti ini cenderung lebih diterima mad’u.
Dan ustadz Ruslan membacakan ayat selanjutnya tentang dakwah.
“Katakanlah: ‘Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (mu) kepada Allah diatas bashirah (hujjah yang nyata), Mahasuci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Yusuf: 108)
Diahir ceramahnya Ustadz Ruslan, berdo’a untuk para da’i. “saya do’akan, semoga kalian menjadi jalan hidayah dengan sebaik-baik perkataan dakwah”