Optimis Merenungi Krisis

Optimis Merenungi Krisis

Smallest Font
Largest Font

Jabaronline.com – Ada kisah menarik. Kisah Semut yang dijatah makan oleh manusia dengan porsi 3 hari. Semut itu pun dikurung. Namun semut itu tidak menghabiskan makanannya dalam waktu 3 hari dan masih tersisa banyak. Tiba tiba manusia yang sempat mengurungnya dan memberi makannya lupa memberi makanan padahal sudah 3 hari, seharusnya dia memberi makan semut yang dikurungnya.

Dia pun kaget ketika makanannya masih banyak. Saat ditanya kenapa makanannya tidak dihabiskan. Semut menjawab: “saya tidak menghabiskan makanan ini. Karena manusia itu sering lupa. Sedangkan Tuhanku tidak pernah lupa memberi rizkiku saat aku tidak dikurung seperti ini.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Lalu ada intisari kisah wabah yang diprediksi menyerang 10 orang. Namun yang meninggal ada 15 orang . Ternyata setelah ditelusuri 5 orang ini meninggal karena rasa ketakutan, putus asa dan stres saat terbayang wabah bukan karena terkena wabah tersebut.

Dan selanjutnya yang terakhir ini. Kisah meninggalnya sahabat yang rela berkorban untuk orang lain. Karena dia merelakan orang lain mendahului atau memberikan kesempatan orang lain untuk minum disaat di padang pasir dengan perjalanan yang jauh yang penuh kehausan. Sahabat ini merelakan sahabat lain untuk minum terlebih dahulu dan akhirnya sahabat yang memberi minum tersebut justru meninggal. Karena terlalu kehalusannya.

Advertisement
Konten berbayar di bawah ini adalah iklan platform MGID. JABARONLINE.COM tidak terkait dengan pembuatan konten ini.
Scroll To Continue with Content

Dari kisah-kisah diatas, kita bisa mengambil hikmah pentingnya menumbuhkan rasa optimis saat mengalami sebuah krisis. Rasa optimis itu muncul ketika kita berprasangka baik dalam setiap keadaan seperti orang yang menulis syair katanya:
Hujan gerimis membuat suasana romantis.
Hujan lebat menyuburkan pegunungan.
Terik matahari kemarau mencerahkan bumi.

Namun disisi lain ada yang bersyair berkata:
Hujan gerimis pertanda alam menangis
Hujan lebat membuat banjir dasyat
Cerah dan panasnya matahari akan hancurnya bumi.

Lalu ada juga yang berpikir bawa hujan membuat kita akan sakit. Namun ada yang berpikir hujan akan membersihkan hingga menyehatkan tubuh ini.

Kedua cara pandang tersebut menjadi penting. Ketika kita melakukan sesuatu itu dengan dasar sebuah keoptimisan. Sikap optimis tidak berdiri begitu saja, perlu ada latihan, perlu ada dasar ilmu yang mendasarinya. Sebab ilmu itu akan membuat suasana manusia menjadi terasa lebih baru dan dengan ilmu itu hilangnya rasa ragu.

Optimis disaat krisis seolah-olah bagaikan obat dan penawar sakitnya. Optimis bisa diartikan memiliki cara pandang yang panjang tentang adanya sebuah kebaikan setelah keburukan. Tentang selalu adanya berjuta nikmat yang dirasakan disaat hanya satu atau dua sakit yang dirasakan.

Optimis juga bisa diartikan cahaya dalam sebuah kegelapan. Ketika optimisnya hilang, maka hanya kegelapanlah yang akan datang.

Penulis : Dwi Arifin/Jurnalis media cetak & online, Duta Baca Dispusipda Jabar.

Editors Team
Daisy Floren