SUKABUMI - Di pesisir Sukabumi yang indah, di mana ombak berdebur dan angin laut bertiup kencang, sebuah kisah keteguhan terukir. Kisah seorang nelayan bernama Entis Sutisna, yang berasal dari Kampung Loji, Kecamatan Simpenan, menjadi potret perjuangan di tengah badai paceklik yang menerjang.
Saat banyak nelayan lain memilih untuk beristirahat karena hasil tangkapan yang minim, Entis tetap melaut. Ia tak gentar meski seringkali harus menanggung kerugian. Terkadang, hasil penjualan ikan bahkan tak cukup untuk membeli bahan bakar solar, atau hanya sekadar mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Namun, semangatnya tak pernah padam. Di matanya, laut bukan hanya sumber penghidupan, tetapi juga ladang harapan dan keberkahan.
"Lebih sering nombok, tapi tetap jalan. Sudah balik modal juga Alhamdulillah," ucap Entis dengan senyum penuh syukur.
Entis bukan hanya sekadar bertahan hidup. Ia adalah representasi dari semangat Sukabumi Mubarokah, sebuah filosofi yang meyakini bahwa berkah bukan hanya tentang keuntungan materi, tetapi juga tentang keteguhan hati, kerja keras yang tak kenal lelah, dan harapan yang tak pernah pudar.
Di tengah gelombang dan terpaan angin laut, Entis membawa bersamanya nilai-nilai luhur Sukabumi: semangat untuk maju, keunggulan dalam setiap usaha, pelestarian budaya, dan keyakinan akan keberkahan.
.png)
.png)
.png)
