Pengasuhan Positif, Solusi Untuk Mencegah Kekerasan Pada Perempuan dan Anak

Pengasuhan Positif, Solusi Untuk Mencegah Kekerasan Pada Perempuan dan Anak

Smallest Font
Largest Font

JABARONLINE.COM -Indonesia belum menjadi negara yang ramah kepada perempuan dan anak. Menurut data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPA) yang diinput dalam aplikasi SIMPONI bahwa pada bulan januari tahun 2024 terdapat 4.536 kasus kekerasan di Indonesia dimana tempat terjadinya kekerasan paling banyak yaitu di rumah tangga atau di keluarga. Salah satu contoh kasus dari kekerasan yang dialami oleh anak dengan inisial S yang berusia 5 tahun, dimana dia dilecehkan oleh ayah kandungnya sendiri Ketika menginap di rumah ayahnya yang telah bercerai dengan ibu kandungnya. Diperkosa beberapakali dan kejadian di Jakarta timur. Baru-baru ini, kejadian yang mengejutkan terjadi di daerah Ciamis dimana seorang suami membunuh dan memutilasi tubuh istrinya menjadi 5 bagian ketika istrinya mau berangkat pengajian. Potongan tubuh istrinya di tawarkan kepada tetangga-tetangga sekitar tempat tinggalnya.

Dua contoh kasus di atas, menunjukkan semakin kejam kekerasan yang dialami oleh seorang perempuan dan anak. Bahkan yang melakukan kekerasan sendiri adalah orang terdekat. Dimana seharusnya, mereka dilindungi tetapi malah mendapatkan perlakukan yang sangat tidak manusiawi.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Menurut data tahun 2022 tercatat 408 kasus kekerasan pada anak dan perempuan di Sumsel dengan jumlah korbannya mencapai 449 orang. Menurut Kadis PPPA Sumsel Henny Yulianti yang ditulis oleh Abdullah dimuat pada berita online Antaranews tanggal 18 Maret 2024 dari 408 kasus kekerasan pada anak dan perempuan itu, paling banyak terjadi di Palembang yakni 59 kasus dengan kasus terbanyak adalah kekerasan seksual. Sedangkan untuk jumlah korban 449 orang terbanyak dialami oleh anak perempuan dengan jumlah 219 orang, anak laki-laki 73 orang, laki-laki dewasa tiga orang dan perempuan dewasa 154 orang. Tahun 2023 sekitar 300 kasus dengan jumlah korban 376 orang terdiri dari perempuan 111 orang, anak perempuan 202 orang, dan anak laki-laki 63 orang.

Kasus kekerasan yang terus meningkat, sehingga perlunya adanya sebuah solusi agar kasus ini dapat dicegah di masa yang akan datang. Sehingga kasus kekerasan tidak terjadi berulang-ulang, karena bisa saja saat ini menjadi korban di masa depan menjadi pelaku. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya tindak kekerasan terhadap anak, yaitu faktor karakteristik pribadi  anak,  karakteristik  pelaku  kekerasan,  lingkungan  fisik  dan  budaya,  akibat  orang  tua terbiasa  menerima  perlakuan  kekerasan  sejak  dini,  Rantai kekerasan yang dapat berulang itu dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Advertisement
Konten berbayar di bawah ini adalah iklan platform MGID. JABARONLINE.COM tidak terkait dengan pembuatan konten ini.
Scroll To Continue with Content

Sumber: ayahkita.blogspot.com

Maka rantai kekerasan itu harus diputus, dimulai dari pendidikan dalam keluarga. Keluarga adalah tempat pertama anak belajar untuk tumbuh kembangnya. Dimana pengasuhan yang diterapkan oleh orangtua sangat berpengaruh sebagai pondasi anak untuk menghadapi masa depannya. Oleh karena itu, orangtua harus tau pengasuhan yang baik untuk dilakukan kepada anak-anaknya. Salah satu bentu pengasuhan itu ialah pengasuhan positif. Pengasuhan positif bertujuan untuk menunjang pertumbuhan anak menjadi pribadi yang cerdas, mandiri, sehat, berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia. Selain itu, pengasuhan positif merupakan pengasuhan  berdasarkan  kasih sayang, saling menghargai, membangun hubungan yang hangat antara orang tua dan anak, serta menstimulasi  tumbuh   kembang  anak   agar  anak  tumbuh  dan  berkembang  secara  optima.

Pada dasarnya implemetasi pola pengasuhan positif di Indonesia dapat dilakukan melalui berbagai cara yang bisa disesuaikan dengan budaya dan nilai-nilai lokal. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam menerapkan pola pengasuhan positif yaitu:

  1. Penguatan nilai-nilai positif, maksudnya adalah orangtua dapat mengajarkan dan memperkuat nilai-nilai positif seperti gotong royong, berperilaku jujur, dan menghargai sesame. Hal ini dapat diterapkan dengan memberi contoh langsung, melalui cerita atau kegiatan permainan yang mendidik
  2. Komunikasi terbuka, yaitu orangtua perlu membuka saluran komunikasi yang efektif dengan anak. Mendengarkan semua cerita anak dengan penuh perhatian, memberikan masukan yang konstruktif serta mendorong anak untuk berbagi pikiran dan perasaan mereka
  3. Pujian dan penghargaan, memberikan pujian dan penghargaan secara terbuka kepada anak, Ketika mereka melakukan sesuatu yang baik atau mencapai prestasi. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri serta motivasi diri pada anak
  4. Disiplin positif, maksudnya orangtua menggunakan pendekatan disiplin yang memberikan pemahaman kepada anak tentang konseksuensi dari Tindakan yang mereka lakukan. Tidak hanya memberi hukuman semata, nemun memberikan penjelasan yang jelas dan memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar dari kesalahan mereka
  5. Pendekatan kultural, disini orangtua mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan tradisi lokal dalam pendekatan pengasuhan positif. Memahami nilai-nilai lokal dan menggabungkannya dengan prinsip-prinsip pengasuhan positif untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan anak secara holistik
  6. Pendidikan dan pelatihan, orangtua dapat mengikuti berbagai program Pendidikan dan pelatihan mengenai pengasuhan positif untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam mendidik anak secara lebih positif
  7. Kolaborasi dengan pihak terkait, orangtua bisa melibatkan sekolah, komunitas atau organisasi yang peduli terhadap pengasuhan positif untuk mendukung implementasi praktik-praktik tersebut kepada lingkungan yang lebih luas

Dengan demikian, dalam menngimplementasikan pola pengasuhan positif secara konsisten dan berkelanjutan. Diharapkan orangtua dapat menciptakan lingkungan yang positif, mendukung dan membangun hubungan yang sehat antara orangtua dan anak. Serta diharapkan juga keluarga selain orangtua juga mendukung dalam penerapan pola pengasuhan positif.

Penulis :Yanti Karmila Nengsih, Mahasiswa S-3 Pendidikan Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
Hokage Author