Ustadz Ruslan Hafidzahullah: “Ilmu & Dua Timbangan Diterimanya Amal”
Reporter: Dwi Arifin S.Pd
Jabaronline (Bandung)-,Dalam rangka memperkuat keimanan mewujudkan ketakwaan. Majelis Taklim Syubbanul Uluum istiqomah menyelenggarakan kajian. Diantaranya yang berlangsung setiap malam kamis di Masjid Syubbanul Uluum Mekar Rahayu, Margaasih. Hadir sebagai penyampai ilmu Ustadz Ruslan Gunawan hafidzahullah.
Dalam kesempatan tersebut Ustadz Ruslan membahas tentang tholabul ilmu sebagai amalan hati dan dua timbangan amal. Dalam awal isi dakwahnya Ustad Ruslan menyampaikan “memiliki kesempatan untuk menjadi pencari ilmu merupakan sesuatu yang perlu disyukuri. Perjalanan panjang mencari ilmu merupakan kemuliaan. Berkata Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu kepada Kumail; “Manusia ada tiga (golongan) alim rabbani (ulama yang takut kepada Alloh), penuntut ilmu yang berada di atas jalan keselamatan, dan orang bodoh (tidak menempuh jalan para pencari ilmu).
Pada dasarnya manusia memiliki dua sifat, ada rakus terhadap ilmu, merasa terus kekurangan ilmu untuk hidupnya dan merasa terus kekurangan dalam hartanya. Semangat yang pasang surut dari pencari ilmu, bukan sifat pencari ilmu sejati.
Ustadz Ruslan mengingatkan saat proses pencarian ilmu tidak membuahkan pembersihan hati atau perbaikan ahlak. Maka perlu dievaluasi. Karena ilmu bukan sebuah hafalan, tapi sebuah pemahaman yang menjadi amal. Dan ilmu tidak akan menetap ke orang yang meliliki sifat tercela, sombong, banyak tertawa, senang membicarakan kejelekan orang lain atau membicarakan sesuatu yang tidak jelas.
Ustadz Ruslan juga menyampaikan tentang ayat yang berisi orang yang memiliki hati tapi tidak mau mencari ilmu. “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka Itulah orang-orang yang lalai.” [QS: Al A’raf: 179]
Selanjutnya Ustadz Ruslan mengajak merenung para pencari ilmun yang ada dihadapannya tentang proses panjang mencari ilmu. Sudahkah ilmu yang kita peroleh menjadikan kita paham agama dan bagus ahlaknya?… Bagai mana sikap kita saat melihat orang lain mendapatkan kenikmatan atau musibah?…
Dan Ustadz Ruslan juga menayakan tentang sejauh mana pencari ilmu mengenal Rosul-Nya. Sejauh mana kita mengenal Rosul, putra-putri rosul hingga cucu-cunya dan istri-istrinya. Mengenal keluarga rosul merupakan bagian dari ilmu yang menjadi amal sholeh. Kalau kita mengenal tokoh-tokoh lain belum tentu jadi amal sholeh. Kita bersyalawat kepada Nabi setiap hari, sejauh mana kita mengenal nabi?…
Kedepannya kajian ini dirubah konsepnya, akan ada pertanyaan-pertanyaan dalam isi kajian hingga tanya jawab. Dari pertanyaan yang mampu terjawab akan menjadi penilaian sejauh mana keseriusan mencari ilmu.
Setelah menjelaskan tentang proses mencari ilmu, Ustadz Ruslan membahas tentang 2 timbangan untuk keselamatan dan diterimanya amal. Dua hadist yang disampaikan yaitu:
“Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya” (HR.Muslim).
“Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka tertolak”. (H.R Muslim)
Dengan kedua hadist tersebut bisa menjadi timbangan dalam niat dan amal. Misalnya niat yang terhindar dari sifat ria dan sombong. Terus amalan yang kita perbuat sesuai atau tidak dengan yang diajarkan nabi dan diteladani para sabahat.
Ustadz Ruslan menganalogikan seperti orang yang jualan beras dengan menimbangnya atau yang menjual kain dengan meteran mengukurnya. Kedua hadist tadi menjadi timbangan untuk jual beli amal kepada Alloh?
Pada ahir-ahir dakwahnyan ustadz Ruslan menyampaikan harapannya. Semoga semakin kita dapat pemahaman agama semakin kita dekat dengan Alloh. Barang kali dengan ilmu yang diperoleh kedepannya memunculkan halaqoh kajian jika saya sudah tidak ada. Maka menjadilah pencari ilmu yang semakin berkualitas