Ustadz Ruslan Bahas Hubungan Antara Aqiqah Dengan Anak Yang Sholeh
KAB. BANDUNG | JABARONLINE.COM – Dalam syariat Islam, kelahiran seorang anak biasanya disempurnakan dengan acara aqiqahan. Acara itu dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkapkan kebahagian dan memanjatkan syukur kepada Allah SWT. Ibadah aqiqah biasanya dilakukan dengan prosesi penyembelihan hewan ternak seperti kambing, lalu dibagi-bagikan kepada keluarga dan tetangga.
Secara bahasa, aqiqah memiliki arti “memotong”. Sedangkan menurut istilah, aqiqah adalah proses kegiatan menyembelih hewan ternak pada hari ke tujuh setelah bayi dilahirkan. Aqiqah biasanya dilakukan pada hari ke-7, ke-14, atau ke-21, setelah kelahiran seorang anak. Bagi anak laki-laki, untuk melaksanakan aqiqah dianjurkan memotong dua ekor kambing dan untuk anak perempuan satu ekor kambing saja.
Ustadz Ruslan Gunawan, S.Ag., dalam ceramahnya saat rangkain ibadah aqiqah yang diselenggarakan keluarga Randi Mely sebagai bentuk syukur karena dikarunia kedua putri kembar. “Ibadah Aqiqah merupakan sunah Nabi Muhammad, menurut hadist riwayat Ahmad yang berbunyi “Anak-anak itu tergadai (tertahan) dengan aqiqahnya, disembelih hewan untuknya pada hari ketujuh, dicukur kepalanya dan diberi nama.” (HR Ahmad),
Dengan berpatokan pada hadist di atas, para ulama menafsirkan bahwasanya seorang anak tidak dapat memberi syafaat di Akhirat pada orangtuanya apabila ia belum diaqiqah. Maka ulama Imam Ahmad menganjurkan agar keluarga yang dikarunia anak. Jika tidak memiliki uang untuk membeli hewan sembelihannya, maka dianjurkan untuk berhutang.
Ustadz Ruslan pada pertengahan ceramahnya mengungkapkan banyak kesalahan dan penyimpangan keluarga saat kehamilan. Misalnya proses melahirkan caesar, padahal itu tidak dicontohkan oleh keluarga orang sholeh jaman dulu. Maka sudah semestinya upayakan lahiran itu prosesnya normal.
Ada cerita yang menarik, saat seorang dokter memvonis kondis bayi dalam kandungan. Bahwa janinnya tidak wajar, posisi kepalanya diatas dan terlilit tali usus. Namun dengan berdoa semuanya berubah. Maka kita harus yakin bahwa semuanya proses kelahiran itu ada kehendak Alloh, seperti dijelaskan oleh Al-quran surat An-Nahl Ayat 78.
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur”
Ustadz Ruslan kemudian menjelaskan saat proses aqiqah ada pemberian nama, do’a dan pemotongan rambut lalu ditimbang, hasil timbangannya disebandingkan dengan harga perak untuk disodakohkan.
Saat proses membimbing anak dari balita hingga dewasa dengan harapan kelak menjadi anak sholehah. Perlu dipegang teguh QS. An-Nisa’ Ayat 9 yang mengingatkan kita agar keluarga memiliki panduan agama. “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya.
Dalam ayat tersebut, mengarahkan kita agar anak-anak itu tumbuh dalam bimbingan kuat dalam sepiritual kedekatan kepada Alloh, kuat dalam ekonomi, ilmu dan akal. Sehingga kelak mereka saat ditinggalkan orang tuanya, tetap menjadi anak-anak sholeh dan di Akhirat diharapkan memberi syafaat pada orang tuanya.
Ustadz Randi Falaq ,S.Pd., saat acara tersebut mengungkapkan pada malam ini dengan adanya kajian dari guru kita. Saya, keluarga dan santri yang hadir dapat mengambil faidahnya dan melihat langsung contoh-contoh sunah nabi, saat hamba-Nya dikarunia anak. Kegiatan ibadah ini merupakan bentuk mensykuri kenikmatan yang diberikan dengan meningkatkan ketaatan. Saya meyakini bahwa keluarga yang kokoh dan bahagia, bukan berdiri diatas golongan, harta, tahta, wajah yang cantik dan hal lain yang bersifat duniawi. Tapi keluarga yang akan dibangun harus berdiri tegak bersama mengikuti sunah Nabi, ungkapnya.
Reporter : Dwi Arifin